LAPORAN AKHIR GEOGRAFI
INDUSTRI
(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Geografi Industri)
NAMA
ANGGOTA : DEVIN ARDHI
SAPUTRA (12058940)
: RYAN AGUSTIAWAN (1201671)
: IIF PUTRA TAMA (1202939)
: ALFAUZAN (12016800)
: GEMRIVEL(1205868)
“LAPORAN
KAJIAN INDUSTRI KREATIF
DALAM KONSEP INDUSTRI PRIMER YANG
MENGHASILKAN PRODUKSI PAPAN
MELALUI PENGOLAHAN GRCE”
KOORDINAT : Lat : -0.854 Lon: 100.35 Acc: 9.0’ Alt: 18.0’ Bea
:0.0
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
BAB I
KARAKTERISTIK INDUSTRI
Karakteristik Industri (Industrial
Estate)
Dalam pelaksanaannya karakter industri dapat berupa kompleks
industri, estet indsutri, lahan peruntukkan industri, kawasan berikat,
permukiman industri kecil, sentra industri kecil dan sarana industri kecil.
Adapun pengertian masing-masing bentuk lokasi industri tersebut sesuai dengan
hasil rapat kerja Departemen Perindustrian tahun 1997/1998 adalah sebagai
berikut :
1. Kompleks industri
Suatu lahan peruntukkan yang secara khusus disediakan bagi
sekumpulan kegiatan industri yang mempunyai keterkaitan proses produksi mulai
dari industri dasar (hulu) dan hilir. Contoh lahan peruntukan khusus misalnya
kompleks industri pupuk dan kompleks kertas.
2. Estet industri (Industrial Estate)
Suatu lahan peruntukkan yang secara khusus disediakan untuk
menampung berbagai jenis kegiatan industri hilir yang dilengkapi berbagai
fasilitas untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri dan penglolahannya
ditangani oleh suatu badan industri. Estet merupakan suatu lahan khusus yang
menampung industri-industri yang bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu
manajemen terpusat dengan luas minimal 20 Ha - 40 Ha.
3. Lahan Peruntukkan Industri
Lahan peruntukkan industri ini merupakan lahan industri yang
peruntukkannya telah ditetapkan dalam suatu master
plan kota untuk berbagai jenis kegiatan industri yang biasanya bersifat
pertumbuhan pita dan secara fisik dalam pertumbuhan nantinya akan menjadi
kawasan industri (imim). Pengembangan di masa mendatang memungkinkan menjadi
estet industri.
4. Kawasan Berikat (Bonded zone)
Suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah
Indonesia yang di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan khusus di bidang
pabean, yaitu terhadap barang-barang yang dimasukkan atau dari luar daerah
pabean lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea cukai atau atau
pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor
atau ekspor.
5. Permukiman Industri Kecil
Lahan yang disediakan khusus untuk industri kecil yang
didalamnya dilengkapi dengan infrastruktur serta tempat tinggal pengusahanya.
6. Sentra Industri Kecil
Suatu areal atau lahan peruntukkan dimana terdapat berbagai
kegiatan usaha industri kecil sejenis yang tumbuh dan berkembang dalam suatu
lokasi tertentu.
7. Sarana Usaha Industri Kecil
Suatu sarana usaha yang disediakan didalam estet industri
yang mempunyai kaitan dengan berbagai industri didalam estet industri tersebut.
Beberapa konsep yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kawasan industri menurut UNCRD (1993) yaitu :
- Lokasi
pada daerah Kota adalah suatu tempat yang telah memiliki
fasilitas-fasilitas jawatan dan pelayanan yang mencakupi atau pada daerah
pinggiran Kota yang belum memiliki fasilitas dan pelayanan.
- Sasaran
yang juga menjadi pertimbangan adalah apakah Kawasan ini merespon dari
permintaan-permintaan di daerah-daerah yang sudah berkembang pesat atau
menciptakan permintaan didaerah-daerah yang kurang berkembang.
- Demikian
juga dengan jenis-jenis industri yang berskala besar atau kecil, jenis
polusi yang dihasilkan, jensi bangunan prasarana serta unsur-unsur lain
yang menunjang Kawasan tersebut.
Unido (1978 : 6) mendefinisikan Kawasan Industri (Industrial
Estates) adalah sebidang lahan yang dipetak-petak sedemikian rupa sesuai dengan
rancangan menyeluruh, dilengkapi dengan jalan, kemudahan-kemudahan umum (public
utilities) dengan atau tanpa bangunan pabrik, yang diperuntukkan bagi
pengarahan industri dan dikelola secara khusus (full timer). Dalam kawasan
Industri akan dibagi menjadi zona industri dan area industri. Dalam kawasan
indsutri, zona industri dan area industri terbagi 3 (tiga) unsur utama kegiatan
produksi yaitu :
·
modal
(investasi)
·
tenaga
kerja (wiraswasta)
·
pengusaha
(wiraswasta)
Di bidang investasi; ketiganya dapat mengubah struktur
ekonomi daerah menjadi lebih industrial dan produktif. Berdasarkan batasan di
atas ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dari kawasan industri, yaitu:
Ø berkaitan deengan besaran dan lokasi
Kawasan Industri bisa menghasilkan dampak-dampak tertentu bagi wilayah
sekitarnya, yang bila diinginkan bisa diarahkan.
Ø bisa menjadi bidang usaha pengadaan
dan pemasaran “lahan industri” menurut kaidah-kaidah ekonomi pertanahan kota
Ø bisa menjadi sarana kemudahan usaha
yang secara nyata dapat diberikan berbagai bentuk insentif atau subsidi.
Dalam hal pembangunan industri, khususnya pengembangan
kawasan industri (dimana keterkaitan pada suatu lokasi agak terbatas), maka
permasalahan pokoknya adalah lokasi mana atau penetapan pengembangan gugusan mana
yang menjanjikan pemanfaatkan regional terbaik. Sasaran dari strategi ini
adalah :
v menciptakan tata ruang kegiatan
pengembangan yang seimbang terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah potensial
baru.
v pada waktu yang sama membuka peluang
partisipasi masyarakat setempat.
Klasifikasi Kawasan Industri Faktor-faktor yang digunakan
oleh Nielsen dalam P4N-UGM (1984) sebagai dasar klasifikasi kawasan
industri adalah :
Kaitan
dengan kota sebagai pusat pelayanan dan pemukiman.
Masalah
tenaga kerja dan urbanisasi
Tata
ruang kota,
Penggunaan
sumber daya setempat sebagai bahan mentah industri yang akan dikembangkan,
Pelayanan
transportasi bagi industri yang akan dikembangkan dalam kawasan industri, baik
transport bahan mentah industri, produksi industri maupun transport pekerja,
Keterkaitan
industri dalam Kawasan Industri dengan industri antara hulu yang ada di wialyah
yang bersangkutan,
Keterkaitan
antara sesama dari industri dalam kawsan industri yang sama,
Kemungkinan
pemasaran produksi industri dalam kawasan industri yang akan dikembangkan, dan
Faktor
lingkungan.
Tujuan pengembangan industri dalam kerangka wilayah nasional
dapat dirumuskan sebagai :
- Memanfaatkan
pusat-pusat pertumbuhan yang telah berkembang, dan mengawasi atau,
merangsang berkembangnya pusat-pusar pertumbuhan baru, dengan pertimbangan
:
- Pemerataan
kegiatan-kegiatan pembangunan, berupa kegiatan industri, serta dengan
memperhitungkan keterkaitan perkembangan wilayah lebih luas, yang dengan
demikian pada gilirannya dpat;
- Mendorong
terwujudnya kesatuan (wilayah) ekonomi nasional.
Menurut
Soesilo di dalam Tehang (2000), tujuan utama dalam perencanaan dan
pembangunan industrial estate di Indonesia adalah modernisasi dan ekspansi
industri. Hal ini dilakukan dengan pengelompokkan industri-industri ke dalam
kawasan industri. Industrial estate didukung dengan promosi, teknologi,
manajerial dan marketing, sehingga secara keseluruhan efektif pada biaya-biaya
yang rasional, yang tidak memungkinkan untuk industri-industri yang tersebar
diseluruh kota atau distrik. Pada prinsipnya Industrial Estate dibangun dengan
tujuan-tujuan :
- Menyediakan
Kawasan Industri yang mempermudah para investor untuk mendapatkan tanah
yang tesedia untuk bangunan pabrik;
- Penyediaan
infrastruktur fisik yang memadai , seperti jalan-jalan raya, air,
telekomunikasi , listrik dan juga fasilitas sampah dan pembuangan dan
beberapa fasilitas jasa lainnya.
- Pemanfaatan
yang optimum dan harmonis dari tanah dan pengurangan sejauh mungkin
dampak-dampak negatif yang mungkin berasal dari plot-plot industri melalui
perencanaan langsung dan penagwasan lingkungan.
Selanjutnya tujuan pengembangan Kawasan Industri perlu
dijabarkan lebih lanjut ke dalam tingkat agregasi (setara) tingkat II/Kabupaten
yang mengarah kepada:
- Memanfaatkan
kondisi sosial, infrastruktural dan sumberdaya alam dalam wilayah
tertentu,
- Memperbesar
peluang partisipasi masyarakat setempat dalam proses perkembangan
industri, melalui hadirnya Kawsan Industri,
- Meningkatkan
optimasi tata ruang wilayah.
Langkah-langkah ini ditempuh melalui identifikasi dan
klasifikasi wilayah/zona potensial sebagai lingkungan prospektif bagi lokasi
pembangunan : kompleks, pusat dan Kawasan Industri. Pada tingkat lebih lanjut
tujuan pengembangan diterjemahkan ke dalam (penerapan) besaran kegiatan
industri yang secara bertahap harus diwadahi oleh tipe-tipe Kawasan Industri
yang paling sesuai, menjadi :
- Pengadaan
Kawasan Industri sebesar kebutuhan/potensi sesuatu satuan wilayah tertentu
(zona atau satuan aglomerasi tertentu) pada kurun waktu tertentu,
- Pengembangan
tipe Kawasan Industri sesuai besaran kebutuhan perkembangan atau kemampuan
pentahapan pembangunan.
Pada tingkat daerah/regional, dimensi ruang (spasial menjadi
lebih menonjol dalam setiap perhitungan usaha pembangunan. Faktor lokasi dan
jarak antara kegiatan-kegiatan ekonomis (dan industrial) memegang peran lebih
penting dalam menghasilkan penempatan wilayah, yang dapat diukur melalui berbagai
tolak ukur perkembangan.
Pembangunan industri diseluruh daerah didasarkan pada
pendekatan ekonomi (economic base approach), karena beberapa daerah ditargetkan
sebagai inti regional pembangunan industri (industrial growth centers) atau
yang disebut wilayah pusat pertumbuhan industri. Adapun identifikasi dari
pusat-pusat pertumbuhan industri adalah :
- Suatu
daerah yang dapat diidentifikasikan sebagai zona industri jika daerah itu
mempunyai keunggulan komparatif untuk pembangunan dari industri yang
berbasiskan sumber daya alam tertentu, atau mempunyai potensi ekonomi
tertentu untuk pembangunan industri yang berorientasi pasar.
- Beberapa
zona industri yang perspektif dapat dijadikan sebagai inti-inti regional
dari pembangunan industri (region cores of industrial development). Hal
ini terjadi jika ada sejumlah mekanisme untuk memacu pertumbuhan ekonomi
secara ke dalam dengan memiliki keterkaitan ekonomi, seperti pembangunan
regional yang terpadu dengan sistem transportasi anatara daerah yang
keunggulan komparatif ekonomis untuk pertumbuhan zona-zona industri.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam seleksi tempat
industri yang potensial adalah :
o
biaya
tanah dan pembangunan.
o
topografi.
o
aspek-aspek
fisik.
o
transportasi.
o
Ketersediaan
infrastruktur dan utilitas.
o
tersedianya
sistem pembuangan sampah padat dan cair, dan
o
ketersediaan
tenaga kerja.
Sedangkan dalam master plan kawasan industri , faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam desain dan pembangunan industrial estate adalah :
- Pembagian
zona industri-industri kecil
- Rute-ture
lalu lintas, parkir, bongkar muat dan sirkulasi
- Penyediaan
transportasi umum
- Persyaratan-persyaratan
utilitas dan pembuangan sampah
- Fasilitas-fasilitas
sosial dan penyediaan tempat makanan.
Infrastruktur atau prasarana yaitu segala yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek dan
sebagainya) seperti jalan dan angkutan, merupakan hal yang penting bagi
pembangunan suatu daerah. Dalam kaitan dengan prasarana kawasan industri
selain jalan, telepon, listrik, air bersih dan drainase juga sangat penting.
Secara umum bahwa karakteristik industri GRCE dan produk GRCE ini antara lain sebagai berikut :
1. Padat
Karya, bahwa industri GRCE dan produk GRCE memerlukan tenaga kerja trampil dan
ahli dari bidang lukis dan bidang seni hias
2. Padat
modal, artinya bahwa dalam pendiriannya industri GRCE dan produk GRCE memerlukan
modal yang cukup besar untuk pembelian mesin-tenaga , tanah dan SDM yang ahli
dalam pengolahan GRCE.
3. Padat
Teknologi, artinya bahwa dalam proses produksinya GRCE dan produk GRCE
memerlukan beberapa tahapan seperti dalam proses pengambaran, proses
percetakan, proses pengukiran,proses penghalusan, proses pewarnaan dan proses
dalam finising yang kesemuanya merupakan tahapan yang menggunakan tekologi.
4. Industri
GRCE dan produk GRCE termasuk industri yang ramah lingkungan, terutama dampak
dapatnya limbah tersebut sebagai penimbun wilayah atau lahan yang rendah dan
limbahnya dapat di jadikan sebagian sebagai bahan bakar dan yang pasti
limbahnya dapat sebagai bahan timbunan.
5. Dilihat
dari karakternya kapasitas industri GRCE dan produk GRCE dapat menerima pesanan
terdiri dari industri kecil, indusri menengah dan besar, industry ini dapat
melayani semua kebutuhan asalkan konsumen membutuhkan produksi dari GRCE.
BAB II
ANALISIS ORIENTASI LOKASI INDUSTRI
A.
Lokasi
Industri
Pemilihan
lokasi industri memiliki arti yang sangat penting sebab akan mempengaruhi
perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan industry.
Faktor
yang mempengaruhi dan perlu diperhitungkan dalam menentukan pilihan lokasi
industri disebut faktor lokasi yang terdiri atas bahan mentah, sumber tenaga,
pasar, sarana, pengangkutan, ketersediaan air, dan lainnya. Masalah lokasi
timbul karena unsur-unsur yang mempengaruhi faktor lokasi tersebut tidak selalu
terdapat pada daerah yang sama dan sering terpencar. Oleh karena itu,
berdasarkan orientasi faktor-faktor lokasi yang mempengaruhinya maka ada
kecenderungan lokasi industri berada dekat dengan bahan mentah atau berada
dekat sumber tenaga atau berada sumber tenaga kerja atau dekat dengan pasar.
