BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Samudra Hindia, Samudra Indonesia atau Samudra
India adalah kumpulan air terbesar ketiga di
dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh
selatan Asia; di barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika, di timur oleh Semenanjung, Sumatera, Jawa, Kepulauan
Sunda Kecil.
Luas Samudra
Hindia mencapai ± 73.481.000 km² dengan kedalaman rata-rata 3.850 m. Samudra
ini terletak di sebelah Selatan Benua Asia, sebelah Barat Australia, sebelah
Timur dan Selatan Afrika, serta berbatasan dengan Kutub Selatan. Pergerakan
arus bawah laut samudera hindia ini ada dua yaitu disebeah utara khatulistiwa
dan disebelah selatan khatulistiwa.
Sebagai
mahasiswa geografi kita harus dapat memahami pergerakan arus bawah laut
samudera hindia ini. Oleh karena itulah kolompok kami tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “Arus Bawah Laut Samudera Hindia” ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa sajakah karakteristik samudera Hindia?
1.2.2 Bagaimanakah pergerakan arus bawah lautan Samudera Hindia?
1.2.3 Faktor-faktor lainnya yang berperan dalam pembentukan arus laut?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
1.3.1
Untuk mengetahui \karakteristik samudera Hindia?
1.3.2
Untuk mengetahui pergerakan arus bawah laut an Samudera Hindia?
1.3.3
Untuk mengetahui faktor-faktor lainnya yang berperan dalam pembentukan arus laut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KARAKTERISTIK
SAMUDERA HINDIA
Samudra Hindia, Samudra
Indonesia atau Samudra India adalah kumpulan air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di
utara dibatasi oleh selatan Asia; di barat oleh Jazirah
Arabia dan Afrika, di timur oleh Semenanjung, Sumatera, Jawa, Kepulauan
Sunda Kecil.
Luas Samudra Hindia mencapai ± 73.481.000 km² dengan
kedalaman rata-rata 3.850 m. Samudra ini terletak di sebelah Selatan Benua
Asia, sebelah Barat Australia, sebelah Timur dan Selatan Afrika, serta
berbatasan dengan Kutub Selatan.
Berikut ini karakteristik Samudra Hindia.
a)
Sebagian besar wilayahnya berada di
belahan bumi Selatan.
b)
Satu-satunya samudra yang seluruh
wilayahnya berada di belahan bumi Timur.
c)
Wilayah perairannya berfungsi
sebagai penyedia air hujan bagi gejala alam angin monsun untuk sebagian wilayah
Asia dan Australia.
d)
Samudra Hindia memiliki arus yang
relatif tenang dan jarang terjadi badai.
e)
Samudra Hindia memiliki beberapa
palung laut, seperti Palung Jawa (7.450 m), Palung Weber (7.440 m), dan Palung
Diamantina (7.102 m).
2.2. ARUS BAWAH LAUTAN SAMUDERA HINDIA (SUBTROPIK).
a) Di sebelah utara
khatulistiwa
Arus laut samudera ini keadaannya berbeda
dengan samudera lain, sebab arah gerakan arus tak tetap dalam setahun melainkan
berganti arah dalam 1/2 tahun, sesuai dengan gerakan angin musim yang
menimbulkannya. Arus-arus tersebut adalah sebagai berikut:
1. Arus Musim Barat
Daya, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke timur menyusuri Laut Arab
dan Teluk Benguela. Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin musim barat
daya. Arus ini berjalan kurang kuat sebab mendapat hambatan dari gerakan angin
pasat timur laut.
2. Arus Musim Timur
Laut, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat menyusuri Teluk
Benguela dan Laut Arab. Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin musim
timur laut. Arus yang terjadi bergerak agak kuat sebab di dorong oleh dua angin
yang saling memperkuat, yaitu angin pasat timur laut dan angin musim timur
laut.
b)
Di sebelah selatan khatulistiwa
1.
Arus Khatulistiwa
Selatan, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat sejajar dengan
garis khatulistiwa yang nantinya pecah menjadi dua (Arus Maskarena dan Arus
Agulhas setelah sampai di timur Madagaskar). Arus ini ditimbulkan dan didorong
oleh angin pasat tenggara.
2.
Arus Maskarena dan Arus
Agulhas, merupakan arus menyimpang dan merupakan arus panas. Arus ini juga
merupakan lanjutan dari pecahan Arus Khatulistiwa Selatan. Arus Maskarena
mengalir menuju ke selatan, menyusuri pantai Pulau Madagaskar Timur. Arus
Agulhas juga mengalir menuju ke selatan menyusuri pantai Pulau Madagaskar
Barat.
3.
Arus Angin Barat,
merupakan lanjutan dari sebagian arus angin barat, yang mengalir ke arah utara
menyusur pantai barat Benua Australia. Arus ini termasuk arus menyimpang dan
merupakan arus dingin yang akhirnya kembali menjadi Arus Khatulistiwa Selatan
Untuk di Indonesia sendiri menurut penelitian dari
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan
arus laut di perairan Indonesia sangat dinamis. Hasil pantauan satelit yang
diverifikasi lewat pengukuran oseanografis di laut, ternyata memperlihatkan
pola arus laut yang bergerak dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia
melewati selat-selat di perairan Nusantara kita ini. Pergerakan arus lintas
Indonesia, dikenal sebagai Arlindo, mempengaruhi perubahan iklim global, memicu
kehadiran variabilitas iklim ekstrem, seperti El Nino dan La Nina, serta
berdampak pada kondisi pertanian, perikanan, dan kebakaran hutan.
Guna menekan dampak bencana iklim ekstrem sampai seminimal
mungkin, pemantauan laut di wilayah perairan Indonesia menjadi sangat penting.
Inti dari pergerakan, sirkulasi, dan stratifikasi massa air laut di perairan
Indonesia ini ternyata bersumber di wilayah Laut Banda. Laut Banda juga
berperan sebagai sumber dan wahana tempat bercampurnya massa air dari Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia, serta mengontrol massa air yang masuk dari Samudra
Pasifik serta massa air yang keluar ke Samudra Hindia. Kesemuanya ini berdampak
pada perubahan iklim global. Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari
Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, dengan volume massa air rata-rata sekitar
10,5 juta meter kubik per detik. Massa air laut tadi bergerak dari Samudra
Pasifik ke Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita. Alat
pantau dipasang di selat-selat Indonesia guna mengetahui kecepatan arus massa
air dan besaran volumenya. Hasil pantauan pelampung memperlihatkan bahwa massa
Arlindo yang melewati Selat Makassar mencapai 9 juta meter kubik per detiknya.
Massa air kemudian bergerak ke Selatan, menuju Selat
Lombok. Namun, ternyata tidak semua massa air bisa langsung menerobos Selat
Lombok yang sempit itu. Hanya 1,7 juta meter kubik per detik massa air dari
Selat Makassar yang bisa langsung lewat. Sisanya, sebesar 7,3 juta meter kubik
per detik, harus berbelok dahulu ke Timur, ke arah Laut Banda. Di sini massa
air laut tadi bercampur lagi dengan massa air Samudra Pasifik yang tiba di Laut
Banda lewat Laut Halmahera dan Laut Flores. Seusai berputar putar di Laut
Banda, massa air tadi melanjutkan perjalanan melewati Laut Flores dan Laut
Timor menuju Samudra Hindia.
2.3. FAKTOR-FAKTOR
LAINNYA YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN ARUS LAUT
•
Angin permukaan (misalnya dalam pembentukan arus ekman)
• Gradien
horisontal dari densitas (contohnya adalah terbentuknya arus geostropik)
•
Pasang surut (arus pasang surut)
• Gelombang
pecah yang membentuk sudut tertentu dengan garis pantai à arus sejajar/menyusur pantai
(longshore current)
• Naiknya densitas air di permukaan
akibat proses pendinginan dan pertambahan salinitas akibat pembentukan es (arus
dari kutub ke ekuator)
Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan
arus laut juga dapat dikelompokkan menjadi faktor primer dan sekunder yaitu :
a. Primer
meliputi : stress angin, ekspansi termal, perbedaan densitas, faktor ini lebih
berperan dalam menggerakkan dan menentukan kecepatan arus
b. Sekunder
meliputi : gayacoriolis, gravitasi, gesekan, dimana lebih berperan dalam arah
gerakan dan kondisi aliran arus.
Disamping faktor yang berperan
dalam pembentukan arus laut, juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi arus
laut, sbb :
1. Gesekan angin
2. Densitas dan viskositas air laut
3. Percepatan gravitasi
4. Gesekan dasar perairan
5. Geometri pantai
6.
Rotasi (perputaran bumi)
Peta arus global akan terlihat di Samudra
Pasifik, Atlantik dan Hindia. Pola sirkulasi arus skala besar yang berada di BBU
searah dengan perputaran jarum jam dan di BBS berlawanan arah dengan jarum jam
(Gambar 3)
Gambar 3. Pola sirkulasi arus
permukaan secara global (Sumber: Ocean Circulation, Open
University)
Sirkulasi arus skala besar dikenal dengan sebutan GYRE
(GIRA). Gyre terbentuk sebagai efek dari pola angin permukaan global (Gambar 4).
Gambar 4. Gyra atau Gyre di BBU dan
BBS (Sumber: Ocean Circulation, Open University)
• Gyre di BBU : North
Pacific Gyre dan North Atlantic Gyre
Transpor arus ke arah barat (di ekuator) yang
terbentuk karena adanya angin pasat timur laut terganggu oleh adanya benua
Asia, sehingga transpor tersebut dibelokkan ke arah kutub, sebaliknya aliran ke
arah timur (sepanjang lintang menengah) yang membentur benua Amerika dibelokkan
ke arah ekuator sehingga terbentuk North Pacific Gyre dan North Atlantic
Gyre di BBU yang arah
rotasinya searah dengan jarum jam.
• Gyre di BBS : South
Pacific Gyre, South Atlantic Gyre, Indian Ocean Gyre
Hal yang sama terjadi di BBS dimana pada bagian
selatan ini terbentuk South Pacific Gyre, South Atlantic Gyre, Indian Ocean
Gyre yang arah rotasinya berlawanan
dengan arah jarum jam. Pada BBS ini relatif tidak mendapatkan gangguan
dari kehadiran benua sehingga terbentuk the Antartic Circumpolar Current
yang bergerak mengelilingi benua Antartika dengan arah dari barat ke timur.
Contoh:
Arus di
samudra Hindia
Arus permukaan di Samudera
Hindia disebelah Utara dari 15° S mengalir ke Barat-Baratlaut masuk Arus
Katulistiwa Selatan Samudera Hindia (Indian South Equatorial Current), dan arus
baliknya ke arah Timur menyusuri pantai Selatan Jawa. Arus ke Barat dari Indian
South Equatorial Current dengan kecepatan maksimum selama bulan Agustus adalah
1,4 knot dan bulan Pebruari adalah 1,2 knot.
Pada bulan Februari arus meluas sampai
pantai Jawa dan lebih kearah sebelah Selatan pada bulan Agustus. Arus ke Timur
di sepanjang Selatan pantai Jawa selama bulan Agustus, ketika Indian South
Equatorial Current telah bergerak jauh ke Selatan. Maksimum arus terjadi pada
bulan Pebruari dengan kecepatan 1,8 knot. Sepanjang Baratdaya pantai Sumatera
arus secara terus menerus ke Tenggara. Sedangkan pada Barat Aceh pada bulan
Pebruari arus mengalir ke Barat – Baratdaya. Arus tercepat terjadi pada bulan
Pebruari dengan kecepatan 1,5 knot.
Pola arus Samudera Hindia Barat Sumatera dan Selatan Jawa.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Samudra Hindia, Samudra
Indonesia atau Samudra India adalah kumpulan air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di
utara dibatasi oleh selatan Asia; di barat oleh Jazirah
Arabia dan Afrika, di timur oleh Semenanjung, Sumatera, Jawa, Kepulauan
Sunda Kecil.
Pergerakan arus bawah lautan samudera
hindia (subtropik).
a)
di sebelah utara
khatulistiwa
b)
di sebelah selatan
khatulistiwa
Faktor-faktor
lainnya yang berperan dalam pembentukan arus laut
1.
Angin
permukaan (misalnya dalam pembentukan arus ekman)
2.
Gradien horisontal dari
densitas (contohnya adalah terbentuknya arus geostropik)
3. Pasang surut (arus pasang surut)
4.
Gelombang pecah yang membentuk
sudut tertentu dengan garis pantai à arus sejajar/menyusur pantai (longshore current)
5.
Naiknya densitas air di
permukaan akibat proses pendinginan dan pertambahan salinitas akibat
pembentukan es (arus dari kutub ke ekuator)
3.2 SARAN
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita tentang arus laut samudera fasifik, lebih jauhnya penulis
berharap semoga kita semua dapat memahami arus laut dibawah permukaan laut
samudera fasifik.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar