Evaluasi
Pembelajaran Geografi
Tentang:
Tentang:
“Teori Kemampuan Kognitif”
Oleh:
Hasnatul Khayri 1201647
Dewi Sartika 1201672
Ilvia Rahmi 1201673
Al Fauzan 1201680
Erdawati 1201684
Devin Ardhi Saputra 1205894
Prodi Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberi Rahmat
dan Karunia-Nya serta Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Teori Kemampuan Kognitif” ini.
Dengan
di tulisnya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca dan
sekaligus menambah wawasan serta pengetahuan kita.Amin
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah
milik Tuhan YME semata, maka dari itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Padang, 18 September 2014
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Penghantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ........................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan ............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian ranah penilaian kognitif .................................... 2
2.
Ciri – ciri Ranah Penilaian Kognitif .................................... 4
3.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif ........................ 8
4.
Tokoh-tokoh
Teori Belajar Kognitif .................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................... 14
|
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberi Rahmat
dan Karunia-Nya serta Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Teori Kemampuan Kognitif” ini.
Dengan
di tulisnya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca dan
sekaligus menambah wawasan serta pengetahuan kita.Amin
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah
milik Tuhan YME semata, maka dari itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Padang, 18 September 2014
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Penghantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ........................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan ............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian ranah penilaian kognitif .................................... 2
2.
Ciri – ciri Ranah Penilaian Kognitif .................................... 4
3.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif ........................ 8
4.
Tokoh-tokoh
Teori Belajar Kognitif .................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................... 14
|
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberi Rahmat
dan Karunia-Nya serta Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Teori Kemampuan Kognitif” ini.
Dengan
di tulisnya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca dan
sekaligus menambah wawasan serta pengetahuan kita.Amin
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah
milik Tuhan YME semata, maka dari itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Padang, 18 September 2014
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Penghantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ........................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan ............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian ranah penilaian kognitif .................................... 2
2.
Ciri – ciri Ranah Penilaian Kognitif .................................... 4
3.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif ........................ 8
4.
Tokoh-tokoh
Teori Belajar Kognitif .................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................... 14
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran harus ada target yang
harus dicapai, menetapkan tujuan pembelajaran itu sangat penting, akantetapi
terkadang tujuan dan target biasanya tidak sesuai dengan apa yang sudah di
harapkan makanya seorang guru harus mengevaluasi pembelajaran yang sudah ada
didalam kelas maupun diluar.
Salah
satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip
evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi
secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap
materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari
segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor), dalam makalah ini akan lebih dijelaskan mengenai
teori kemampuan kognitif.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian penilaian
kognitif?
2.
Apa saja ciri-ciri
penilaian kognitif?
3.
Apa saja contoh pengukuran
penilaian kognitif?
4. Siapa
saja tokoh-tokoh dalam teori belajar kognitif
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian penilaian kognitif
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri panilaian kognitif
3. Untuk
mengetahui contoh pengukuran penilaian kognitif
4. Untuk
mengetahui tokoh – tokoh dalam teori belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
ranah penilaian kognitif
Ranah kognitif adalah ranah
yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
- Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
Adalah kemampuan seseorang
untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir
yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil
belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat
al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah
satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di sekolah.
- Pemahaman
(comprehension)
Adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan
jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.
Salah satu contoh hasil
belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas
pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan jelas.
- Penerapan
(application)
Adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil
belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan
tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Analisis
(analysis)
Adalah
kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh:
Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata
dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
- Sintesis
(syntesis)
Adalah kemampuan berfikir
yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan
suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola
baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang
analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah:
peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
- Penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation)
Adalah merupakan jenjang
berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.
Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil
belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang
tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan
dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa
seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya
sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah
SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa
untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental
yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
2.
Ciri – ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara
hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan,
peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat
pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya
sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta
didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru.
Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi
ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta
menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut
untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek
kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar
yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
- Tingkat
pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu
mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya,
misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain
sebagianya.
- Tingkat
pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. - Tingkat
penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru,
serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
- Tingkat
analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. - Tingkat
sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
- Tingkat
evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria
tertentu.
Apabila melihat kenyataan
yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru
menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan,
pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan
secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
kognitif
No
|
Tingkatan
|
Deskripsi
|
1
|
Pengetahuan
|
Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
|
2
|
Pemahaman
|
Arti:pengertian terhadap hubungan
antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨ Mengungkapakan gagasan
dan pendapat dengan kata-kata sendiri
¨ Membedakan atau
membandingkan
¨ Mengintepretasi data
¨ Mendriskripsikan dengan
kata-kata sendiri
¨ Menjelaskan gagasan
pokok
¨ Menceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri
|
3
|
Aplikasi
|
Arti: Menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
|
4
|
Analisis
|
Artinya: menentukan bagian-bagian dari
suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar
bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
|
5
|
Sintesis
|
Artinya: menggabungkan berbagai informasi
menjadi satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi
suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
·
Membuat desain
·
Menemukan solusi masalah
·
Menciptakan produksi
baru,dst.
|
6
|
Evaluasi
|
Arti: mempertimbangkan dan menilai
benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
·
Mempertahankan pendapat
·
Membahas suatu kasus
·
Memilih solusi yang lebih
baik
·
Menulis laporan,dst.
|
3.
Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Kognitif
Apabila melihat kenyataan
yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru
menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan,
pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan
secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau
pertanyaan
lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif
atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7)
portopolio dan (8) performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif
adalah:
a. Ingatan,
yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan
menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
b. Pemahaman,
yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan
kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan,
menginterprestasikan.
c. Penerapan,
yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang
teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan
menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis,
Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek
menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan,
menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis,
Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi
suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f. Evaluasi,
Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi,
sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur
tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan
dan menentukan.
Contohnya siswa dibina kompetensinya
menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis
jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang
bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-garis tegak lurus.
4.
Tokoh-tokoh
Teori Belajar Kognitif
1. PIAGIET
Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar
sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a. Asimilasi, yaitu proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa),
dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut
asimilasi.
b. Akomodasi yaitu
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa
diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian
tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa
tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan
menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan
antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.
Proses belajar yang dialami
seorang anak pada tahap sensori motor tentu lain dengan yang dialami seorang
anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional) dan lain lagi yang
dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional
kongrit dan operasional formal). Jadi, secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif
seseorang, semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya.
Dikemukakannya pula, bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya
banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
• Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
• Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
• Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya
• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
• Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
• Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
• Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya
2. AUSUBEL
Menurut Ausubel, siswa akan
belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” atau advance
organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David
Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar
yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance
organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar
belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu
terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang
sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci keberhasilan
belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang
dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan
belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya
sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan
empat kemungkinan tipe belajar, yaitu (1) belajar dengan penemuan yang
bermakna, (2) belajar dengan ceramah yang bermakna, (3) Belajar dengan penemuan
yang tidak bermakna, dan (4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia
berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan
menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu
akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.
3. BRUNER
Menurut Brunner,
pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar
dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan
dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif,
bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan
adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan
mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep,
prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang
sedang dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome
Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika
siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal
ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap
informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
(2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui
apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner
mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada
empat tema pendidikan yaitu: (1) mengemukakan pentingnya arti struktur
pengetahuan, (2) kesiapan (readiness) siswa untuk belajar, (3) nilai
intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, (4) motivasi atau keinginan
untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner
menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan
kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya,
asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk
menjawab tiga pertanyaan.
Berdasarkan uraian di atas,
teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat
tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya
masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi,
motivasi, dan minat siswa.
Bruner juga memandang
belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna
adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh
karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan
pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin bertambah dewasa
kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan respon
terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak tergantung kepada
peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang sesuai
dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori belajar psikologi kognitif
memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif
individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori
belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan
oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan
belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif
peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan
proses pendidikan.
Peranan guru menurut
psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang
ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap
peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses
pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta
menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar
mengajar di kelas.
Bloom dan Krathwohl
menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang
tercakup dalam tiga kawasan yang diantaranya : Kognitif. Kognitif
terdi ri
dari enam tingkatan, yaitu :
- Pengetahuan
(mengingat, menghafal),
- Pemahaman
(menginterpretasikan),
- Aplikasi
/ penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah),
- Analisis
(menjabarkan suatu konsep),
- Sintesis
(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),
- Evaluasi
(membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
Oleh karena itu para ahli teori belajar
psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif
yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi
masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan
belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
B. Saran
Belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.