Beberapa
industri seperti industri makanan, minuman, industri kulit (sepatu), dan
industri pakaian mungkin bisa ditempatkan dimana saja ( foot-lose industry ).
Akan tetapi, pada umumnya industri demikian akan memilih daerah pasar sebagai
lokasinya. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas dua teori yang dapat
menjadi acuan dalam menganalisis lokasi industri.
1.
Teori
Susut dan Biaya Pengangkutan.
Teori
susut di sini maksudnya adalah pengurangan berat yang terjadi karena proses
pengolahan. Misalnya, pada industri minyak kelapa, 100 kg kopra (kelapa kering)
hanya bisa menghasilkan 25 kg minyak kelapa. Hal tersebut menunjukkan bahwa
setelah melalui proses pengolahan akan mengalami pengurangan berat. Secara
umum, teori susut dan biaya pengangkutan mengemukakan hubungan-hubungan antara
faktor susut dan biaya pengangkutan. Teori ini bermanfaat untuk melihat
kecenderungan lokasi industri, artinya dapat mengkaji kemungkinan-kemungkinan
penempatan suatu industri (pabrik) di tempat yang paling menguntungkan secara
ekonomi.
Pada tabel 1.1 dijabarkan empat kasus suatu pabrik yang
mengolah bahan mentah (M) yang berasal dari satu daerah sumber bahan mentah
(SM), menjadi satu macam barang jadi (B), yang kemudian dijual di suatu daerah
pasar (P). Pada contoh, digunakan dua variabel, yaitu susut dan biaya
pengangkutan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya industri dianggap
sama dan diabaikan.
Hasil perhitungan biaya pengangkutan seperti pada contoh
diatas menunjukan pada kasus A dan B industri/pabrik cenderung ditempatkan di
daerah sumber bahan mentah. Akan tetapi, pada kasus C dan D sebaliknya, pabrik
cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Menurut perhitungan,
ternyata jumlah biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan lebih rendah. Pada
kasus D besarnya biaya pengangkutan berbeda dengan kasus A, B, dan C. Coba
hitungkan kemungkinannya jika pada kasus D besarnya biaya pengangkutan disamakan
dengan kasus A, B, dan C. Terdapat dua kesimpulan dalam pemilihan lokasi yang
baik (dengan catatan faktor-faktor lainnya sama) menurut teori susut dan biaya
pengangkutan. Pertama, makin besar angka rasio susut dalam pengolahan, makin
kuat kecenderungan menempatkan pabriknya di daerah bahan mentah. Kedua, makin
besar perbedaan biaya pengangkutan antar bahan mentah dan bahan jadi, makin
kuat daerah pasar dijadikan sebagai tempat lokasi industri.
2.
Teori
Weber
Weber mengemukakan teorinya dalam bukunya yang terkenal
Theory of The Location of Industries (1909). Teori Weber dimulai dengan
beberapa premis sebagai berikut.
Ø Unit analisis tunggal, merupakan
daerah yang terisolasi yang homogen baik mengenai iklimnya, topografi maupun
penduduknya.
Ø Beberapa sumber alam seperti air dan
pasir, mudah diperoleh dimana saja, sedangkan sumber alam lain hanya terdapat
di daerah-daerah tertentu saja, misalnya batu bara dan bijih besi.
Ø Biaya pengangkutan adalah fungsi
dari berat dan jarak, artinya makin bertambah sesuai dengan berat dan jaraknya.
Beberapa contoh kasus berikut ini menunjukkan peran biaya pengangkutan terhadap
kemungkinan dan kecenderungan lokasi industri.
Kasus A: Satu Pasar dan Satu macam Bahan Mentah Jika suatu
industri hanya mengolah satu macam bahan mentah dan memasarkannya pada satu
daerah pasar maka ada tiga kemungkinan lokasi industrinya.
Ø Jika bahan mentah yang dibutuhkan
mudah diperoleh dimana saja maka pabriknya dapat atau cenderung ditempatkan di
daerah pasar.
Ø Jika bahan mentah yang diperlukan
hanya terdapat di daerah tertentu saja dan mengalami susut dalam pengolahannya
maka pabriknya dapat ditempatkan baik didaerah pasar maupun daerah bahan
mentah.
Ø Jika bahan mentah hanya terdapat di
daerah tertentu saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka industrinya
akan ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.
Harus diingat bahwa besarnya biaya pengangkutan berkaitan langsung dengan berat barang yang diangkut.
Kasus B: Satu Daerah Pasar dan Dua Macam Bahan Mentah Jika
industri mengolah dua macam bahan mentah (M1 dan M2), hasilnya hanya dipasarkan
di suatu tempat tertentu saja maka industri itu akan ditempatkan di salah satu
kemungkinan berikut.
Ø Jika M1 dan M2 mudah diperoleh
dimana saja maka industri itu akan ditempatkan di daerah pasar.
Ø Jika M1 mudah diperoleh dimana saja
sedangkan R2nya hanya terdapat di suatu daerah tertentu saja duluan daerah
pasar dan jika keduanya tidak mengalami susut dalam pengolahan maka industri
tersebut akan ditempatkan di daerah pasar. Biaya pengangkutan hanya dikeluarkan
untuk R2.
Ø Jika kedua bahan mentah (M1 dan M2)
hanya terdapat di daerah- daerah tertentu yang berlainan dan mengalami susut
dalam pengolahannya maka pemecahannya agak sulit. Untuk itu, Weber memperkenalkan
teori yang disebut location triangle (segitiga lokasi) dengan titik sudutnya
adalah daerah pasar (P), dan daerah-daerah sumber bahan mentah (M1 dan M2).
Contohnya, suatu industri mengolah R1 dan R2. keduanya mengalami susut 50%.
Setiap tahunnya diperlukan masing-masing bahan mentah itu 2.000 ton.
a. Jika industri itu ditempatkan di P maka biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan pertahunnya adalah sebagai berikut.
R1
= 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km.
R2
= 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
Jumlah
= 400.000 ton-km
b.
Jika industri itu ditempatkan di M1 maka biaya pengangkutan itu adalah:
R1
= 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
P
= 2.000 ton x 100 km = 200.000 ton-km
Jumlah
= 400.000 ton-km
c.
Jika industri itu ditempatkan di titik X maka biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan
pertahunnya menjadi:
R1
= 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
R2
= 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
P
= 2.000 ton x 87 km = 174.000 ton-km
Jumlah
= 374.000 ton-km
Biaya pengangkutan pada poin C ternyata lebih rendah
dibandingkan dengan A dan B. Ini berarti bahwa penempatan atau lokasi industri
di X akan lebih menguntungkan jika industri itu ditempatkan di P, M1, atau M2
1. Pengumpulan Data Berikut ini data yang harus dikumpulkan untuk kepentingan
analisis lahan pertanian.
Tujuan utama penentuan lokasi industri yaitu untuk
memperbesar keuntungan dengan jalan menekan biaya masukan.secara umum industri
berorientasi pada:
1.
Lokasi
Industri Dekat Bahan Baku
Alasan:
·
Bahan
baku yang digunakan mudah rusak
·
Pengangkutan
barang jadi lebih murah jika dibanding pengangkutan bahan baku
·
Bahan
baku yang digunakan lebih berat daripada produk yang dihasilkan
Contoh:
industri pengalengan sapi, buah-buahan, sayur, ikan dan industri perkayuan Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam mengkaji bahan baku antara lain:
·
Jenis
bahan baku
·
Jumlah
dan kualitas bahan baku
·
Persebaran
asal bahan baku
·
Potensi
bahan baku untuk masa yang akan dating
2.
Lokasi
Industri Berdasarkan Pasar
alasan:
·
yang
dihasilkan lebih berat dibandingkan dengan bahan baku
·
Produksi
Bahan baku yang digunakan tidak mudah rusak
·
Wilayah
pasar luas
·
Produksi
yang dihasilkan lebih mudah rusak setelah pengolahan
3. Lokasi Industri Berorientasi Biaya Transportasi
alasan:
·
dipengaruhi
oleh faktor jarak,
·
tempat,
keamanan,
·
jenis
barang yang diangkut dan
·
volume
barang
3.
Lokasi
Industri Berorientasi pada Tenaga Kerja.
alasan:
·
Perusahaan
batik keris didirikan di Solo karena mudah mendapat tenaga kerja yang ahli di
bidang membatik
·
Pabrik
jamu air mancur di Wonogiri
·
Industri
mebel di Jepara.
5. Lokasi Industri Berorientasi Pada Modal dan Teknologi
alasan:
Lokasi industri perlu mempertimbangkan besarnya modal yang dibutuhkan dalam proses
produksi. Disamping itu perlu memiliki teknologi yang menjadikan industri lebih
efisien.
6. Lokasi industri Berdasarkan Pertimbangan Peraturan dan
Lingkungan
Pemerintah
menetapkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang pelaksanaan Analisi
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
BAB III
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI TERHADAP
KECENDERUNGAN LOKASI INDUSTRI
Lokasi suatu industri berada, selain memperlihatkan
karakteristik dari kegiatan industrinya juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan industri tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan
lokasi suatu industri. Karena itu, pengambilan keputusan dalam merencanakan
lokasi industri harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis
merupakan kerangka kerja yang presfektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang
bersifat komersil. Artinya, lokasi tersebut harus memiliki atau memberikan
pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin
strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin besar peluang keuntungan
yang akan diperoleh. Dengan demikian, tujuan penentuan lokasi industri yaitu
untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pangsa
pasar yang lebih luas.
1.
Faktor-faktor
penentuan lokasi industri
Beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, di
antaranya sebagai berikut.
a.
Bahan
mentah
Bahan
mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kegiatan industri,
sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi
kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah yang
dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka akan
mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan lokasi
industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya terbatas
dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan biaya
operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan lokasi industri semakin
terbatas.
b.
Modal
Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal
yang sangat penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan
dihasilkan, pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi
yang akan digunakan, dan luasnya sistem pemasaran. Dengan demikian, suatu industri
yang memiliki modal besar memiliki alternatif yang banyak dalam menentukan
lokasi industrinya. Sebaliknya, bagi industri yang bermodal sedikit atau kecil
maka kurang memiliki banyak pilihan dalam menentukan lokasinya.
c.
Tenaga
kerja
Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga
kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu
industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan. Tetapi,
ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang berpendidikan
dan terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industri berdasarkan tenaga
kerja sangat tergantung pada jenis dan
karakteristik kegiatan industrinya.
d. Sumber energi
Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk
menggerakkan mesin- mesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik,
minyak bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak
membutuhkan energi, umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi
tersebut.
d.
Transportasi
Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana
transportasi dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan
menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan. Sarana transportasi yang
dapat48 digunakan untuk kegiatan industri di antaranya transportasi darat
(keretaapi dan kendaraan roda empat atau lebih), transportasi laut (kapal
laut), dan transportasi udara (kapal terbang).
e.
Pasar
Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam
mempertimbangkan lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan
atau menjual produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat
mungkin menjangkau konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.
f.
Teknologi
yang digunakan
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat
jalannya suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk
pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki
tingkat pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat
bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan pasar internasional
sudah mensyaratkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan sumberdaya
sebagai salah satu syarat agar produknya dapat diterima di pasaran
internasional melalui ISO 9000 dan ISO 14000.
g.
Perangkat
hukum
Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan
perundang-undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan
kelangsungan industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum
regional (UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan
keamanan dan hukum penggunaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran.
Peraturan dan perundang-undangan harus menjadi pegangan dalam melaksanakan
kegiatan industri karena menyangkut modal yang digunakan, kesejahteraan tenaga
kerja, dan dampak negatif (limbah) yang ditimbulkan.
i. Kondisi lingkungan
Faktor
lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang dapat
menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang mendukung,
seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur batuan yang tidak
stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan lain-lain, hal ini
dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri.
Namun,
semua faktor yang mempengaruhi lokasi industri tersebut, tentunya tidak
seluruhnya dapat diakomodasi. Terkadang suatu lokasi industri mendekati tempat
beradanya sumber bahan baku, tetapi jauh dari daerah pemasaran, atau
sebaliknya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan lokasi
industri yang ideal, sehingga lahirlah beberapa teori lokasi dari para ahli
yang didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu kegiatan
industri. Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan
memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara
yang konsisten dan logis, dan untuk melihat serta memperhitungkan bagaimana
antarwilayah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).
2.
Teori
lokasi
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi
industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori
yang banyak digunakan dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai
berikut:
a. Theory of industrial location (teori
lokasi industri) dari Alfred Weber.
b. Theory of optimal industrial
location (teori lokasi industri optimal) dari Losch.
c. Theory of weight loss and transport
cost (teori susut dan ongkos transport).
d. Model of gravitation and interaction
(model gravitasi dan interaksi) dari Issac Newton dan Ullman.
e. Theory of cental place (teori tempat
yang sentral) dari Walter Christaller.
Pada
prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi
penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara
ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori lokasi.
a.
Theory
of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk
menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau
ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:
1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi
industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2. Sumber daya atau bahan mentah yang
dibutuhkan cukup memadai.
3. Upah tenaga kerja didasarkan pada
ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4. Hanya ada satu jenis alat
transportasi.
5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan
beban dan jarak angkut.
6. Terdapat persaingan antarkegiatan
industri.
7. Manusia yang ada di daerah tersebut
masih berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi
maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan
tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material,
titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan
ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan
teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini.
Segitiga
Weber dalam menentukan lokasi industri
(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)
Keterangan:M = pasar P = lokasi
biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada
hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada
hasil industri.
b.
Teori
lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan
(demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu
pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas,
sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar.
Untuk membangun teori ini, Losch
juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen,
jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut.
Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang
karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi.
Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat
menguasai wilayah pasar seluas-luasnya.
Di samping itu, teori ini tidak
menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah
pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab
dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan
secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
c.
Teori
susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan
antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus
dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di
tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan
menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang
paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada
asumsi bahwa:
·
Makin
besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk
penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan
faktor yang lainnya sama.
·
Makin
besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin
besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.
d.
Model
gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interaction) dari I. Newton
dan Ullman
Teori ini didasarkan pada asumsi
bahwa tiap massa mempunyai gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap
titik yang ada di region yang saling melengkapi (regional complementarity),
kemudian memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan
kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability). Teori
interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi (economic
connection) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak
antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua tempat
maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak kedua
tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori ini
perhatikan rumus berikut.
Keterangan: I =
gaya tarik menarik diantara kedua region.
d = jarak
di antara kedua region.
P = jumlah
penduduk masing-masing region.
e.
Teori
tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep
range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh
yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan
threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan
untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang
sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
v Tempat sentral yang berhierarki 3 (K
= 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan
barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
v Tempat sentral yang berhierarki 4 (K
= 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan
daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan
kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
v Tempat sentral yang berhierarki 7 (K
= 7), merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini
mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Teori Christaller akan lebih tepat
jika digunakan untuk daerah dataran rendah, sebab tiap lokasi memiliki peluang
yang sama untuk berkembang. Contohnya
pada sebuah daerah pedataran luas yang dihuni oleh penduduk secara merata.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tentu memerlukan berbagai barang dan
jasa seperti: pakan (makan dan minum), papan (rumah dan perabotannya), sandang
(pakaian dan asesorisnya), pendidikan, dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan
barang dan jasa tersebut, hanya ada pada tempat tertentu saja, sehingga ada
jarak antara tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak
tempuh dari tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut
range. Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup dengan
mengkamulkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik, melainkan
lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen (masyarakat) harus menjadi
perhatian.
Untuk menerapkan teori ini,
diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai berikut: 1) Topografi atau
keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif seragam sehingga tidak
ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam
hubungannya dengan jalur angkutan.53 2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk
relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang
menghasilkan padi-padian, kayu, dan batubara.
3.
Kecenderungan
lokasi industri
Penentuan
lokasi industri sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memiliki beberapa
alternatif atau kecenderungan yang didasarkan pada orientasi faktor- faktor
produksi yang tersebar di berbagai lokasi. Faktor-faktor produksi dalam
kegiatan industri, di antaranya dipengaruhi oleh: bahan baku, sumber energi,
tenaga kerja, modal, transportasi, dan pasar. Kecenderungan lokasi industri
berdasarkan jenis industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Industri
yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku
Industri
yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku adalah industri yang
membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, bahan baku yang
digunakan tidak rusak/utuh, dan bahan baku yang diolah banyak mengalami
penyusutan sehingga meringankan biaya pengangkutan. Pertimbangan yang digunakan
untuk menempatkan industri yang berorientasi pada bahan baku, di antaranya
adalah:
ü Industri yang mengolah bahan baku
yang cepat rusak atau busuk, misalnya: industri daging, industri ikan, industri
bunga, dan industri susu.
ü Industri yang mengolah bahan baku
dalam jumlah besar atau barang curahan (bulk goods) dan biaya angkutannya cukup
mahal, misalnya: industri kayu dan industri pengolahan minyak bumi. Industri
kelompok ini memiliki perbandingan kehilangan berat (weight loss) mencapai 75%
atau lebih.
ü Memiliki ketersedian bahan mentah
yang cukup besar.
ü Biaya pengangkutan bahan mentah
lebih mahal daripada biaya pengangkutan barang jadi.
ü Volume produksi lebih kecil dari
bahan mentah karena adanya penyusutan.
b. Industri yang cenderung ditempatkan
di daerah pemasaran
Industri
yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran adalah industri yang biasanya
tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan bahan baku atau mudah diperoleh di
daerah sekitarnya. Misalnya: industri perakitan, industri makanan, dan industri
konveksi. Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang
berorientasi pada daerah pemasaran, di antaranya adalah:
Ø Jika dalam pembuatan barang
industri, perbandingan kehilangan (susut) berat mencapai nol persen, biaya
angkut untuk barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut untuk barang
mentah. Misalnya: industri roti karena setelah diolah beratnya tidak berbeda
dengan bahan mentahnya.
Ø Jika bahan mentah/baku mudah
diperoleh. Misalnya: industri air mineral, karena air bersih dianggap mudah
diperoleh.
Ø Jika barang yang dihasilkan
memerlukan ongkos tinggi karena ukurannya relatif lebih besar. Misalnya:
industri peti dan industri mebel.
Ø Jika barang yang dihasilkan selalu
mengalami perubahan yang cepat karena kaitannya dengan model dan mode yang
sedang berkembang. Misalnya industri konveksi.
Ø Jika biaya angkut barang jadi lebih
mahal dari pada biaya angkut bahan mentah/baku.
Ø Jika produksi yang dihasilkan mudah
rusak dan tidak tahan lama.
Ø Jika barang yang dihasilkan
memerlukan pemasaran yang luas.
Ø Jika bahan baku yang digunakan tahan
lama.
b. Industri yang cenderung ditempatkan
di pusat-pusat konsentrasi penduduk
Industri
yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk, yaitu industri
yang memerlukan tenaga kerja yang banyak. Industri ini bersifat padat karya,
misalnya: industri elektronika dan garmen. Industri ini biasanya berlokasi di
tempat pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang murah dan terampil.
Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang khusus dalam
jumlah yang banyak di antaranya industri kain batik dan industri kain bordir.
c. Industri yang cenderung ditempatkan
di lokasi sumber tenaga/energy
Industri
yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energi adalah industri yang
banyak memerlukan sumber tenaga (listrik, minyak bumi, batubara, gas, dan air).
Misalnya: industri peleburan baja/besi, industri pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
d. Industri yang cenderung ditempatkan
dengan orientasi pada biaya pengangkutan
Industri
yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan adalah
industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi55 yang mudah dan
baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri ini biasanya industri
yang memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran pada satu tempat yang
sama. Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi.
e.
Industri
yang berorientasi pada modal
Industri
yang berorientasi pada modal adalah industri yang biasanya memiliki produksi
yang besar dan sangat vital secara ekonomis, dan memiliki pasar yang luas serta
strategis untuk menarik modal asing. Misalnya: industri farmasi dan alat-alat
kesehatan.
f.
Industri
yang berorientasi pada teknologi
Industri
yang berorientasi pada teknologi adalah industri yang membutuhkan tenaga kerja
dengan keahlian khusus dan terdidik, serta telah menerapkan teknologi adaptif.
Misalnya: industri pertanian, industri perikanan, industri pariwisata, dan
industri perhotelan.
g. Industri yang berorientasi pada peraturan
dan perundang- undangan
Industri
yang berorientasi pada peraturan dan perundang-undangan adalah industri yang
memerlukan kemudahan dalam perizinan dan sistem perpajakan. Misalnya relokasi
industri negara maju ke negara-negara berkembang umumnya sangat memperhatikan
orientasi peraturan perizinan dan perpajakan. Jika izin mereka agak dipersulit
dan terlalu mahal pajaknya, maka negara maju tersebut tidak akan mendirikan
industri di negara berkembang.
h.
Industri
yang berorientasi pada lingkungan
Industri
yang berorientasi pada lingkungan adalah industri yang tidak merusak
lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi atau proses industri yang ramah
lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber energi, serta tidak mencemari
lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
BAB IV
TEMUAN DAN KESIMPULAN
A.
TEMUAN
1.
Mengetahui karakteristik industri pengolahan (bahan baku, bahan pencampur/katalisator, jumlah tenaga kerja, produksi,
modal, pola produksi, sumber
energy, limbah, penggunaan teknologi). (lakukan melalui wawancara)
No.
|
Uraian
|
Ketgngngan
|
1
|
Bahan baku
|
a.
Material ?
pasir, semen, kayu, lem, veber
b. Asal darimana……?
(lokal, berupa pasir, semen, lem dan kayu dan
bahan-bahan lainnya) (bahan luar negeri berupa vinising)
c. Jika bukan
lokal,
alasan.....?
alasannya ambil bahan bukan lokal
karena belum ada bahan diindonesia dan masih langka dan kualitas masih rendah
dan harga masih mahal.
|
2
|
Bahan campuran
|
a.
Material : ? pasir, semen, lem,
b.
Asal darimana ? vinising dari Australia
c.
Jika bukan
lokal,
alasan.....?
harga relative
murah, kualitas bagus.
|
3
|
Jumlah tenaga kerja
|
a.
Asal (lokal/tdk): asal lokal sumbar ada dan kebanyakan
jumlah tenaga kerja diambil dari daerah pulau
jawa
b. Jumlah :
30-40 (tergantung banyak atau tidaknya pekerjaan yang dikerjakan.
c.
Kualitas (terdidik/terampil/tdk
terdidik)
kualitas tidak terampil karena kebanyakan tenega kerjanya bukan pada profesi
pekerjaannnya keahlian tersebut secara otodidak.
|
4
|
Hasil produksi :
Barang dalam proses
Barang jadi
|
:…. gambar
kaligfari atau gambar-ganbar seni yang di download dari internet dan diolah
lagi menjadi kalirafi yang lebih indah.
:
….ukiran kaligrafi, tembok taman, tembok hias, dinding
masjid, dan hiasan dinding bermotif kreatif.
|
5
|
Modal :
Modal pemilik
Pinjaman/kredit
Keuntungan investasi
|
:….sebagian modal kepemilikan dan
sebaiknya minjam ke bank
:….keuntungan investasi 10% dari
hasil yang dijual.
lembaga keuangan:
bank.
|
6
|
Pola produksi
Per minggu/bulan/jml
bahan
baku/tahun
|
Pola produksi berdasarkan banyaknya
permintaan dari konsumen, sehingga tidak ada waktu perminggu ataupun perbulan
untuk siap dipekerjakan. Namun dalam pengerjaan nya dalam suatu produk bisa
antara seminggu sampai 2 minggu.
|
7
|
Hasil produksi *6
|
Berupa ukiran kaligrafi, tembok taman, tembok hias, dinding masjid, dan
hiasan dinding bermotif kreatif.
|
8
|
Harga produksi *6
|
Dari 6.50.000/ meter sampai
700.000/meter.
|
9
|
Biaya produksi *6
|
Flexible, 1 proyek 10-1 miliyar
|
10
|
Sumber energy
|
Diesel, listrik dan lainya.
|
11
|
Limbah
|
Berupa bahan kayu dan semen yang
membeku dan pasir.
|
12
|
Pengolahan limbah
|
Semen dan pasir atau tanah dapat
dijadikan bahan timbunan. Sedangkan kayu-kayu tersebut dapat dijadikan bahan
bakar untuk masak.
|
13
|
Keterlibatan
teknologi
dalam
proses produksi
|
Computer (berupa aplikasi desain
photoshop dan phothoscape), alat pemotong, alat penghalus dan alat pisau
ukir.
|
14
|
Unsur inovasi
|
Ada, karena banyaknya seni-seni kreatifitas.
|
15
|
Keterkaitan hasil produksi dg
industry lain
|
a. Industri : tidak
ada kaitan antara industry lainnya.
b. Lokal : banyaknya dibutuhkan dalam
pembangunan masjid, dan bangunan besar lainnya.
c. Interlokal : hasil produksi sampai ke daerah luar
provinsi.
d. Nasional: pernah diajak bergabung bersama
industry di Malaysia, dan Australia.
|
2. Mengetahui
orientasi lokasi industri (kebutuhan jumlah tenaga kerja, ketahanan bahan baku,
sifat industry) , indeks material (teori weber).
NO.
|
URAIAN
|
KETERANGAN
|
1.
|
Indeks material
|
Pasir 1 truk (7-6 kubik)
Semen 100 sak
Kayu triplek sebutuhnya .
|
2.
|
Pengolahan
|
Pengolahan dilakukan dengan manual
dengan mengeluarkan kreatifitas seni ukir. Dan dibantu dengan kreatifitas
pengolahan gambar dengan photoshop
|
3.
|
Sumber energi
|
Dari listrik dan diesel.
|
4.
|
Permintaan (demand)
|
Permintaan hasil produksi dari sampai dalam kecamatan, kabupaten,
kota dan sampai keluar provinsi.
|
5.
|
Transportasi
|
Transportasi yang digunakan berupa
truk dan sejenisnya.
|
6.
|
Sifat industri
|
Sifat dari industry GRCE ini padat
karya dan juga mengikuti trend-trend terbaru sesuai dengan perkembangan
zaman.
|
7.
|
Ketahanan bahan baku
|
Ketahanan bahan baku kurang lebih sampai
1 bulan.
|
8.
|
Kebutuhan tenaga kerja
|
Kebutuhan tenaga kerja sedikit karena
sulit mencari SDM yang hebat dalam mendisain seni kerajinan tangan dan seni
ukir.
|
9.
|
Kualitas tenaga kerja
|
Kebanyakan tidak terampil karena
produksi GRCE ini pernah bekerja sma dengan mahasiswa unand fakultas teknik.
|
10.
|
Aglomerasi
|
Dalam perizinan sudah di izinkan oleh
pemerintah. Dan sudah terbentuknya
sebuah CV.
|
3. Mengetahui
persebaran industry (jumlah industry yang sama di daerah/ kecamatan) dan
polanya. (dilakukan dengan observasi dan
wawancara juga survey data sekunder ke kantor terkait.
No.
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Perkiraan industry sejenis
|
Menurut wawancara kami industry yang
sejenis tersebut tidak ada di sumatera barat ini tetapi diluar provinsi
sumatera barat kemungkinan ada, sebab kebanyakan provinsi tetangga banyak
memilih dan membeli produk ini di sumatera barat alias produksi GRCE EMAS
JOKO.
|
2.
|
Kondisi lingkungan dan situasi
|
Kondisi lingkungannya berada pada tepi
pusat kota dan berada disepanjang
jalan.
|
3.
|
Jarak antara industry dengan industry
lain.
|
Jarak antara industry yang sejenis
tidak ada namun kalau dilihat dari jarak industry tidak sejenis diperkirakan
2-3 km jaraknya.
|
4. Mengetahui
faktor-faktor pertimbangan lokasi
terkait dengan ciri-ciri keruangan.
Penerapan ilmu menentukan tempat atau
lokasi, banyak dikaji oleh para perencana wilayah dalam kegiatan industri.
Banyak teori lokasi yang digunakan untuk menentukan lokasi industri.
Pengambilan keputusan untuk memilih lokasi merupakan kerangka kerja yang prospektif
bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil, yaitu pemilihan
lokasi-lokasi yang strategis, artinya lokasi itu memiliki atau memberikan
pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin
strategis suatu lokasi untuk kegiatan industri, berarti akan semakin besar
peluang untuk meraih keuntungannya. Jadi, tujuan dari penentuan lokasi industri
yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih
pasar yang besar dan luas.
Rondinelli
(1985) berpendapat bahwa dalam interaksi ekonomi keterkaitan integrasi spasial
yang sangat penting adalah adanya jaringan pasar melalui pelayanan komoditi,
bahan baku yang berinteraksi antara pusat perdagangan dengan permukiman. Karena
kota lebih banyak berfungsi sebagai tempat pemasaran (market town) maka kota
merupakan penghubung utama bagi masyarakat kota dan masyarakat hinterland dalam
menerima serta melayani sistem pasar produksi hinterlandnya atau sebaliknya.
Pada umumnya jika ada aksesibilitas bagi pembeli maupun pedagang, maka pasar
yang diciptakan oleh adanya aktifitas perekonomian akan berkembang karena
dibutuhkan oleh masyarakat.
Pada
umumnya masyarakat suatu kota (kecil atau besar) akan berbelanja ditempat yang
terekat jika barang yang diinginkan masih ditawarkan. Barang-barang tersebut
lebih banyak bersifat untuk konsumen sehari-hari yang bisa dibeli tanpa harus
banyak melakukan pertimbangan. Disisi lain pedagang tidak akan menjual
barangnya pada pusat-pusat yang kecil jika barang tersebut tidak banyak diminati
oleh masyarakat atau jika masyarakat harus mempertimbangkan dengan lebih teliti
barang yang akan dibelinya (Christaller dalam Harstorn, 1992).
Diana
(2003) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan
meliputi :
o
Jumlah
penduduk pendukung
Setiap jenis fasilitas perdagangan
eceran mempunyai jumlah ambang batas penduduk atau pasar yang menjadi
persyaratan dapat berkembangnya kegiatan. Jumlah penduduk pendukung dapat
diketahui dari luas daerah pelayanan tetapi luas daerah layanan tidak dapat
ditentukan sendiri karena faktor ini bergantung pada faktor fisik yang
mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas perdagangan.
o
Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan
kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian.
Untuk fasilitas perdagangan kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas
dan kelengkapan fasilitas parkir merupakan syarat penentuan lokasi dan
kesuksesan kegaiatan perdagangan.
o
Keterkaitan
spasial
Pada kegiatan perdagangan yang
bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi halyang
penting sedangkan pada lokasi perdagangan yang bersifat suscipient, analisa
kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.
o
Jarak
Kecenderungan pembeli untuk
berbelanja pada pusat yang dominan, namun menyukai tempat yang dekat maka
faktor jarak merupakan pertimbangan penting untuk melihat kemungkinan
perkembangan suatu lokasi terutama pusat perdagangan sekunder yang menunjukkan
trade off antara besarnya daya tarik pusat dan jarak antara pusat.
o
Kelengkapan
fasilitas perdagangan.
Kelengkapan fasilitas perdagangan
menjadi faktor penentu pemilihan lokasi berbelanja konsumen. Konsumen
berbelanja barang-barang tahan lama yang tidak dibeli secara tidak teratur
seperti pakaian, alat-alat elektronik pada tempat perdagangan yang memiliki
banyak pilihan barang yang dapat diperbandingkan. Oleh karena itu pembeli
cenderung untuk berbelanja barang-barang tahan lama pada pusat perdagangan yang
lebih lengkap, tetapi untuk kebutuhan standar sehari-hari seperti bahan
makanan, para konsumen cenderung masih mempertimbangkan jarak yang dekat kalau
terdapat fasilitas yang memadai.
Ratcliffe
(1974) mengemukakan aksesibilitas adalah kemudahan suatu tempat untuk dijangkau
dan karakteristik spasial merupakan karakteristik lokasi perdagangan atas
lokasi yang bersifat generative yaitu lokasi kegiatan perdagangan yang menarik
konsumen dari kawasan sekitar dan lokasi perdagangan yang bersifat suscipient
yaitu lokasi kegiatan perdagangan yang mengambil keuntungan dari kegiatan lain
disekitarnya. Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generative, analisa
ambang batas penduduk dan pasar menjadi hal yang penting sedangkan pada lokasi
perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan
merupakan hal yang penting.
Kedua
ciri ini pada kenyataannya sulit untuk dipisahkan, suatu pusat perdagangan
cenderung berkembang pada pertengahan jalur antara permukiman dengan pusat
lain, dengan kata lain, suatu kegiatan perdagangan cenderung berkembang pada
suatu lokasi yang mengintersepsi arus pembeli yang menuju pusat yang lain
(Nelson dalam Hamdi Nur, 1996).
Nugraha
dkk (2000) mengemukakan bahwa lokasi merupakan salah satu faktor penentu yang
mempengaruhi karakter ruko dari sudut pandang pengembang selain faktor keuangan,
pasar, fisik. sedangkan yang paling menentukan dari sudut pandang pengguna
adalah faktor price dan product. Dalam penelitiannya, untuk pihak
pengembang diamati melalui faktor-faktor karakteristik ruko (Fisik, lokasi,
peraturan, pasar dan keuangan) sedangkan untuk pihak pengguna diamati melalui
"Empat -P" Koetler yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Dari
hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa lokasi merupakan faktor yang
menentukan nilai suatu ruko baik dari sudut pandang pengembang maupun
sudut pandang pengguna.
5. Mengetahui
pertimbangan lokasi berkait dengan
ciri-ciri lingkungan.
Pada
umumnya jenis perusahaan ini bersifat industri. Disini ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan letak perusahaan:
·
Dekat
dengan bahan baku
·
Dekat
dengan pasar
·
Dekat
dengan pemasok tenaga kerja
·
Dekat
dengan penyedia sumber tenaga/energi
·
Iklim
·
Ongkos
transport
·
Besarnya
suplai modal
Lingkungan
perusahaan dapat diartikan sebagai keseluruhan dari faktor-faktor ekstern yang
mempengaruhi perusahaan baik organisasi maupun kegiatannya. Sedangkan arti
lingkungan secara luas mencakup semua faktor ekstern yang mempengaruhi
individu, perusahaan dan masyarakat. Perusahaan dalam Masyarakat yang Pluralistik, Masyarakat pluralistik adalah kombinasi dari berbagai
kelompok yang mempengaruhi lingkungan perusahaan. Kesan Negatif Tentang Perusahaan.
Banyak masalah
yang menciptakan kesan negative tentang perusahaan, antara lain menyangkut
penyelewengan pajak, penyelundupan barang, penyogokan kepada pejabat
pemerintah, dan sebagainya. Kritik terhadap perusahaan tidak hanya terbatas
pada pertimbangan ekonomi, moral, etik, dan politik saja, tetapi juga
menyangkut lingkungan fisik. Usaha-usaha
untuk Memperbaiki Kesan Negatif Untuk
memperbaiki adanya kesan-kesan negative dari masyarakat terhadap perusahaan,
tentunya perusahaan harus tidak menciptakan masalah-masalah yang negative serta
perlu melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat (humas) yang efektif.
v Industry Juga Daoat Dilihat Dari Segi Lingkungan Fisik, Energi
Dan Konservasi
●
Ekologi
Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan kita sudah semakin menurun. Hal
ini disebabkan oleh kombinasi dari tiga faktor:
1. Semakin meningkatnya konsentrasi penduduk
2. Perkembangan teknologi baru
3. Semakin meningkatnya kemakmuran ekonomi
● Macam-macam Polusi Pencemaran Udara Pencemaran
Air Pencemaran Sampah Awet
v Industry Juga Daoat Dilihat Dari Segi Lingkungan Perekonomian
Dan Perpajakan
●
Alasan-alasan bagi Meningkatnya Pengeluaran Pemerintah
Meningkatnya pengeluaran pemerintah ini merpakan
suatu tendensi yang mungkin menyebabkan naiknya laju pertumbuhan urbanisasi,
pertambahan penduduk dan permintaan \ masyarakat, serta pengeluaran biaya untuk
pertahanan negara.
●
Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Apabila pengeluaran pemerintah lebih besar dari
penghasilannya, maka akan terjadi deficit. Untuk menutup deficit ini dapatlah
dilakukan peminjaman kepada bank-bank. Jumlah uang yang dipinjam dengan cara
ini disebut utang Negara. Ada beberapa
macam pajak yang dikenakan oleh Pemerintah, antara lain :
a. Pajak Tidak Langsung Besarnya pajak ini ditambahkan pada harga barang
tersebut pada saat dijual kepada masyarakat. Pajak tersebut dinamakan pajak
penjualan (PPn). Macam pajak lain yang termasuk pajak tidak langsung adalah
pajak penjualan impor, cukai, bea masuk, pajak ekspor dan sebagainya.
b. Pajak Langsung Pajak kekayaan adalah termasuk pajak langsung karena
langsung dikenakan atau dipungut pada pembayar pajak. Macam pajak lain yang
dapat digolongkan sebagai pajak langsung adalah pajak pendapatan (PPd), pajak perseroan
(PPs) dan pajak dividen. Secara
keseluruhan penerimaan Pemerintah dapat diperoleh dari :
o
Penerimaan dalam negeri
o
Penerimaan pembangunan Sedangkan
seluruh pengeluaran Pemerintah dapat dikelompokan kedalam :
o
Pengeluaran rutin
o
Pengeluaran pembangunan
B.
KESIMPULAN
Penerapan
ilmu menentukan tempat atau lokasi, banyak dikaji oleh para perencana wilayah
dalam kegiatan industri. Banyak teori lokasi yang digunakan untuk menentukan
lokasi industri. Pengambilan keputusan untuk memilih lokasi merupakan kerangka
kerja yang prospektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil,
yaitu pemilihan lokasi-lokasi yang strategis, artinya lokasi itu memiliki atau
memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada.
Semakin strategis suatu lokasi untuk kegiatan industri, berarti akan semakin
besar peluang untuk meraih keuntungannya. Jadi, tujuan dari penentuan lokasi
industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan
meraih pasar yang besar dan luas.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi atau perlu diperhitungkan dalam menentukan lokasi industri
dinamakan faktor lokasi, yaitu sebagai berikut:
Bahan mentah, merupakan
kebutuhan pokok dalam kegiatan industri, sehingga harus selalu tersedia dalam
jumlah besar demi kelancaran produksi.
Modal, peranannya
sangat penting untuk kelancaran kegiatan produksi, baik dalam pengadaan bahan
mentah, upah kerja dan biaya produksi lainnya.
Tenaga kerja, merupakan
tulang punggung kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya.
Sumber
energi, kegiatan industri memerlukan sumber energi, baik berupa energi listrik,
BBM dan gas. Transportasi dan komunikasi, lokasi industri harus dekat dengan prasarana
dan sarana angkutan atau perhubungan dan komunikasi, seperti jalan raya, jalan
kereta api dan pelabuhan untuk memudahkan pengangkutan hasil industri dan bahan
mentah, serta telepon untuk memudahkan arus informasi.
Pemasaran,
lokasi industri harus menjangkau konsumen sedekat mungkin agar hasil produksi
mudah dipasarkan. Teknologi, penggunaan teknologi yang kurang tepat guna dapat
menghambat jalannya suatu kegiatan industri. Peraturan, peraturan atau
perundang-undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan
kelangsungan industri. seperti peraturan tata ruang, fungsi wilayah, UMR,
perijinan, sistem perpajakan dan sebagainya,
Lingkungan,
faktor lingkungan yang kurang kondusif selain menghambat kegiatan industri juga
kurang menjamin keberadaannya. Misalnya keamanan, jarak ke lokasi pemukiman,
polusi atau pencemaran, dan sebagainya. Iklim dan sumber air, menentukan
kegiatan industri, artinya keadaan iklim dan ketersediaan sumber air jangan
sampai menghambat kegiatan produksi. Namun semua faktor industri tersebut
tentunya tidak seluruhnya dapat diakomodasi secara keseluruah. Terkadang satu
industri akan lebih dekat dengan lokasi bahan baku tetapi jauh dengan lokasi
pemasaran, atau sebaliknya. Karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan maka
lahirlah teori-teori untuk membantu memecahkan masalah penentuan lokasi, yaitu
harus didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu kegiatan
industri.
PESAN DAN KESAN
Pesan dan kesan terhadap industry
Dari Pimpinan Pengolahan Industri Kreatif
Dalam Konsep Industri Primer Yang
Menghasilkan Produksi Papan
Melalui Pengolahan GRCE,
bapak joko susilo berkata dalam suatu industry baik itu baru dimulai maupun
lagi sedang berkembang baik itu industry primer, sekunder, tersier dan industry
lainya termasuk industry kreatif yang diperlukan dalam suatu proses industry
yaitu keuletan dalam bekerja dan dalam membuat produksi ataupun dalam
pelaksanaan produksi kita harus memiliki sifat “jujur dan tepat waktu” ini adalah point yang paling penting dalam
pelaksanaan industry sehingga apa yang dilaksanakan akan tercapai sepenuhnya
dan akan mendapatkan hasil yang optimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tidak hanya itu tips dalam melaksanakan suatu produksi perlu adanya metode dan
taktik dalam melaksanakannya. Salah satunya produksi dari Industri Primer Yang
Menghasilkan Produksi Papan
Melalui Pengolahan GRCE yang
dipimpin oleh bapak joko susilo ini yaitu metodenya senang terhadapan pekerjaan yang digeluti. Seperti pengolahan
industry ini memerlukan sedikit teknologi untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan sehingga dalam pelaksanaan ini juga ada campur tangan teknologi. Sehingga
harus terlebih dahulu senang dengan teknologi yang digeluti dalam proses
produksi. Teknologi juga membantu bapak joko susilo dalam pelaksanaan penjualan
dengan memposting ke blog dan media sosial sehingga proses penjualan banyak
diketahui orang-orang. Dahulunya sebelum adanya teknologi bapak joko kesulitan
untuk mempromosikan produknya sehingga dengan adanya blog dan sosial media
lainya sehingga proses penjualan berjalan lancer dan tidak hanya konsumen lokal
saja tapi konsumen luar lokal.
Judul
industry : Pengolahan
Industri Kreatif Dalam
Konsep Industri Primer Yang
Menghasilkan Produksi Papan
Melalui Pengolahan GRCE.
Pimpinan : joko susilo
Kontak
person : 0813-6338-1279
Blog
:
GrceEmasJoko.blogspot.com
Keterangan:
Titik awal menuju industry kreatif GRCE yaitu dari gerbang Universitas Negeri Padang.
Dengan koordinat
Lat:-0.898 lon: 100.35 Acc: 3.0’ Alt: 4.0’ Bea: 0.0.
Keterangan :
Peta lokasi Industri kreatif GRCE yang berlokasi di
Jl. Ikua Kota kecamatan Koto Tangah.
Perjalanan dari titik awal yaitu gerbang Universitas
Negeri Padang Jl. Prof.Dr. Hamka menuju lokasi industry krestif GRCE yang
berlokasi di Jl. Ikua Kota kecamatan Koto Tangah. Dengan koordinat tempat
lokasi industry yaitu :
Lat : -0.854 Lon: 100.35 Acc: 9.0’ Alt: 18.0’ Bea
:0.0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar