MAKALAH OCEANOGRAFI
“ PASANG SURUT”
Oleh
DEVIN ARDHI SAPUTRA /
1205894
JURUSAN
GEOGRAFI
PRODI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada
Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberi Rahmat dan Karunia-Nya serta taufik dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Pasang Surutini.
Dengan di tulisnya makalah ini
diharapkan dapat member manfaat bagi pembaca dan sekaligus menambaha wawasan
serta pengetahuan kita.Amin
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan YME
semata, maka dari itu,penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Padang,
Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Ada 2 jenis macam
pasang surut yaitu, pasang purnama (spring
tide) dan pasang perbani (neap
tide). Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang
dengan surut setiap harinya.
Beberapa
istilah dalam pasang surut, yaitu mean sea level (MSL), mean tide level (MTL),mean high water
(MHW), dll.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
itu Pasang Surut?
2. Apa
saja istilah – istilah dalam pasang surut?
3.
Bagaimana
Fenomena Pasang Surut Akibat Gravitasi Bulan?
4.
Bagaimana Pasang Laut mempengaruhi
Transportasi Perairan?
5. Apa itu Teori Kesetimbangan (
Equilibrium Theory )?
6. Bagaimana Pemanfaatan Energi Pasang
Surut?
7. Bagaimana Pasang
Surut Di Perairan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
PASANG SURUT
Pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya
lebih kecil.
Faktor non astronomi yang
mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.Puncak
gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang
rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut
rentang pasang surut (tidalrange).
Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit.
Dalam sebulan, variasi harian dari
Rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus
bulan.
Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai
samudera.
Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan
massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih
kecil dari Matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik Matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak Matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke
arah bulan dan Matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan
bidang orbital bulan dan Matahari.
Akibat
adanya grafitasi bulan terhadap bumi maka air laut di bumi mengalami pasang
naik dan pasang turun. 70 % pasang laut disebabkan oleh grafitasi bulan dan 30
% pasang laut di sebabkan oleh grafitasi matahari.
Ada
2 jenis macam pasang surut ,yaitu :
a.
Pasang purnama (spring
tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi
yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama
ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
b.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika
bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan
dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Gambar 1.1 Spring Tide
dan Neap Tide
Gaya gravitasi bulan mempengaruhi
pasang surut air laut. Walaupun gravitasi bulan mempengaruhi air yang mana
merupakan elemen paling mudah di pengaruhi oleh gravitasi bulan, namun hal
tersebut tidak cukup untuk menarik energi dalam bumi sampai menyebabkan
gempa.Bumi menyimpan energi dalam yang sangat besar yang tersimpan di kerak
bumi dan gravitasi bulan tidak begitu saja dapat mempengaruhi elemen yang ada
di dalam perut bumi tersebut.
Tipe
pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya.
Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan
satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut
harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal
tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan
ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini
digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe
campuran dominasi tunggal.
F
= [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)]
|
Dengan
ketentuan :
· F
≤ 0.25 :
Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)
· 0,25<F≤1.5 : Pasang surut tipe campuran condong
harian ganda (mixed mainly
semidiurnal tides)
· 1.50<F≤3.0 : Pasang surut tipe campuran condong
harian tunggal (mixed mainly diurnal tides)
· F
> 3.0 :
Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)
Dimana:
- F :bilangan Formzal
· AK1 :amplitudo komponen
pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan & matahari
· AO1 : amplitudo komponen
pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
· AM2 : amplitudo komponen
pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
· AS2 : amplitudo komponen
pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Karena
sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan
pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing
komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri
dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya
dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut
komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.
Pada buku peramalan
pasang surut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan BOKOSURTANAL tertulis nilai
komponen pasut tersebut baik amplitudo maupun fase pada beberapa lokasi di
perairan Indonesia. Dengan mengetahui amplitudo komponen tersebut, maka dapat
dihitung kan nilai bilangan Formzal dan tipe pasang surutnya dapat ditentukan.
2.
ISTILAH-ISTILAH DALAM PASANG SURUT
·
Mean Sea Level (MSL)
atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada
suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
·
Mean Tide Level (MTL)
adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode waktu.
·
Mean High Water (MHW) adalah
tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.
·
Mean Low Water (MLW)
adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.
·
Mean Higher High Water
(MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang
tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang.
Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut
diambil sebagai air tinggi terttinggi.
·
Mean Lower High Water
(MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah
dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak
akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
·
Mean Higher Low Water
(MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi
dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak
akan terdapat pada pasut diurnal.
·
Mean Lower Low Water
(MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah
dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya
satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil
sebagai air rendah terendah.
·
Mean High Water Springs
(MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang
(range) pasut itu tertinggi.
·
Mean Low Water Springs
(MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh
dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
·
Mean High Water Neaps
(MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika
tunggang (range) pasut paling kecil.
·
Mean Low Water Neaps
(MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung
dari dua air berturut-turut selama periode pasut perbani.
·
Highest Astronomical
Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT)
adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah
pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan
ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang
ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka
laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas
dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data
beberapa tahun.
·
Mean Range (Tunggang
Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata
antara MHW dan MLW.
·
Mean Spring Range
adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
·
Mean Neap Range
adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
3.
FENOMENA PASANG SURUT AKIBAT
GRAVITASI BULAN
Berdasarkan
definisi pasang surut, dimana pasang surut merupakan peristiwa naik-turunnya
permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka
apabila dipasang alat tolak ukur pasang surut secara merata di dunia, dan
dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini
digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik.
Pada
grafik tersebut menunjukkan terjadinya air tertinggi setiap 12 jam 25 menit,
atau setengah hari siderius (sidereal day), sedang air terendah akan terjadi
setelah 6 jam 12.5 menit dari kedudukan air pasang. Hal ini menjelaskan adanya
kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di
langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Di tempat
lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air
surut, keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal (diurnal tide).
Jika dilakukan pengukuran pasang
surut selama satu bulan dan coba dihubungkan dengan pergerakan bulan, maka akan
diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan tersebut merupakan nilai dari
beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi ketika bulan purnama penuh,
ini disebut pasang surut purnama (spring tide), sedangkan jangkauan terkecil
disebut pasang surut perbani (neap tide).
Gambar 1.2 Proses terjadinya pasang
surut akibat pengaruh pergerakan bulan mengelilingi bumi
Selain
keadaan di atas, dijelaskan pada Gambar 1.3, jika dianggap bulan berada pada
deklinasi 20º utara dan keterlambatan waktu antara tinggi air pada saat bulan
mencapai zenit diabaikan, perhitungan hanya pada bumi bagian utara, maka air
tertinggi saat itu akan terjadi pada titik X dan Y, air terendah akan terjadi
di titik A dan A’. Dengan demikian, titik-titik yang berada pada garis sejajar
latitud 20º utara berturut-turut C air pasang maksimum, D air surut dan E air pasang
tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi permukaan air di titik C.
Sedangkan pada titik A dan A’ yang berada pada latitud 90º air paling rendah.
Pada titik D mengambil masa yang lebih panjang untuk surut dibandingkan sewaktu
air naik, hal ini karena titik D lebih dekat dengan titik E.
Di Khatulistiwa, pasang surut harian
harian ganda adalah tetap, pada titik I adalah air pasang dan pada J meridian
90º adalah air surut. Pada titik K, dengan meridian 180º jauh daripada titik I,
ialah pasang sekali lagi dan ketinggian adalah hampir sama seperti di titik I.
Jangkauan untuk pasang surut ini tidak sebesar jangkauan sewaktu bulan berada
pada deklinasi 0º. Pasang surut harian akan selalu lewat kebelakang karena
pasang surut menghasilkan gaya akibat pergeseran dan inersial bagi air.
Gambar 1.3 Pengaruh bulan pada deklinasi 20º
4. PASANG LAUT DAN TRANSPORTASI
PERAIRAN
Pengetahuan tentang pasang laut
sangat diperlukan dalam transportasi
perairan,
kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang
laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.Untuk dapat meramalkan pasang
laut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen
pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama
pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian.Namun demikian,
karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar
komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan
terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
5.
TEORI KESETIMBANGAN ( Equilibrium
Theory )
Teori kesetimbangan pertama kali dikenalkan oleh Sir Isaac
Newton (1642 – 1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara
kualitatif. Teori terjadi pada bumi yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air
dan kelembapan diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik turunnya permukaan
laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Untuk memahami gaya
pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi,
bulan, matahari menjadi 2 yaitu : sistem bumi-bulan dan sistem bumi-matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air
dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generation Force) yaitu
resultan gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan
hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan dan matahari. Gaya pembangkit
pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua
lokasi. Sebagai contohnya adalah pasang surut, gelombang, dan arus.
6.
PEMANFAATAN ENERGI PASANG SURUT
Pasang surut
menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya dan pemanfaatannya dapat
menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi
hingga dua kali siklus pasang surut.
Pada dasarnya ada dua
metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut:
a. Dam pasang surut (tidal barrages)
Dam ini biasanya
dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air sungai dengan air
laut. Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut), air mengalir
melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya ombak
dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin.
Gambar
1.Ombak
masuk ke dalam muara sungai ketika terjadi pasang naik air laut.
Gambar
2.Ketika
surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar turbin.
Berikut salah satu
contoh dari penggunaan energi pasang surut dengan menggunakan metodologi Dam
pasang surut (tidal barrages).
Gambar
3.PLTPs La Rance, Brittany, Perancis.
Pembangkit listrik
tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat di muara sungai Rance di
sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance
didesain dengan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis, sehingga
hanya membutuhkan dua orang saja untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam
hari.
Kekurangan terbesar
dari pembangkit listrik tenaga pasang surut adalah mereka hanya dapat
menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk (pasang) ataupun mengalir
keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih 10 jam per harinya.
Namun, karena waktu operasinya dapat diperkirakan, maka ketika PLTPs tidak
aktif, dapat digunakan pembangkit listrik lainnya untuk sementara waktu hingga
terjadi pasang surut lagi.
b. Turbin lepas pantai (offshore
turbines)
Turbin lepas pantai
menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya
dibandingkan metode Dam pasang surut (tidal barrages) yaitu lebih murah
biaya instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil daripada
pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat
dipasang di lebih banyak tempat.
Gambar
4.Macam-macam
jenis turbin lepas pantai yang digerakkan oleh arus pasang surut.
Kelebihan:
- Setelah dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis.
- Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
- Tidak membutuhkan bahan bakar.
- Biaya operasi rendah.
- Produksi listrik stabil.
- Pasang surut air laut dapat diprediksi.
- Turbin lepas pantai memiliki biaya instalasi rendah dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang besar.
Kekurangan:
- Sebuah dam yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan yang sangat mahal, dan meliputi area yang sangat luas sehingga merubah ekosistem lingkungan baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-kilometer.
- Hanya dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika ombak bergerak masuk ataupun keluar.
7.
PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera
Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa
sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan aruslaut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di
wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa
wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki
pasang surut cukup tinggi.
Keadaan
pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari
Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang
kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola
pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan
pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal
sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya
adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang
surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok
diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk
Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut
bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi
antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali
di Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di
jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).
8.
GRAVITASI YANG MEMPENGARUHI PASANG
SURUT
Bulan
dan bumi memiliki gravitasinya masing-masing. Kedua gaya gravitasi ini ternyata
saling memengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan pusat bulan terjadi
gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya ini mengakibatkan
bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari terjadinya pasang
surut air laut.
Kondisi saat air
laut naik disebut pasang naik. Kondisi ini terjadi dua kali, yaitu pada saat
bulan purnama dan bulan baru. Di belahan bumi yang mengalami bulan purnama,
jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat daripada jarak antara pusat
bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat
daripada bumi. Ini mengakibatkan air laut sedikit menggembung terhadap
permukaan bumi dan jadilah pasang naik. Sebaliknya, di belahan bumi yang
mengalami bulan baru, jarak air laut dan pusat bulan lebih jauh daripada jarak
antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik bumi
lebih kuat daripada air laut di bagian tersebut. Ini mengakibatkan air laut
juga sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah pasang naik.
Sedangkan kondisi
saat air laut turun disebut pasang surut. Kapan kondisi ini terjadi? Tentu saja
saat bukan bulan purnama maupun bulan baru. Penggembungan air di bagian yang
mengalami bulan purnama dan bulan baru tentu saja mengambil jatah air dari
belahan bumi lainnya. Karena itulah di belahan bumi lainnya terjadi pasang
surut. Pasang surut terbanyak terjadi saat bulan separuh, karena pada saat
bulan separuh, bagian bumi tersebut berada tepat di tengah bagian yang
mengalami bulan purnama dan bulan baru.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bulan dan bumi memiliki gravitasinya masing-masing. Kedua gaya
gravitasi ini ternyata saling memengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan
pusat bulan terjadi gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya
ini mengakibatkan bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari
terjadinya pasang surut air laut.
Kondisi
saat air laut naik disebut pasang naik. Kondisi ini terjadi dua kali, yaitu
pada saat bulan purnama dan bulan baru. Di belahan bumi yang mengalami bulan
purnama, jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat daripada jarak
antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik air
laut lebih kuat daripada bumi.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran dan bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
msugiarto85.blogspot.com/2012/11/kesetimbangan-gaya_23.html
http://ilmukelautan.com/publikasi/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasang-surut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar