Jumat, 28 November 2014

LAPORAN AKHIR GEOGRAFI INDUSTRI
(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Geografi Industri)


            NAMA ANGGOTA  : DEVIN ARDHI SAPUTRA (12058940)
                                    : RYAN AGUSTIAWAN (1201671)
                             : IIF PUTRA TAMA (1202939)
                    : ALFAUZAN (12016800)
                 : GEMRIVEL(1205868)

“LAPORAN  KAJIAN  INDUSTRI  KREATIF  DALAM  KONSEP  INDUSTRI PRIMER  YANG  MENGHASILKAN  PRODUKSI  PAPAN  MELALUI PENGOLAHAN  GRCE”
KOORDINAT : Lat : -0.854 Lon: 100.35 Acc: 9.0’ Alt: 18.0’ Bea :0.0


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

        2014
BAB I
KARAKTERISTIK INDUSTRI
Karakteristik Industri (Industrial Estate)
Dalam pelaksanaannya karakter industri dapat berupa kompleks industri, estet indsutri, lahan peruntukkan industri, kawasan berikat, permukiman industri kecil, sentra industri kecil dan sarana industri kecil. Adapun pengertian masing-masing bentuk lokasi industri tersebut sesuai dengan hasil rapat kerja Departemen Perindustrian tahun 1997/1998 adalah sebagai berikut :
1.    Kompleks industri
Suatu lahan peruntukkan yang secara khusus disediakan bagi sekumpulan kegiatan industri yang mempunyai keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar (hulu) dan hilir. Contoh lahan peruntukan khusus misalnya kompleks industri pupuk dan  kompleks kertas.
2.    Estet industri (Industrial Estate)
Suatu lahan peruntukkan yang secara khusus disediakan untuk menampung berbagai jenis kegiatan industri hilir yang dilengkapi berbagai fasilitas untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri dan penglolahannya ditangani oleh suatu badan industri. Estet merupakan suatu lahan khusus yang menampung industri-industri yang bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat dengan luas minimal 20 Ha - 40 Ha.
3.    Lahan Peruntukkan Industri
Lahan peruntukkan industri ini merupakan lahan industri yang peruntukkannya telah ditetapkan dalam suatu master plan kota untuk berbagai jenis kegiatan industri yang biasanya bersifat pertumbuhan pita dan secara fisik dalam pertumbuhan nantinya akan menjadi kawasan industri (imim). Pengembangan di masa mendatang memungkinkan menjadi estet industri.
4.    Kawasan Berikat (Bonded zone)
Suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah Indonesia yang di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean, yaitu terhadap barang-barang yang dimasukkan atau dari luar daerah pabean lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea cukai atau atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor.
5.    Permukiman Industri Kecil
Lahan yang disediakan khusus untuk industri kecil yang didalamnya dilengkapi dengan infrastruktur serta tempat tinggal pengusahanya.
6.    Sentra Industri Kecil
Suatu areal atau lahan peruntukkan dimana terdapat berbagai kegiatan usaha industri kecil sejenis yang tumbuh dan berkembang dalam suatu lokasi tertentu.
7.    Sarana Usaha Industri Kecil
Suatu sarana usaha yang disediakan didalam estet industri yang mempunyai kaitan dengan berbagai industri didalam estet industri tersebut.
Beberapa konsep yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kawasan industri menurut UNCRD (1993) yaitu :
  • Lokasi pada daerah Kota adalah suatu tempat yang telah memiliki fasilitas-fasilitas jawatan dan pelayanan yang mencakupi atau pada daerah pinggiran Kota yang belum memiliki fasilitas dan pelayanan.
  • Sasaran yang juga menjadi pertimbangan adalah apakah Kawasan ini merespon dari permintaan-permintaan di daerah-daerah yang sudah berkembang pesat atau menciptakan permintaan didaerah-daerah yang kurang berkembang.
  • Demikian juga dengan jenis-jenis industri yang berskala besar atau kecil, jenis polusi yang dihasilkan, jensi bangunan prasarana serta unsur-unsur lain yang menunjang Kawasan tersebut.
Unido (1978 : 6) mendefinisikan Kawasan Industri (Industrial Estates) adalah sebidang lahan yang dipetak-petak sedemikian rupa sesuai dengan rancangan menyeluruh, dilengkapi dengan jalan, kemudahan-kemudahan umum (public utilities) dengan atau tanpa bangunan pabrik, yang diperuntukkan bagi pengarahan industri dan dikelola secara khusus (full timer). Dalam kawasan Industri akan dibagi menjadi zona industri dan area industri. Dalam kawasan indsutri, zona industri dan area industri terbagi 3 (tiga) unsur utama kegiatan produksi yaitu :
·         modal (investasi)
·         tenaga kerja (wiraswasta)
·         pengusaha (wiraswasta)
Di bidang investasi; ketiganya dapat mengubah struktur ekonomi daerah menjadi lebih industrial dan produktif. Berdasarkan batasan di atas ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dari kawasan industri, yaitu:
Ø  berkaitan deengan besaran dan lokasi Kawasan Industri bisa menghasilkan dampak-dampak tertentu bagi wilayah sekitarnya, yang bila diinginkan bisa diarahkan.
Ø  bisa menjadi bidang usaha pengadaan dan pemasaran “lahan industri” menurut kaidah-kaidah ekonomi pertanahan kota
Ø  bisa menjadi sarana kemudahan usaha yang secara nyata dapat diberikan berbagai bentuk insentif atau subsidi.
Dalam hal pembangunan industri, khususnya pengembangan kawasan industri (dimana keterkaitan pada suatu lokasi agak terbatas), maka permasalahan pokoknya adalah lokasi mana atau penetapan pengembangan gugusan mana yang menjanjikan pemanfaatkan regional terbaik. Sasaran dari strategi ini adalah :
v  menciptakan tata ruang kegiatan pengembangan yang seimbang terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah potensial baru.
v  pada waktu yang sama membuka peluang partisipasi masyarakat setempat.
Klasifikasi Kawasan Industri Faktor-faktor yang digunakan oleh Nielsen  dalam P4N-UGM (1984) sebagai dasar klasifikasi kawasan industri adalah :
*      Kaitan dengan kota sebagai pusat pelayanan dan pemukiman.
*      Masalah tenaga kerja dan urbanisasi
*      Tata ruang kota,
*      Penggunaan sumber daya setempat sebagai bahan mentah industri yang akan dikembangkan,
*      Pelayanan transportasi bagi industri yang akan dikembangkan dalam kawasan industri, baik transport bahan mentah industri, produksi industri maupun transport pekerja,
*      Keterkaitan industri dalam Kawasan Industri dengan industri antara hulu yang ada di wialyah yang bersangkutan,
*      Keterkaitan antara sesama dari industri dalam kawsan industri yang sama,
*      Kemungkinan pemasaran produksi industri dalam kawasan industri yang akan dikembangkan, dan
*      Faktor lingkungan.
Tujuan pengembangan industri dalam kerangka wilayah nasional dapat dirumuskan sebagai :
  1. Memanfaatkan pusat-pusat pertumbuhan yang telah berkembang, dan mengawasi atau, merangsang berkembangnya pusat-pusar pertumbuhan baru, dengan pertimbangan :
  2. Pemerataan kegiatan-kegiatan pembangunan, berupa kegiatan industri, serta dengan memperhitungkan keterkaitan perkembangan wilayah lebih luas, yang dengan demikian pada gilirannya dpat;
  3. Mendorong terwujudnya kesatuan (wilayah) ekonomi nasional.
Menurut Soesilo  di dalam Tehang (2000), tujuan utama dalam perencanaan dan pembangunan industrial estate di Indonesia adalah modernisasi dan ekspansi industri. Hal ini dilakukan dengan pengelompokkan industri-industri ke dalam kawasan industri. Industrial estate didukung dengan promosi, teknologi, manajerial dan marketing, sehingga secara keseluruhan efektif pada biaya-biaya yang rasional, yang tidak memungkinkan untuk industri-industri yang tersebar diseluruh kota atau distrik. Pada prinsipnya Industrial Estate dibangun dengan tujuan-tujuan :
  1. Menyediakan Kawasan Industri yang mempermudah para investor untuk mendapatkan tanah yang tesedia untuk bangunan pabrik;
  2. Penyediaan infrastruktur fisik yang memadai , seperti jalan-jalan raya, air, telekomunikasi , listrik dan juga fasilitas sampah dan pembuangan dan beberapa fasilitas jasa lainnya.
  3. Pemanfaatan yang optimum dan harmonis dari tanah dan pengurangan sejauh mungkin dampak-dampak negatif yang mungkin berasal dari plot-plot industri melalui perencanaan langsung dan penagwasan lingkungan.
Selanjutnya tujuan pengembangan Kawasan Industri perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam tingkat agregasi (setara) tingkat II/Kabupaten yang mengarah kepada:
  1. Memanfaatkan kondisi sosial, infrastruktural dan sumberdaya alam dalam wilayah tertentu,
  2. Memperbesar peluang partisipasi masyarakat setempat dalam proses perkembangan industri, melalui hadirnya Kawsan Industri,
  3. Meningkatkan optimasi tata ruang wilayah.
Langkah-langkah ini ditempuh melalui identifikasi dan klasifikasi wilayah/zona potensial sebagai lingkungan prospektif bagi lokasi pembangunan : kompleks, pusat dan Kawasan Industri. Pada tingkat lebih lanjut tujuan pengembangan diterjemahkan ke dalam (penerapan) besaran kegiatan industri yang secara bertahap harus diwadahi oleh tipe-tipe Kawasan Industri yang paling sesuai, menjadi :
  1. Pengadaan Kawasan Industri sebesar kebutuhan/potensi sesuatu satuan wilayah tertentu (zona atau satuan aglomerasi tertentu) pada kurun waktu tertentu,
  2. Pengembangan tipe Kawasan Industri sesuai besaran kebutuhan perkembangan atau kemampuan pentahapan pembangunan.
Pada tingkat daerah/regional, dimensi ruang (spasial menjadi lebih menonjol dalam setiap perhitungan usaha pembangunan. Faktor lokasi dan jarak antara kegiatan-kegiatan ekonomis (dan industrial) memegang peran lebih penting dalam menghasilkan penempatan wilayah, yang dapat diukur melalui berbagai tolak ukur perkembangan.
Pembangunan industri diseluruh daerah didasarkan pada pendekatan ekonomi (economic base approach), karena beberapa daerah ditargetkan sebagai inti regional pembangunan industri (industrial growth centers) atau yang disebut wilayah pusat pertumbuhan industri. Adapun identifikasi dari pusat-pusat pertumbuhan industri adalah :
  • Suatu daerah yang dapat diidentifikasikan sebagai zona industri jika daerah itu mempunyai keunggulan komparatif untuk pembangunan dari industri yang berbasiskan sumber daya alam tertentu, atau mempunyai potensi ekonomi tertentu untuk pembangunan industri yang berorientasi pasar.
  • Beberapa zona industri yang perspektif dapat dijadikan sebagai inti-inti regional dari pembangunan industri (region cores of industrial development). Hal ini terjadi jika ada sejumlah mekanisme untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara ke dalam dengan memiliki keterkaitan ekonomi, seperti pembangunan regional yang terpadu dengan sistem transportasi anatara daerah yang keunggulan komparatif ekonomis untuk pertumbuhan zona-zona industri.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam seleksi tempat industri yang potensial adalah :
o   biaya tanah dan pembangunan.
o   topografi.
o   aspek-aspek fisik.
o   transportasi.
o   Ketersediaan infrastruktur dan utilitas.
o   tersedianya sistem pembuangan sampah padat dan cair, dan
o   ketersediaan tenaga kerja.
Sedangkan dalam master plan kawasan industri , faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam desain dan pembangunan industrial estate adalah :
  1. Pembagian zona industri-industri kecil
  2. Rute-ture lalu lintas, parkir, bongkar muat dan sirkulasi
  3. Penyediaan transportasi umum
  4. Persyaratan-persyaratan utilitas dan pembuangan sampah
  5. Fasilitas-fasilitas sosial dan penyediaan tempat makanan.
Infrastruktur atau prasarana yaitu segala yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek dan sebagainya) seperti jalan dan angkutan, merupakan hal yang penting bagi pembangunan  suatu daerah. Dalam kaitan dengan prasarana kawasan industri selain jalan, telepon, listrik, air bersih dan drainase juga sangat penting. Secara umum bahwa karakteristik industri GRCE dan produk GRCE  ini antara lain sebagai berikut :
1.      Padat Karya, bahwa industri GRCE dan produk GRCE memerlukan tenaga kerja trampil dan ahli dari bidang lukis dan bidang seni hias
2.      Padat modal, artinya bahwa dalam pendiriannya industri GRCE dan produk GRCE memerlukan modal yang cukup besar untuk pembelian mesin-tenaga , tanah dan SDM yang ahli dalam pengolahan GRCE.
3.      Padat Teknologi, artinya bahwa dalam proses produksinya GRCE dan produk GRCE memerlukan beberapa tahapan seperti dalam proses pengambaran, proses percetakan, proses pengukiran,proses penghalusan, proses pewarnaan dan proses dalam finising yang kesemuanya merupakan tahapan yang menggunakan tekologi.
4.      Industri GRCE dan produk GRCE termasuk industri yang ramah lingkungan, terutama dampak dapatnya limbah tersebut sebagai penimbun wilayah atau lahan yang rendah dan limbahnya dapat di jadikan sebagian sebagai bahan bakar dan yang pasti limbahnya dapat sebagai bahan timbunan.
5.      Dilihat dari karakternya kapasitas industri GRCE dan produk GRCE dapat menerima pesanan terdiri dari industri kecil, indusri menengah dan besar, industry ini dapat melayani semua kebutuhan asalkan konsumen membutuhkan produksi dari GRCE.
 BAB II
ANALISIS ORIENTASI LOKASI INDUSTRI
A.    Lokasi Industri
Pemilihan lokasi industri memiliki arti yang sangat penting sebab akan mempengaruhi perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan industry.
Faktor yang mempengaruhi dan perlu diperhitungkan dalam menentukan pilihan lokasi industri disebut faktor lokasi yang terdiri atas bahan mentah, sumber tenaga, pasar, sarana, pengangkutan, ketersediaan air, dan lainnya. Masalah lokasi timbul karena unsur-unsur yang mempengaruhi faktor lokasi tersebut tidak selalu terdapat pada daerah yang sama dan sering terpencar. Oleh karena itu, berdasarkan orientasi faktor-faktor lokasi yang mempengaruhinya maka ada kecenderungan lokasi industri berada dekat dengan bahan mentah atau berada dekat sumber tenaga atau berada sumber tenaga kerja atau dekat dengan pasar.
Beberapa industri seperti industri makanan, minuman, industri kulit (sepatu), dan industri pakaian mungkin bisa ditempatkan dimana saja ( foot-lose industry ). Akan tetapi, pada umumnya industri demikian akan memilih daerah pasar sebagai lokasinya. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas dua teori yang dapat menjadi acuan dalam menganalisis lokasi industri.
1.      Teori Susut dan Biaya Pengangkutan. 
Teori susut di sini maksudnya adalah pengurangan berat yang terjadi karena proses pengolahan. Misalnya, pada industri minyak kelapa, 100 kg kopra (kelapa kering) hanya bisa menghasilkan 25 kg minyak kelapa. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah melalui proses pengolahan akan mengalami pengurangan berat. Secara umum, teori susut dan biaya pengangkutan mengemukakan hubungan-hubungan antara faktor susut dan biaya pengangkutan. Teori ini bermanfaat untuk melihat kecenderungan lokasi industri, artinya dapat mengkaji kemungkinan-kemungkinan penempatan suatu industri (pabrik) di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi.
Description: D:\GEOGRAFI\GEOGRAFI INDUSTRI\bahan laporan akhir\GUDANG ARTIKEL  ANALISIS LOKASI INDUSTRI_files\tabel+peta+lokasi+industri.JPG
Tabel 1.1
Pada tabel 1.1 dijabarkan empat kasus suatu pabrik yang mengolah bahan mentah (M) yang berasal dari satu daerah sumber bahan mentah (SM), menjadi satu macam barang jadi (B), yang kemudian dijual di suatu daerah pasar (P). Pada contoh, digunakan dua variabel, yaitu susut dan biaya pengangkutan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya industri dianggap sama dan diabaikan.
Hasil perhitungan biaya pengangkutan seperti pada contoh diatas menunjukan pada kasus A dan B industri/pabrik cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Akan tetapi, pada kasus C dan D sebaliknya, pabrik cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Menurut perhitungan, ternyata jumlah biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan lebih rendah. Pada kasus D besarnya biaya pengangkutan berbeda dengan kasus A, B, dan C. Coba hitungkan kemungkinannya jika pada kasus D besarnya biaya pengangkutan disamakan dengan kasus A, B, dan C. Terdapat dua kesimpulan dalam pemilihan lokasi yang baik (dengan catatan faktor-faktor lainnya sama) menurut teori susut dan biaya pengangkutan. Pertama, makin besar angka rasio susut dalam pengolahan, makin kuat kecenderungan menempatkan pabriknya di daerah bahan mentah. Kedua, makin besar perbedaan biaya pengangkutan antar bahan mentah dan bahan jadi, makin kuat daerah pasar dijadikan sebagai tempat lokasi industri.
2.      Teori Weber 
Weber mengemukakan teorinya dalam bukunya yang terkenal Theory of The Location of Industries (1909). Teori Weber dimulai dengan beberapa premis sebagai berikut.
Ø  Unit analisis tunggal, merupakan daerah yang terisolasi yang homogen baik mengenai iklimnya, topografi maupun penduduknya.
Ø  Beberapa sumber alam seperti air dan pasir, mudah diperoleh dimana saja, sedangkan sumber alam lain hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja, misalnya batu bara dan bijih besi.
Ø  Biaya pengangkutan adalah fungsi dari berat dan jarak, artinya makin bertambah sesuai dengan berat dan jaraknya. Beberapa contoh kasus berikut ini menunjukkan peran biaya pengangkutan terhadap kemungkinan dan kecenderungan lokasi industri.
Kasus A: Satu Pasar dan Satu macam Bahan Mentah Jika suatu industri hanya mengolah satu macam bahan mentah dan memasarkannya pada satu daerah pasar maka ada tiga kemungkinan lokasi industrinya.
Ø  Jika bahan mentah yang dibutuhkan mudah diperoleh dimana saja maka pabriknya dapat atau cenderung ditempatkan di daerah pasar.
Ø  Jika bahan mentah yang diperlukan hanya terdapat di daerah tertentu saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka pabriknya dapat ditempatkan baik didaerah pasar maupun daerah bahan mentah.
Ø  Jika bahan mentah hanya terdapat di daerah tertentu saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka industrinya akan ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.

Harus diingat bahwa besarnya biaya pengangkutan berkaitan langsung dengan berat barang yang diangkut.
Description: D:\GEOGRAFI\GEOGRAFI INDUSTRI\bahan laporan akhir\GUDANG ARTIKEL  ANALISIS LOKASI INDUSTRI_files\tabel+segitiga+lokasi+industri.JPG

Kasus B: Satu Daerah Pasar dan Dua Macam Bahan Mentah Jika industri mengolah dua macam bahan mentah (M1 dan M2), hasilnya hanya dipasarkan di suatu tempat tertentu saja maka industri itu akan ditempatkan di salah satu kemungkinan berikut.
Ø  Jika M1 dan M2 mudah diperoleh dimana saja maka industri itu akan ditempatkan di daerah pasar.
Ø  Jika M1 mudah diperoleh dimana saja sedangkan R2nya hanya terdapat di suatu daerah tertentu saja duluan daerah pasar dan jika keduanya tidak mengalami susut dalam pengolahan maka industri tersebut akan ditempatkan di daerah pasar. Biaya pengangkutan hanya dikeluarkan untuk R2.
Ø  Jika kedua bahan mentah (M1 dan M2) hanya terdapat di daerah- daerah tertentu yang berlainan dan mengalami susut dalam pengolahannya maka pemecahannya agak sulit. Untuk itu, Weber memperkenalkan teori yang disebut location triangle (segitiga lokasi) dengan titik sudutnya adalah daerah pasar (P), dan daerah-daerah sumber bahan mentah (M1 dan M2). Contohnya, suatu industri mengolah R1 dan R2. keduanya mengalami susut 50%. Setiap tahunnya diperlukan masing-masing bahan mentah itu 2.000 ton.
Description: D:\GEOGRAFI\GEOGRAFI INDUSTRI\bahan laporan akhir\GUDANG ARTIKEL  ANALISIS LOKASI INDUSTRI_files\tabel+segitiga+lokasi+industri(1).JPG

a. Jika industri itu ditempatkan di P maka biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan pertahunnya adalah sebagai berikut.
R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km.
R2 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
Jumlah = 400.000 ton-km
b. Jika industri itu ditempatkan di M1 maka biaya pengangkutan itu adalah:
R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
P = 2.000 ton x 100 km = 200.000 ton-km
Jumlah = 400.000 ton-km
c. Jika industri itu ditempatkan di titik X maka biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan pertahunnya menjadi:
R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
R2 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km
P = 2.000 ton x 87 km = 174.000 ton-km
Jumlah = 374.000 ton-km
Biaya pengangkutan pada poin C ternyata lebih rendah dibandingkan dengan A dan B. Ini berarti bahwa penempatan atau lokasi industri di X akan lebih menguntungkan jika industri itu ditempatkan di P, M1, atau M2 1. Pengumpulan Data Berikut ini data yang harus dikumpulkan untuk kepentingan analisis lahan pertanian.
Tujuan utama penentuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan jalan menekan biaya masukan.secara umum industri berorientasi pada:
1.      Lokasi Industri Dekat Bahan Baku
  Alasan:
·         Bahan baku yang digunakan mudah rusak
·         Pengangkutan barang jadi lebih murah jika dibanding pengangkutan bahan baku
·         Bahan baku yang digunakan lebih berat daripada produk yang dihasilkan
Contoh: industri pengalengan sapi, buah-buahan, sayur, ikan dan industri perkayuan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji bahan baku antara lain:
·         Jenis bahan baku
·         Jumlah dan kualitas bahan baku
·         Persebaran asal bahan baku
·         Potensi bahan baku untuk masa yang akan dating
2.      Lokasi Industri Berdasarkan Pasar
 alasan:
·         yang dihasilkan lebih berat dibandingkan dengan bahan baku
·         Produksi Bahan baku yang digunakan tidak mudah rusak
·         Wilayah pasar luas
·         Produksi yang dihasilkan lebih mudah rusak setelah pengolahan



3. Lokasi Industri Berorientasi Biaya Transportasi
               alasan: 
·          dipengaruhi oleh faktor jarak, 
·         tempat, keamanan,
·          jenis barang yang diangkut dan 
·         volume barang
3.      Lokasi Industri Berorientasi pada Tenaga Kerja.
alasan:
·         Perusahaan batik keris didirikan di Solo karena mudah mendapat tenaga kerja yang ahli di bidang membatik
·         Pabrik jamu air mancur di Wonogiri
·         Industri mebel di Jepara.
5. Lokasi Industri Berorientasi Pada Modal dan Teknologi
alasan: Lokasi industri perlu mempertimbangkan besarnya modal yang dibutuhkan dalam proses  produksi. Disamping itu perlu memiliki teknologi yang menjadikan industri lebih efisien.
6. Lokasi industri Berdasarkan Pertimbangan Peraturan dan Lingkungan
Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang pelaksanaan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
 BAB III
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI TERHADAP KECENDERUNGAN LOKASI INDUSTRI
Lokasi suatu industri berada, selain memperlihatkan karakteristik dari kegiatan industrinya juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan lokasi suatu industri. Karena itu, pengambilan keputusan dalam merencanakan lokasi industri harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis merupakan kerangka kerja yang presfektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil. Artinya, lokasi tersebut harus memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin besar peluang keuntungan yang akan diperoleh. Dengan demikian, tujuan penentuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pangsa pasar yang lebih luas.
1.      Faktor-faktor penentuan lokasi industri
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, di antaranya sebagai berikut.
a.      Bahan mentah
Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka akan mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan lokasi industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya terbatas dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan biaya operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan lokasi industri semakin terbatas.
b.      Modal
Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang sangat penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan, pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan digunakan, dan luasnya sistem pemasaran. Dengan demikian, suatu industri yang memiliki modal besar memiliki alternatif yang banyak dalam menentukan lokasi industrinya. Sebaliknya, bagi industri yang bermodal sedikit atau kecil maka kurang memiliki banyak pilihan dalam menentukan lokasinya.
c.       Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya suatu industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan. Tetapi, ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang berpendidikan dan terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industri berdasarkan tenaga kerja  sangat tergantung pada jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.
d. Sumber energi
Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin- mesin produksi, misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan energi, umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi tersebut.
d.      Transportasi
Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan menjamin distribusi pemasaran produk yang dihasilkan. Sarana transportasi yang dapat48 digunakan untuk kegiatan industri di antaranya transportasi darat (keretaapi dan kendaraan roda empat atau lebih), transportasi laut (kapal laut), dan transportasi udara (kapal terbang).
e.       Pasar
Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat mungkin menjangkau konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.
f.       Teknologi yang digunakan
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki tingkat pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan pasar internasional sudah mensyaratkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan sumberdaya sebagai salah satu syarat agar produknya dapat diterima di pasaran internasional melalui ISO 9000 dan ISO 14000.
g.      Perangkat hukum
Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan keamanan. Termasuk jaminan keamanan dan hukum penggunaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran. Peraturan dan perundang-undangan harus menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan industri karena menyangkut modal yang digunakan, kesejahteraan tenaga kerja, dan dampak negatif (limbah) yang ditimbulkan.
i. Kondisi lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan lain-lain, hal ini dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri.
Namun, semua faktor yang mempengaruhi lokasi industri tersebut, tentunya tidak seluruhnya dapat diakomodasi. Terkadang suatu lokasi industri mendekati tempat beradanya sumber bahan baku, tetapi jauh dari daerah pemasaran, atau sebaliknya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan lokasi industri yang ideal, sehingga lahirlah beberapa teori lokasi dari para ahli yang didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu kegiatan industri. Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara yang konsisten dan logis, dan untuk melihat serta memperhitungkan bagaimana antarwilayah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).
2.      Teori lokasi
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori yang banyak digunakan dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai berikut: 
a.       Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber.
b.      Theory of optimal industrial location (teori lokasi industri optimal) dari Losch.
c.       Theory of weight loss and transport cost (teori susut dan ongkos transport).
d.      Model of gravitation and interaction (model gravitasi dan interaksi) dari Issac Newton dan Ullman.
e.       Theory of cental place (teori tempat yang sentral) dari Walter Christaller.
Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori lokasi.
a.      Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred Weber
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:
1.      Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2.      Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3.      Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4.      Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5.      Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6.      Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7.      Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini.
Description: D:\GEOGRAFI\GEOGRAFI INDUSTRI\bahan laporan akhir\Belajar Geografi  MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI_files\Industri+segi+tiga+webwer.JPG
Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri  (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000) 
Keterangan:M = pasar P   =   lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

b.      Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial location) dari Losch
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar.
Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya.
Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan  barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
c.       Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
·         Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.
·         Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.
d.      Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interaction) dari I. Newton dan Ullman
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang saling melengkapi (regional complementarity), kemudian memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability). Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi (economic connection) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori ini perhatikan rumus berikut.
Description: D:\GEOGRAFI\GEOGRAFI INDUSTRI\bahan laporan akhir\Belajar Geografi  MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI_files\industri+rumus+I.JPG
Keterangan:     I = gaya tarik menarik diantara kedua region.
d = jarak di antara kedua region.
P = jumlah penduduk masing-masing region.
e.       Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter Christaller
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
v  Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
v  Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
v  Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.
Teori Christaller akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah dataran rendah, sebab tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang.  Contohnya pada sebuah daerah pedataran luas yang dihuni oleh penduduk secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tentu memerlukan berbagai barang dan jasa seperti: pakan (makan dan minum), papan (rumah dan perabotannya), sandang (pakaian dan asesorisnya), pendidikan, dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan barang dan jasa tersebut, hanya ada pada tempat tertentu saja, sehingga ada jarak antara tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak tempuh dari tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut range. Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup dengan mengkamulkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik, melainkan lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen (masyarakat) harus menjadi perhatian.
Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai berikut: 1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.53 2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan  adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batubara.
3.      Kecenderungan lokasi industri
Penentuan lokasi industri sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memiliki beberapa alternatif atau kecenderungan yang didasarkan pada orientasi faktor- faktor produksi yang tersebar di berbagai lokasi. Faktor-faktor produksi dalam kegiatan industri, di antaranya dipengaruhi oleh: bahan baku, sumber energi, tenaga kerja, modal, transportasi, dan pasar. Kecenderungan lokasi industri berdasarkan jenis industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.      Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku
Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku adalah industri yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar,  bahan baku yang digunakan tidak rusak/utuh, dan bahan baku yang diolah banyak mengalami penyusutan sehingga meringankan biaya pengangkutan. Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada bahan baku, di antaranya adalah:
ü  Industri yang mengolah bahan baku yang cepat rusak atau busuk, misalnya: industri daging, industri ikan, industri bunga, dan industri susu.
ü  Industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah besar atau barang curahan (bulk goods) dan biaya angkutannya cukup mahal, misalnya: industri kayu dan industri pengolahan minyak bumi. Industri kelompok ini memiliki perbandingan kehilangan berat (weight loss) mencapai 75% atau lebih.
ü  Memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar.
ü  Biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal daripada biaya pengangkutan barang jadi.
ü  Volume produksi lebih kecil dari bahan mentah karena adanya penyusutan.
b. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran
Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran adalah industri yang biasanya tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan bahan baku atau mudah diperoleh di daerah sekitarnya. Misalnya: industri perakitan, industri makanan, dan industri konveksi. Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada daerah pemasaran, di antaranya adalah:
Ø  Jika dalam pembuatan barang industri, perbandingan kehilangan (susut) berat mencapai nol persen, biaya angkut untuk barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut untuk barang mentah. Misalnya: industri roti karena setelah diolah beratnya tidak berbeda dengan bahan mentahnya.
Ø  Jika bahan mentah/baku mudah diperoleh. Misalnya: industri air mineral, karena air bersih dianggap mudah diperoleh.
Ø  Jika barang yang dihasilkan memerlukan ongkos tinggi karena ukurannya relatif lebih besar. Misalnya: industri peti dan industri mebel.
Ø  Jika barang yang dihasilkan selalu mengalami perubahan yang cepat karena kaitannya dengan model dan mode yang sedang berkembang. Misalnya industri konveksi.
Ø  Jika biaya angkut barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut bahan mentah/baku.
Ø  Jika produksi yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama.
Ø  Jika barang yang dihasilkan memerlukan pemasaran yang luas.
Ø  Jika bahan baku yang digunakan tahan lama.
b.      Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk
Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk, yaitu industri yang memerlukan tenaga kerja yang banyak. Industri ini bersifat padat karya, misalnya: industri elektronika dan garmen. Industri ini biasanya berlokasi di tempat pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang murah dan terampil. Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang khusus dalam jumlah yang banyak di antaranya industri kain batik dan industri kain bordir.
c.       Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energy
Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energi adalah industri yang banyak memerlukan sumber tenaga (listrik, minyak bumi, batubara, gas, dan air). Misalnya: industri peleburan baja/besi, industri pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
d.      Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan
Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan adalah industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi55 yang mudah dan baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri ini biasanya industri yang memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran pada satu tempat yang sama. Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi.
e.       Industri yang berorientasi pada modal
Industri yang berorientasi pada modal adalah industri yang biasanya memiliki produksi yang besar dan sangat vital secara ekonomis, dan memiliki pasar yang luas serta strategis untuk menarik modal asing. Misalnya: industri farmasi dan alat-alat kesehatan.



f.       Industri yang berorientasi pada teknologi
Industri yang berorientasi pada teknologi adalah industri yang membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik, serta telah menerapkan teknologi adaptif. Misalnya: industri pertanian, industri perikanan, industri pariwisata, dan industri perhotelan.
g.      Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang- undangan
Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-undangan adalah industri yang memerlukan kemudahan dalam perizinan dan sistem perpajakan. Misalnya relokasi industri negara maju ke negara-negara berkembang umumnya sangat memperhatikan orientasi peraturan perizinan dan perpajakan. Jika izin mereka agak dipersulit dan terlalu mahal pajaknya, maka negara maju tersebut tidak akan mendirikan industri di negara berkembang.
h.      Industri yang berorientasi pada lingkungan
Industri yang berorientasi pada lingkungan adalah industri yang tidak merusak lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi atau proses industri yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber energi, serta tidak mencemari lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
 BAB IV
TEMUAN DAN KESIMPULAN
A.    TEMUAN
1.      Mengetahu karakteristik   industr pengolahan   (bahan   baku, bahan pencampur/katalisator, jumlah tenaga kerja, produksi, modal, pola produksi, sumber energy, limbah, penggunaan teknologi). (lakukan melalui wawancara)
No.
Uraian
Ketgngngan
1
Bahan baku
a.       Material ?
pasir, semen, kayu, lem, veber
b.      Asal darimana……?
(lokal, berupa pasir, semen, lem dan kayu dan bahan-bahan lainnya) (bahan luar negeri berupa vinising)
c.       Jik buka lokal alasan.....? alasannya ambil bahan bukan  lokal karena belum ada bahan diindonesia dan masih langka dan kualitas masih rendah dan harga masih mahal.

2
Bahan campuran
a.       Material : ? pasir, semen, lem,
b.      Asal darimana ? vinising dari Australia
c.       Jik buka lokal alasan.....?
harga relative murah, kualitas bagus.
3
Jumlah tenaga kerja
a.       Asal (lokal/tdk): asal lokal sumbar ada dan kebanyakan jumlah tenaga kerja diambil dari daerah pulau  jawa
b.      Jumlah : 30-40 (tergantung banyak atau tidaknya pekerjaan yang dikerjakan.
c.       Kualitas (terdidik/terampil/tdk terdidik) kualitas tidak terampil karena kebanyakan tenega kerjanya bukan pada profesi pekerjaannnya keahlian tersebut secara otodidak.
4
Hasil produksi :
Barang dalam proses


Barang jadi

:…. gambar kaligfari atau gambar-ganbar seni yang di download dari internet dan diolah lagi menjadi kalirafi yang lebih indah.
: ….ukiran kaligrafi, tembok taman, tembok hias, dinding masjid, dan hiasan dinding bermotif kreatif.
5
Modal :
Modal pemilik
Pinjaman/kredit

Keuntungan investasi


:….sebagian modal kepemilikan dan sebaiknya minjam ke bank
:….keuntungan investasi 10% dari hasil yang dijual.

lembaga keuangan: bank.

6
Pola produksi
Pe minggu/bulan/jm bahan baku/tahun
Pola produksi berdasarkan banyaknya permintaan dari konsumen, sehingga tidak ada waktu perminggu ataupun perbulan untuk siap dipekerjakan. Namun dalam pengerjaan nya dalam suatu produk bisa antara seminggu sampai 2 minggu.
7
Hasil produksi *6
Berupa ukiran kaligrafi, tembok taman, tembok hias, dinding masjid, dan hiasan dinding bermotif kreatif.
8
Harga produksi *6
Dari 6.50.000/ meter sampai 700.000/meter.
9
Biaya produksi *6
Flexible, 1 proyek 10-1 miliyar
10
Sumber energy
Diesel, listrik dan lainya.
11
Limbah
Berupa bahan kayu dan semen yang membeku dan pasir.
12
Pengolahan limbah
Semen dan pasir atau tanah dapat dijadikan bahan timbunan. Sedangkan kayu-kayu tersebut dapat dijadikan bahan bakar untuk masak.
13
Keterlibatan  teknologi  dalam
proses produksi
Computer (berupa aplikasi desain photoshop dan phothoscape), alat pemotong, alat penghalus dan alat pisau ukir.
14
Unsur inovasi
Ada, karena banyaknya seni-seni kreatifitas.
15
Keterkaitan hasil produksi dg
industry lain
a.       Industri : tidak ada kaitan antara industry lainnya.
b.      Lokal : banyaknya dibutuhkan dalam pembangunan masjid, dan bangunan besar lainnya.
c.       Interlokal : hasil produksi sampai ke daerah luar provinsi.
d.      Nasional: pernah diajak bergabung bersama industry di Malaysia, dan Australia.

2.      Mengetahui orientasi lokasi industri (kebutuhan jumlah tenaga kerja, ketahanan bahan baku, sifat industry) , indeks material (teori weber).
NO.
URAIAN
KETERANGAN
1.
Indeks material
Pasir 1 truk (7-6 kubik)
Semen 100 sak
Kayu triplek sebutuhnya .
2.
Pengolahan
Pengolahan dilakukan dengan manual dengan mengeluarkan kreatifitas seni ukir. Dan dibantu dengan kreatifitas pengolahan gambar dengan photoshop
3.
Sumber energi
Dari listrik dan diesel.
4.
Permintaan (demand)
Permintaan hasil produksi  dari sampai dalam kecamatan, kabupaten, kota dan  sampai keluar provinsi.
5.
Transportasi
Transportasi yang digunakan berupa truk dan sejenisnya.
6.
Sifat industri
Sifat dari industry GRCE ini padat karya dan juga mengikuti trend-trend terbaru sesuai dengan perkembangan zaman.
7.
Ketahanan bahan baku
Ketahanan bahan baku kurang lebih sampai 1 bulan.
8.
Kebutuhan tenaga kerja
Kebutuhan tenaga kerja sedikit karena sulit mencari SDM yang hebat dalam mendisain seni kerajinan tangan dan seni ukir.
9.
Kualitas tenaga kerja
Kebanyakan tidak terampil karena produksi GRCE ini pernah bekerja sma dengan mahasiswa unand fakultas teknik.
10.
Aglomerasi
Dalam perizinan sudah di izinkan oleh pemerintah.  Dan sudah terbentuknya sebuah CV.

3.      Mengetahui persebaran industry (jumlah industry yang sama di daerah/ kecamatan) dan polanya.  (dilakukan dengan observasi dan wawancara juga survey data sekunder ke kantor terkait.
No.
Uraian
Keterangan
1.
Perkiraan industry sejenis
Menurut wawancara kami industry yang sejenis tersebut tidak ada di sumatera barat ini tetapi diluar provinsi sumatera barat kemungkinan ada, sebab kebanyakan provinsi tetangga banyak memilih dan membeli produk ini di sumatera barat alias produksi GRCE EMAS JOKO.
2.
Kondisi lingkungan dan situasi
Kondisi lingkungannya berada pada tepi pusat kota dan berada disepanjang  jalan.
3.
Jarak antara industry dengan industry lain.
Jarak antara industry yang sejenis tidak ada namun kalau dilihat dari jarak industry tidak sejenis diperkirakan 2-3 km jaraknya.



4.      Mengetahui faktor-faktor pertimbangan  lokasi terkait dengan ciri-ciri keruangan.
Penerapan ilmu menentukan tempat atau lokasi, banyak dikaji oleh para perencana wilayah dalam kegiatan industri. Banyak teori lokasi yang digunakan untuk menentukan lokasi industri. Pengambilan keputusan untuk memilih lokasi merupakan kerangka kerja yang prospektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil, yaitu pemilihan lokasi-lokasi yang strategis, artinya lokasi itu memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin strategis suatu lokasi untuk kegiatan industri, berarti akan semakin besar peluang untuk meraih keuntungannya. Jadi, tujuan dari penentuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pasar yang besar dan luas.
Rondinelli (1985) berpendapat bahwa dalam interaksi ekonomi keterkaitan integrasi spasial yang sangat penting adalah adanya jaringan pasar melalui pelayanan komoditi, bahan baku yang berinteraksi antara pusat perdagangan dengan permukiman. Karena kota lebih banyak berfungsi sebagai tempat pemasaran (market town) maka kota merupakan penghubung utama bagi masyarakat kota dan masyarakat hinterland dalam menerima serta melayani sistem pasar produksi hinterlandnya atau sebaliknya. Pada umumnya jika ada aksesibilitas bagi pembeli maupun pedagang, maka pasar yang diciptakan oleh adanya aktifitas perekonomian akan berkembang karena dibutuhkan oleh masyarakat.

Pada umumnya masyarakat suatu kota (kecil atau besar) akan berbelanja ditempat yang terekat jika barang yang diinginkan masih ditawarkan. Barang-barang tersebut lebih banyak bersifat untuk konsumen sehari-hari yang bisa dibeli tanpa harus banyak melakukan pertimbangan. Disisi lain pedagang tidak akan menjual barangnya pada pusat-pusat yang kecil jika barang tersebut  tidak banyak diminati oleh masyarakat atau jika masyarakat harus mempertimbangkan dengan lebih teliti barang yang akan dibelinya (Christaller dalam Harstorn, 1992).
Diana (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan meliputi :
o   Jumlah penduduk pendukung
Setiap jenis fasilitas perdagangan eceran mempunyai jumlah ambang batas penduduk atau pasar yang menjadi persyaratan dapat berkembangnya kegiatan. Jumlah penduduk pendukung dapat diketahui dari luas daerah pelayanan tetapi luas daerah layanan tidak dapat ditentukan sendiri karena faktor ini bergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas perdagangan.
o   Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas perdagangan kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan kelengkapan fasilitas parkir merupakan syarat penentuan lokasi dan kesuksesan kegaiatan perdagangan.
o   Keterkaitan spasial
Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi halyang penting sedangkan pada lokasi perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.
o   Jarak
Kecenderungan pembeli untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun menyukai tempat yang dekat maka faktor jarak merupakan pertimbangan penting untuk melihat kemungkinan perkembangan suatu lokasi terutama pusat perdagangan sekunder yang menunjukkan trade off antara besarnya daya tarik pusat dan jarak antara pusat.
o   Kelengkapan fasilitas perdagangan.
Kelengkapan fasilitas perdagangan menjadi faktor penentu pemilihan lokasi berbelanja konsumen. Konsumen berbelanja barang-barang tahan lama yang tidak dibeli secara tidak teratur seperti pakaian, alat-alat elektronik pada tempat perdagangan yang memiliki banyak pilihan barang yang dapat diperbandingkan. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk berbelanja barang-barang tahan lama pada pusat perdagangan yang lebih lengkap, tetapi untuk kebutuhan standar sehari-hari seperti bahan makanan, para konsumen cenderung masih mempertimbangkan jarak yang dekat kalau terdapat fasilitas yang memadai.
Ratcliffe (1974) mengemukakan aksesibilitas adalah kemudahan suatu tempat untuk dijangkau dan karakteristik spasial merupakan karakteristik lokasi perdagangan atas lokasi yang bersifat generative yaitu lokasi kegiatan perdagangan yang menarik konsumen dari kawasan sekitar dan lokasi perdagangan yang bersifat suscipient yaitu lokasi kegiatan perdagangan yang mengambil keuntungan dari kegiatan lain disekitarnya. Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi hal yang penting sedangkan pada lokasi perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.
Kedua ciri ini pada kenyataannya sulit untuk dipisahkan, suatu pusat perdagangan cenderung berkembang pada pertengahan jalur antara permukiman dengan pusat lain, dengan kata lain, suatu kegiatan perdagangan cenderung berkembang pada suatu lokasi yang mengintersepsi arus pembeli yang menuju pusat yang lain (Nelson dalam Hamdi Nur, 1996).
Nugraha dkk (2000) mengemukakan bahwa lokasi merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi karakter ruko dari sudut pandang pengembang selain faktor keuangan, pasar, fisik. sedangkan yang paling menentukan dari sudut pandang pengguna adalah faktor price dan product.   Dalam penelitiannya, untuk pihak pengembang diamati melalui faktor-faktor karakteristik ruko (Fisik, lokasi, peraturan, pasar dan keuangan) sedangkan untuk pihak pengguna diamati melalui "Empat -P" Koetler yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa lokasi merupakan faktor yang menentukan nilai suatu ruko  baik dari sudut pandang pengembang maupun sudut pandang pengguna.
5.      Mengetahui pertimbangan lokasi  berkait dengan ciri-ciri lingkungan.
Pada umumnya jenis perusahaan ini bersifat industri. Disini ada beberapa  faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan letak perusahaan:
·         Dekat dengan bahan baku
·         Dekat dengan pasar
·         Dekat dengan pemasok tenaga kerja
·         Dekat dengan penyedia sumber tenaga/energi
·         Iklim
·         Ongkos transport
·         Besarnya suplai modal
Lingkungan perusahaan dapat diartikan sebagai keseluruhan dari faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perusahaan baik organisasi maupun kegiatannya. Sedangkan arti lingkungan secara luas mencakup semua faktor ekstern yang mempengaruhi individu, perusahaan dan masyarakat. Perusahaan dalam Masyarakat yang Pluralistik, Masyarakat pluralistik adalah kombinasi dari berbagai kelompok yang mempengaruhi lingkungan perusahaan. Kesan Negatif Tentang Perusahaan.
Banyak masalah yang menciptakan kesan negative tentang perusahaan, antara lain menyangkut penyelewengan pajak, penyelundupan barang, penyogokan kepada pejabat pemerintah, dan sebagainya. Kritik terhadap perusahaan tidak hanya terbatas pada pertimbangan ekonomi, moral, etik, dan politik saja, tetapi juga menyangkut lingkungan fisik. Usaha-usaha untuk Memperbaiki Kesan Negatif Untuk memperbaiki adanya kesan-kesan negative dari masyarakat terhadap perusahaan, tentunya perusahaan harus tidak menciptakan masalah-masalah yang negative serta perlu melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat (humas) yang efektif.
v  Industry Juga Daoat Dilihat Dari Segi Lingkungan Fisik, Energi Dan Konservasi
● Ekologi
Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan kita sudah semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari tiga faktor:
1. Semakin meningkatnya konsentrasi penduduk
2. Perkembangan teknologi baru
3. Semakin meningkatnya kemakmuran ekonomi
● Macam-macam Polusi Pencemaran Udara Pencemaran Air Pencemaran Sampah Awet
v  Industry Juga Daoat Dilihat Dari Segi Lingkungan Perekonomian Dan Perpajakan
● Alasan-alasan bagi Meningkatnya Pengeluaran Pemerintah Meningkatnya pengeluaran pemerintah ini merpakan suatu tendensi yang mungkin menyebabkan naiknya laju pertumbuhan urbanisasi, pertambahan penduduk dan permintaan \ masyarakat, serta pengeluaran biaya untuk pertahanan negara.
● Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Apabila pengeluaran pemerintah lebih besar dari penghasilannya, maka akan terjadi deficit. Untuk menutup deficit ini dapatlah dilakukan peminjaman kepada bank-bank. Jumlah uang yang dipinjam dengan cara ini disebut utang Negara. Ada beberapa macam pajak yang dikenakan oleh Pemerintah, antara lain :
a.       Pajak Tidak Langsung Besarnya pajak ini ditambahkan pada harga barang tersebut pada saat dijual kepada masyarakat. Pajak tersebut dinamakan pajak penjualan (PPn). Macam pajak lain yang termasuk pajak tidak langsung adalah pajak penjualan impor, cukai, bea masuk, pajak ekspor dan sebagainya.
b.      Pajak Langsung Pajak kekayaan adalah termasuk pajak langsung karena langsung dikenakan atau dipungut pada pembayar pajak. Macam pajak lain yang dapat digolongkan sebagai pajak langsung adalah pajak pendapatan (PPd), pajak perseroan (PPs) dan pajak dividen. Secara keseluruhan penerimaan Pemerintah dapat diperoleh dari :
o   Penerimaan dalam negeri
o   Penerimaan pembangunan Sedangkan seluruh pengeluaran Pemerintah dapat dikelompokan kedalam :
o   Pengeluaran rutin
o   Pengeluaran pembangunan

B.     KESIMPULAN
Penerapan ilmu menentukan tempat atau lokasi, banyak dikaji oleh para perencana wilayah dalam kegiatan industri. Banyak teori lokasi yang digunakan untuk menentukan lokasi industri. Pengambilan keputusan untuk memilih lokasi merupakan kerangka kerja yang prospektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil, yaitu pemilihan lokasi-lokasi yang strategis, artinya lokasi itu memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. Semakin strategis suatu lokasi untuk kegiatan industri, berarti akan semakin besar peluang untuk meraih keuntungannya. Jadi, tujuan dari penentuan lokasi industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan meraih pasar yang besar dan luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau perlu diperhitungkan dalam menentukan lokasi industri dinamakan faktor lokasi, yaitu sebagai berikut:
Bahan mentah, merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan industri, sehingga harus selalu tersedia dalam jumlah besar demi kelancaran produksi.
Modal, peranannya sangat penting untuk kelancaran kegiatan produksi, baik dalam pengadaan bahan mentah, upah kerja dan biaya produksi lainnya.
Tenaga kerja, merupakan tulang punggung kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya.
Sumber energi, kegiatan industri memerlukan sumber energi, baik berupa energi listrik, BBM dan gas. Transportasi dan komunikasi, lokasi industri harus dekat dengan prasarana dan sarana angkutan atau perhubungan dan komunikasi, seperti jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan untuk memudahkan pengangkutan hasil industri dan bahan mentah, serta telepon untuk memudahkan arus informasi.
Pemasaran, lokasi industri harus menjangkau konsumen sedekat mungkin agar hasil produksi mudah dipasarkan. Teknologi, penggunaan teknologi yang kurang tepat guna dapat menghambat jalannya suatu kegiatan industri. Peraturan, peraturan atau perundang-undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri. seperti peraturan tata ruang, fungsi wilayah, UMR, perijinan, sistem perpajakan dan sebagainya,
Lingkungan, faktor lingkungan yang kurang kondusif selain menghambat kegiatan industri juga kurang menjamin keberadaannya. Misalnya keamanan, jarak ke lokasi pemukiman, polusi atau pencemaran, dan sebagainya. Iklim dan sumber air, menentukan kegiatan industri, artinya keadaan iklim dan ketersediaan sumber air jangan sampai menghambat kegiatan produksi. Namun semua faktor industri tersebut tentunya tidak seluruhnya dapat diakomodasi secara keseluruah. Terkadang satu industri akan lebih dekat dengan lokasi bahan baku tetapi jauh dengan lokasi pemasaran, atau sebaliknya. Karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan maka lahirlah teori-teori untuk membantu memecahkan masalah penentuan lokasi, yaitu harus didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu kegiatan industri.

            PESAN DAN KESAN
Pesan dan kesan terhadap industry Dari Pimpinan Pengolahan Industri  Kreatif  Dalam  Konsep  Industri Primer  Yang  Menghasilkan  Produksi  Papan  Melalui Pengolahan  GRCE, bapak joko susilo berkata dalam suatu industry baik itu baru dimulai maupun lagi sedang berkembang baik itu industry primer, sekunder, tersier dan industry lainya termasuk industry kreatif yang diperlukan dalam suatu proses industry yaitu keuletan dalam bekerja dan dalam membuat produksi ataupun dalam pelaksanaan produksi kita harus memiliki sifat “jujur dan tepat waktu” ini adalah point yang paling penting dalam pelaksanaan industry sehingga apa yang dilaksanakan akan tercapai sepenuhnya dan akan mendapatkan hasil yang optimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak hanya itu tips dalam melaksanakan suatu produksi perlu adanya metode dan taktik dalam melaksanakannya. Salah satunya produksi dari Industri Primer  Yang  Menghasilkan  Produksi  Papan  Melalui Pengolahan  GRCE yang dipimpin oleh bapak joko susilo ini yaitu metodenya senang terhadapan pekerjaan yang digeluti. Seperti pengolahan industry ini memerlukan sedikit teknologi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga dalam pelaksanaan ini juga ada campur tangan teknologi. Sehingga harus terlebih dahulu senang dengan teknologi yang digeluti dalam proses produksi. Teknologi juga membantu bapak joko susilo dalam pelaksanaan penjualan dengan memposting ke blog dan media sosial sehingga proses penjualan banyak diketahui orang-orang. Dahulunya sebelum adanya teknologi bapak joko kesulitan untuk mempromosikan produknya sehingga dengan adanya blog dan sosial media lainya sehingga proses penjualan berjalan lancer dan tidak hanya konsumen lokal saja tapi konsumen luar lokal.
Judul industry              : Pengolahan Industri  Kreatif  Dalam  Konsep  Industri Primer  Yang  Menghasilkan  Produksi  Papan  Melalui Pengolahan  GRCE.
Pimpinan                     : joko susilo
Kontak person             : 0813-6338-1279
Blog                             : GrceEmasJoko.blogspot.com

Description: G:\Screenshot_2014-11-13-15-56-20.png
Keterangan:
Titik awal menuju industry kreatif GRCE yaitu  dari gerbang Universitas Negeri Padang. Dengan koordinat
Lat:-0.898 lon: 100.35 Acc: 3.0’ Alt: 4.0’ Bea: 0.0.
Description: G:\Screenshot_2014-11-13-16-12-09.png
Keterangan :
Peta lokasi Industri kreatif GRCE yang berlokasi di Jl. Ikua Kota kecamatan Koto Tangah.
Perjalanan dari titik awal yaitu gerbang Universitas Negeri Padang Jl. Prof.Dr. Hamka menuju lokasi industry krestif GRCE yang berlokasi di Jl. Ikua Kota kecamatan Koto Tangah. Dengan koordinat tempat lokasi industry yaitu :
Lat : -0.854 Lon: 100.35 Acc: 9.0’ Alt: 18.0’ Bea :0.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar