Senin, 04 Mei 2015

analisis wilayah aspek ekonomi (matkul anwil)

PENDAHULUAN

            Pada hakekatnya daerah merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin agar pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan serasi dan seimbang, maka perlu diusahakan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah. Hal tersebut mengingatkan bahwa perbedaan kondisi setiap daerah membawa konsekuensi adanya masalah serta prioritas kegiatan yang berbeda. Dengan demikian, pernyataan tersebut berarti setiap kegiatan pembangunan pada suatu daerah harus mempertimbangkan kondisi dan situasi regional dan dilakukan secara lebih merata.
            Tingkat perkembangan suatu wilayah pada dasarnya merupakan fungsi dari lingkungan alam, penduduk dan kegiatan ekonomi dan sosial. Interaksi antara lingkungan alam, penduduk dan kegiatan ekonomi dan sosial tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah. Dari sisi lain, dikatakan bahwa tingkat perkembangan wilayah merupakan wujud dan hasil dari proses pembangunan.
            Secara geografis, perkembangan wilayah cenderung tidak seimbang, hal ini disebabkan oleh perbedaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam teori cummulatife causation, Myrdal (1970) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau kawasan adalah hasil kerja dari faktor ekonomi dan non ekonomi. Yang terjalin secara sirkuler (kumulatif) dan berdampak menyebar secara sentrifugal dan sentripetal. Spread Effect terjadi jika pertumbuhan suatu wilayah berdampak positif terhadap wilayah sekitarnya. Dan sebaliknya, jika pertumbuhan suatu wilayah berdampak negatif bagi daerah belakang maka dikatakan Backwash Effect.
            Prinsip utama dalam pengembangan suatu wilayah atau kawasan adalah pengembangan sektor yang paling potensial sesuai dengan sumber daya wilayah sebagai sektor penggerak dan diterapkan pada daerah yang tepat sehingga terjadi penjalaran pertumbuhan.
PEMBAHASAN

A.    Analisis Aspek Ekonomi Wilayah
1.      Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 menyatakan bahwa analisis aspek ekonomi wilayah adalah analisa untuk mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan agar dengan usaha yang minimum dapat memperoleh hasil optimum yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana. Penilaian ekonomi bagi pengembangan wilayah atau kawasan adalah upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu serta permasalahan perekonomian, khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah dan/atau kawasan tersebut.

2.      Indikator Ekonomi Wilayah
Dalam menganalisis aspek ekonomi dalam suatu wilayah atau kawasan, hal yang harus wajib diperhatikan yaitu mengetahui indikator dari aspek ekonomi dalam suatu wilayah. Perkembangan ekonomi dalam suatu wilayah atau kawasan dapat ditentukan dari beberapa indikator sebagai penentu perkembangan ekonomi wilayah atau kawasan. Adapun indikator dari ekonomi wilayah yaitu:
a.       Pertumbuhan Produc Domestic Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa.
PDRB merupakan salah satu indicator untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro. Selain itu, angka PDRB ini juga bermanfaat sebagai bahan untuk menjelaskan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Indikator untuk menghitung PDRB sendiri ada beberapa aspek yaitu:
1)      Pertanian
2)      Pertambangan dan Penggalian
3)      Industri Pengolahan
4)      Listrik, Gas, dan Air minum
5)      Bangunan
6)      Perdagangan
7)      Angkutan dan Komunikasi
8)      Keuangan, Persewaan, dan Jasa
9)      Jasa-jasa
Dalam menghitung PDRB suatu kawasan atau wilayah kita hanya menjumlahkan hasil setiap indikator-indikator diatas.
Sedangkan dalam menghitung pertumbuhan PDRB, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pertumbuhan PDRB =     PDRB(t+1) – PDRB(t)         x 100%
                                              PDRB (t)
Dimana:
PDRB= Produk domestik bruto
t+1      = tahun pengamatan PDRB
t          = tahun pengamatan PDRB sebelumnya
 Kategori pertumbuhan PDRB , yaitu:
·         > 7 %   : pertumbuhan yang cepat
·         5 -7 % : pertumbuhan yang sedang
·         < 5 %   : pertumbuhan yang lambat
b.      Laju Inflasi Provinsi
Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli mesyarakat inflasi didasarkan pada indeks harga konsumen (IHK) yang dihitung secara sampel dan dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil survey biaya hidup (SBH). Rumus untuk menghitung rata-rata pertumbuhan inflasi yaitu:
Laju Inflasi Provinsi  =  [{(1+ʌInf1) (1+ʌInf2) (1+ ʌInft)}1/t] – 1

Dimana:
ʌInf2= perubahan inflasi dari nilai tahun sebelumnya
t     = periode pengamatan perubahan nilai inflasi
Sedangkan ʌInf dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ʌInf           =       Inf (n+1) – Inf(n)                     x  100%
                                     Inf(n)
Dimana:
Inf(n)          = nilai inflasi pada tahun n
Inf(n+1)        = nilai pada 1 tahun berikutnya
n                = tahun …

c.       PDRB per kapita
PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB per-kepala atau satu orang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu daerah. Rumus PDRB perkapita yaitu sebagai berikut:
PDRB per kapita      =                        PDRB
                                             penduduk pertengahan  tahun

d.      Indeks Gini/Koefisien Gini
Koefisien gini adalah ukuran ketidakseimbangan atau ketimpangan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz (daerah A) dibagi dengan luas segitiga di bawah diagonal. Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Gini sebagai berikut:
                                                                                                                

Indeks Gini (G)    =    1 -        ()
Dimana:
Pi : persentase rumah tangga atau penduduk pada kelas ke-i
Qi : persentase kumulatif total pendapatan atau pengeluaran sampai kelas ke-i
Nilai gini ratio berkisar antara 0 dan 1, jika:
1)      G < 0,3                        = ketimpangan rendah
2)      0,3 ≤ G ≤ 0,5               = ketimpangan sedang
3)      G > 0,5                        = ketimpangan tinggi

e.       Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia
Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan. 40% penduduk berpendapatan rendah; 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangann pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut:
1)      jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.
2)      jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persenn dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.
3)      jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.


Rumus untuk menghitung pemerataan pendapatan versi Bank Dunia:
         Pemerataan pendapatan () =  -                     x
Dimana:
YD4 = Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah
Qi -l = Persentase kumulatif pendapatan ke i-1
Pi     = Persentase kumulatif penduduk ke i
qi     = Persentase pendapatan ke i

f.       Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional), adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar kecamatan di suatu kabupaten/kota atau antar kabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu.
Rumus menghitung Indeks ketimpangan Williamson :
Indeks Ketimpangan Williamson (IW)   = 
                                                                                              Y
Dimana:
Untuk tingkat kabupaten/kota
Yi = PDRB perkapita di kecamatan I
Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota
fi = jumlah penduduk di kecamatan i
n = jumlah penduduk di kab/kota
Untuk tingkat provinsi
Yi = PDRB perkapita di kab/kota i
Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi
fi = jumlah penduduk di kab/kota i
n = jumlah penduduk di provinsi


3.      Tata Cara Analisis Ekonomi Wilayah
a.       Tujuan analisa aspek ekonomi wilayah
Tujuan yang dapat diambil dari analisis ekonomi wilayah, sebagai berikut:
1)      Memperoleh gambaran tata jenjang kota-kota dalam wilayah perencanaan.
2)      Untuk melihat potensi lokasi kawasan dalam keterkaitan ekonomi antar wilayah dan menetapkan wilayah pengaruh setiap pusat kegiatan sesuai fungsi dan perannya dalam sistem perwilayahan provinsi
3)      Memperoleh gambaran jenjang pendapatan per kapita dalam wilayah perencanaan.
4)      Memperoleh gambaran posisi wilayah perencanaan dalam Rona Ekonomi Global.
5)      Pengenalan awal lokasi sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal karena masih terisolir/aksesibilitas sangat rendah.

b.      Data atau masukan yang diperlukan dalam menganalisis ekonomi wilayah sebagai berikut:
1)      Data PDRB wilayah dan/atau kawasan.
Tabel Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun ... s.d ...
Atas Dasar Harga Konstan Tahun ...
Provinsi/Kabupaten/Kota...⃰ )
No
Sektor
(n-5)
(n-4)
(n-3)
(n-2)
(n-1)⃰ ⃰ )
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa, & Js. Perusahan
Jasa-jasa











PDRB










*) Diisi sesuai dengan nama daerah berkenaan.
**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun ... s.d ...
Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi/Kabupaten/Kota...⃰ )
No
Sektor
(n-5)
(n-4)
(n-3)
(n-2)
(n-1)⃰ ⃰ )
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
(Rp)
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa, & Js. Perusahan
Jasa-jasa











PDRB










*) Diisi sesuai dengan nama daerah berkenaan.
**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun ... s.d ...
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
Provinsi/Kabupaten/Kota...⃰ )
No
Sektor
(n-5)
(n-4)
(n-3)
(n-2)
(n-1)⃰ ⃰ )
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa, & Js. Perusahan
Jasa-jasa











PDRB










*) Diisi sesuai dengan nama daerah berkenaan.
**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

Tabel Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan harga Konstan (Hk) Tahun ..... sampai dengan Tahun...
Provinsi/Kabupaten/Kota .....
No.
Sektor
Pertumbuhan
Hb
Hk
%
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Sewa, & Js. Perusahan
Jasa-jasa



PDRB



2)      Data inflasi wilayah dan/atau kawasan.
Nilai inflasi rata-rata Tahun.... s.d ....
Provinsi .....*)
Uraian
(n-5)
(n-4)
(n-3)
(n-2)
(n-1)⃰ ⃰ )
Rata-rata
Pertumbuhan
Inflasi







*) Diisi sesuai dengan nama daerah berkenaan.
**) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

3)      Data jumlah penduduk wilayah dan/atau kawasan.
4)      Data pendapatan penduduk wilayah dan/atau kawasan.
5)      Data Biaya Pembangunan dan Total Pengeluaran di wilayah dan/atau kawasan.
6)      Data jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 (satu) tahun

c.       Metode yang digunakan dalam menganalisis ekonomi wilayah/ cara atau alat analisis wilayah
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut yaitu dengan berbagai analisis. Adapun metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan kualitatif yang berbasis analisis klassen typology, analisis Shift Share, analisis Location Qoutient (LQ), dan analisis Economic Base. Data yang dikumpulkan dapat dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer.
1)      Analisis Klassen Typology
Analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan (Radianto, 2003: 479-499).
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
a)      Daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi.
b)      Daerah maju tapi tertekan, daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi.
c)      Daerah berkembang cepat, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi.
d)     Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapat per kapita yang lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi.
Klasifikasi Kab/Kota Menurut Tipologi Klassen
PDRB per kapita (y)

Laju Pertumbuhan (r)
Yi>y
Yi<y
ri>r
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh
Daerah berkembang cepat
ri<r
Daerah maju tapi tertekan
Daerah relative tertinggal
Dimana :
ri = laju pertumbuhan PDRB wilayah i
yi = PDRB perkapita wilayah i
 r  = laju pertumbuhan PDRB wilayah referensi
y  = PDRB perkapita wilayah referensi

2)      Analisis Shift Share
Analisis shift share adalah salah satu analisis ekonomi wilayah dengan melihat tiga aspek yaitu national growth effect, industry mix effect, dan regional shares effect. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi ekonomi wilayah dan komposisi dari perekonomian wilayah tersebut.
a)      Pertumbuhan ekonomi nasional (national growth effect); pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap daerah atau kawasan atau wilayah.
b)      Pergeseran proporsi (proportional shift); mengukur perubahan relative (naik/turun) suatu sektor daerah terhadap sektor yg sama di tingkat nasional. Disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix).
c)      Pergeseran diferensial (differential shift); mengetahui seberapa kompetitif sektor tertentu daerah dibanding nasional.

3)      Analisis Location Qoutient (LQ)
Logika dasar Location Quotient (LQ) adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Secara umum metode analisis LQ dapat diformulasikan sebagai berikut (Widodo, 2006):
LQ = (Si x N) / (Ni x S)

Dimana:
Si = jumlah komoditas wilayah perencanaan;                              
Ni = jumlah komoditas di wilayah yang lebih luas;
S = jumlah komoditas total di wilayah dan/atau kawasan;
N = jumlah komoditas total di wilayah yang lebih luas.
Besarnya nilai LQ dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1)      LQ > 1 : wilayah perencanaan mempunyai spesialisasi dalam sektor tertentu dibandingkan wilayah yang lebih luas.
2)      LQ = 1 : tingkat spesialisasi wilayah perencanaan dalam sektor tertentu sama dengan wilayah yang lebih luas.
3)      LQ < 1 : dalam sektor tertentu, tingkat spesialisasi wilayah berada di bawah wilayah yang lebih luas.
c.       Langkah – langkah menganalisis aspek ekonomi wilayah
1)      Mengumpulkan dan mengelompokkan data sesuai dengan kebutuhan setiap indikator sehingga akan didapat jumlah total dari setiap indikator
2)      Mengidentifikasi hubungan antar pusat pengembangan dalam lingkup nasional dan global.
3)      Mengidentifikasi awal potensi lokasi bagi produksi komoditas unggulan dan ikutannya.
4)      Mengidentifikasi konsentrasi lokasi yang menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah.

d.      Hasil atau keluaran dalam menganalisis aspek ekonomi wilayah
1)      Indikasi adanya komoditas unggulan yang sudah dikembangkan.
2)      Indikasi adanya komoditas unggulan yang belum dikembangkan secara optimal.
3)      Mendapatkan angka-angka pertumbuhan sebagai pertimbangan dalam memproyeksikan tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pertumbuhan kegiatan sektor, serta investasi.

e.       Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek ekonomi wilayah
1)      Potensi lokasi juga dapat dilihat dari kenyataan bahwa kawasan budi daya merupakan kombinasi/kumpulan lokasi berbagai kegiatan manusia yang saling berkaitan.
2)      Dalam perkembangan secara alamiah kawasan budi daya akan menampilkan struktur tata ruang sebagai gambaran adanya potensi lokasi dari keseluruhan kinerja wilayah perencanaan.
3)      Struktur ruang memperlihatkan pusat-pusat permukiman/kegiatan, terbentuknya pusat tersebut didukung oleh kegiatan pertanian atau oleh potensi sumber daya alam daerah belakangnya.

B.     Analisa Aspek Sumber Daya Alam
Analisis sumber daya alam merupakan proses melakukan analisis kondisi fisik wilayah dan/atau kawasan yang memiliki potensi menjadi sumber pendapatan kawasan. Potensi sumber daya alam idealnya secara general dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu sumber daya tanah, sumber daya hewan, sumber daya hutan dan sumber daya pertambangan.
1.      Tujuan analisa aspek sumber daya alam
a.       Memperoleh gambaran mengenai keberadaan sumber daya alam yang sangat terkait dengan kehidupan masyarakat dan berperan penting dalam menentukan kegiatan primer yang produktif dari penduduk setempat sebagai bagian dari sumber pendapatan ekonomi wilayah / kawasan.
b.      Menghitung hasil-hasil sumber daya alam yang memiliki sumbangan besar terhadap pendapatan ekonomi kawasan, produksi pangan yang dikonsumsi penduduk sendiri serta tingkat pemanfaatan sumber daya alam sebagai alat produksi.
c.       Mengetahui sejauh mana produktifitas sumber daya alam saat ini dalam mendukung perkembangan-perkembangan kawasan dimasa mendatang.

2.      Data atau masukan yang diperlukan
a.       Data Produksi Pertanian di wilayah dan/atau kawasan.
Tabel Produksi pertanian di wilayah dan/atau kawasan pada tahun t
Jenis Produksi
Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton / ha)
1.      Makanan Pokok
a.       Padi
b.      Jagung
c.       Dst.
2.      Hortikultura
a.       Kentang
b.      Kubis
c.       Bawang
d.      Dst.
3.      Buah-buahan
a.       Pisang
b.      Nanas
c.       Dst.
4.      Tanaman Perkebunan
a.       Kopi
b.      Kakao
c.       Karet
d.      Dst.




b.      Data Produksi Hasil Hutan di wilayah dan/atau kawasan.
Tabel Produksi hasil hutan (dalam m3) di wilayah dan/atau kawasan
Jenis Produksi
Tahun t-3
Tahun t-2
Tahun t-1
Tahun t
Kayu Jati
Kayu Lapis
Dst.




c.       Data Populasi Ternak di wilayah dan/atau kawasan.
Tabel Populasi ternak di wilayah dan/atau kawasan tahun t
Jenis Ternak
Populasi
Ayam
Itik
Kambing
Sapi, dst


d.      Data Produksi Sumber Daya Laut di wilayah dan/atau kawasan.
Tabel Produksi sumber daya laut pada tahun t di wilayah dan/atau kawasan.
Jenis Produksi
Hasil Tangkapan
(ton)
Nilai
(Ribuan Rupiah)
1.      Perikanan Laut
a.       Ikan Tuna
b.      Dst.
2.      Perikanan Tambak
a.       Bandeng
b.      Udang
c.       Dst.
3.      Perikanan Air Tawar
a.       Nila
b.      Lele
c.       Dst.



e.       Data Produksi Sumber Daya Pertambangan di wilayah dan/atau kawasan.
Tabel Produksi sumber daya pertambangan di wilayah dan/atau kawasan
Jenis Tambang
Deposit
Pengambilan pada tahun t
Kapasitas
Lokasi
Ton / m3

Nilai
(Ribuan Rupiah)
1. Marmer
2. Biji besi
3. Batubara
4. dst.





3.      Metode yang digunakan dalam menganalisis sumber daya alam
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut yaitu dengan metode deskriptif. Dengan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a.       Pengumpulan data primer, dilakukan melalui teknik penyebaran kuisioner kepada masyarakat.
b.      Pengumpulan data sekunder, dilakukan melalui inventarisasi data umum wilayah studi, dan data lain yang dianggap penting berkaitan dengan sumber daya penduduk dan kesejahteraan penduduk.

4.      Langkah – langkah menganalisis aspek sumber daya alam
a.       Menghitung produktivitas komoditas pertanian dan pertambangan sehingga dikenali komoditas unggulan karena mendominasi PDRB wilayah perencanaan.
b.      Menghitung kebutuhan konsumsi produksi komoditas pertanian bagi penduduk wilayah Perencanaan.
c.       Menganalisis komoditas pertanian dan komoditas pertambangan baik yang unggulan maupun yang bukan dalam kemungkinan kegiatan sambung (linkage), baik kegiatan sambung ke depan (forward linkage effect) dan atau kegiatan sambung ke belakang (backward linkage effect).
d.      Menganalisis kebutuhan pasar dari komoditas yang berkaitan dengan produksi pertanian dan produksi pertambangan.
e.       Melihat kemungkinan terjadinya kegiatan ikutan dan penunjang dari kegiatan produksi pertanian dan produksi pertambangan.
f.       Merumuskan permasalahan dalam produksi komoditas pertanian maupun komoditas tambang misalnya masalah aksesibilitas, perlunya peremajaan tanaman perkebunan, penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya.

5.      Hasil atau keluaran dalam menganalisis aspek ekonomi wilayah
a.       Potensi sumber daya alam yang sudah dimanfaatkan maupun yang prospektif serta lokasinya.
b.      Kuantitas dan kualitas produksi sumber daya alam sebagai bahan mentah untuk diolah atau sebagai komoditas yang dapat dipasarkan langsung keluar wilayah perencanaan.
c.       Kepastian komoditas andalan dari sektor pertanian dan pertambangan.

6.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek sumber daya alam
a.       Sumber daya alam merupakan salah satu modal utama yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya secara langsung maupun tidak langsung.
b.      Kajian sumber daya alam ini sangat penting dilakukan karena merupakan potensi pengembangan ekonomi masyarakat yang dapat dipergunakan sebagai sarana kesejahteraan masyarakat.
c.       Ada tiga kelompok sumber daya alam yang dapat disebutkan: sumber daya bahan galian, lahan, dan lokasi.
d.      Bahan galian adalah sumber daya alam yang meliputi komoditas yang berasal dari bahan organik (seperti minyak bumi, batubara, batu kapur, dan sebagainya) dan bahan anorganik (seperti logam, batuan andesit, dan batuan lain yang berasal dari batuan beku) yang biasanya potensinya tidak dapat diperbaharui, sehingga memerlukan perencanaan pemanfaatan yang seksama.
e.       Sumber daya lahan yang dapat dimanfaatkan kesuburannya untuk menanam berbagai tanaman alternatif sesuai dengan kesuburan lahan, elevasi, dan iklim yang melingkupinya.
f.       Lokasi adalah sumber daya alam yang berwujud bentang alam yang mempunyai lingkungan geografis, iklim, lingkungan alam, potensi wisata, serta sarana dan prasarana, dan sebagainya; sehingga lokasi tersebut sangat cocok untuk memproduksi komoditas/jasa karena menjanjikan terjadinya efisiensi dan efektifitas proses produksi.
  1. Contoh Kasus
1.    Analisis Ekonomi Wilayah Kecamatan Baso
Tabel 1PDRB Kabupaten Agam Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2008-2009 (Jutaan Rupiah)
No
Lapangan Usaha / Industri Original
PDRB 2008
PDRB 2009
Persentase (%)
1.
Pertanian
1.040.225,40
1.096.917
37,25 %
2.
Pertambangan dan Penggalian
106.488,76
110.002,90
3,81 %
3.
Industri pengolahan
372.027,32
387.838,48
13,32 %
4.
Listrik, Gas dan air bersih
24.910,27
26.426,66
0,89 %
5.
Bangunan
121.435,50
130.640,31
4,35 %
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
492.154,02
507.251,21
17,62 %
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
119.724,38
128.143,94
4,29 %
8.
Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan
96.028,49
100.294,40
3,44 %
9.
Jasa-jasa
419.893,13
442.355,98
15,03 %
Jumlah
PDRB / GRDP
2.792.887,27
2.929.870,88
100 %

Berdasarkan hasil perbandingan PDRB Kabupaten Agam Tahun 2009 dengan PDRB Kabupaten Agam Tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase sektor yang paling besar yaitu pada sektor Pertanian. Dan sebaliknya persentase yang paling rendah terdapat pada sektor Listrik, Gas, dan Air bersih.
Kategori pertumbuhan PDRB , yaitu:
·         > 7 %   : pertumbuhan yang cepat
·         5 -7 % : pertumbuhan yang sedang
·         < 5 %   : pertumbuhan yang lambat
Pertumbuhan PDRB   =  x 100%
            =   2.929.870,88  -  2.792.887,27       x 100 %
                             2.792.887,27
                                                = 4,90 %
Jadi, berdasarkan perhitungan pertumbuhan PDRB Kabupaten Agam diatas menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan PDRB sebesar 4,90 % maka hal tersebut menjelaskan bahwa tingkat pertumbunhan ekonomi Kabupaten Agam adalah lambat. Hal itu disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Agam.
2.    Kecamatan Tilatang Kamang
LOCATION QUOTIENT (LQ)
Kategori LQ: 
LQ > 1              à ekspor
LQ = 1  à cukup untuk kebutuhan
LQ < 1   à impor
Rumus:            LQ 
Keterangan :
Si    =  jumlah produksi subsektor/ komoditi i di kecamatan
ni    =  jumlah produksi subsektor/ komoditi i di kabupaten
S     =  jumlah produksi sektor i seluruhnya di kecamatan
n     =  jumlah produksi sektor i seluruhnya di kabupaten
Tabel 2Jumlah Produksi Tiap Sektor di Kecamatan Tilatang Kamang
No
Sektor
Produksi di
Kabupaten  (Ton)
Produksi di Kecamatan (Ton)
Location Quotient
(LQ)
Padi dan palawija
1.
Padi sawah
299.611
29.787
0,9 (impor)
2.
Padi lading
764
-
(impor)
3.
Jagung
17.260
661
0,3 (impor)
4.
Kedelai
302
-
(impor)
5.
Kacang tanah
2.039
86
0,4 (impor)
6.
Kacang hijau
103
-
(impor)
7.
Ubi kayu
10.882
3.510
3 (ekspor)
8.
Ubi jalar
20.172
4 .341
2 (ekspor)
Jumlah
351.133
38.385

Perkebunan rakyat
1.
Karet
           913
-
0 (impor)
2.
Kelapa
32. 916
12
0,03 (impor)
3.
Kulit manis
17.542
623,4
3 (ekspor)
4.
Cengkeh
54,10
-
0 (impor)
5.
Tebu
20.627,1
-
0 (impor)
6.
Pala
2.349,7
-
0 (impor)
7.
Kopi
2.078
479,5
20 (ekspor)
8.
Kemiri
2.224,4
-
0 (impor)
9.
Kunyit
16,51
-
(impor)
10.
Jahe
14,65
-
(impor)
11.
Coklat
1.064,8
5,5
0,5 (impor)
12.
Gardamunggu
52
-
(impor)
Jumlah
79.852,26
1.120,4

Ternak besar
1.
Sapi perah
55
40
10 (ekspor)
2.
Sapi potong
32.723
3.217
1,3 (ekspor)
3.
Kerbau
18.634
-
(impor)
4.
Kuda
203
106
7,1 (ekspor)
5.
Kambing
13.089
1.108
1,1 (ekspor)
Jumlah
64.704
4.471

Tanaman sayuran
1.
Bawang merah
574
-
(impor)
2.
Bawang putih
40
-
(impor)
3.
Kentang
1.489
-
(impor)
4.
Kubis/kol
3.325
-
(impor)
5.
Kacang panjang
503
-
(impor)
6.
Cabai
6.856
311
0,8 (impor)
7.
Terung
7.594
668
1,5 (ekspor)
8.
Buncis
7.425
648
1,5 (ekspor)
9.
Ketimun
2.777
582
3,3 (ekspor)
10.
Tomat
4.777
-
(impor)
11.
Sawi
4.045
-
(impor)
Jumlah
39.405
2.209

Buah-buahan
1.
Alpokat
3.054,50
4 3,30
3,867    (ekspor)
2.
Duku
12,50
-
0            (impor)
3.
Durian
4.570
-
3,733    (ekspor)
5.
Jeruk
8.817
4 95
0            (impor)
6.
Mangga
183
1 80
0            (impor)
9.
Nenas
106,80
5 5
5,533    (ekspor)
10.
Papaya
962
22
9,733    (ekspor)
11.
Pisang
10.691
646
1,267    (ekspor)
12.
Rambutan
1.132,20
71
0            (impor)
Jumlah
29.529
2230,2


Keterangan tabel:
1.      Padi dan Palawija
Pada umumnya padi dan palawija diimpor, kecuali ubi kayu dan ubi jalar.
2.      Perkebunan Rakyat
Perkebunan rakyat yang diekspor kulit manis dan kopi. Sedangkan perkebunan rakyat yang diimpor adalah karet, kelapa, cengkeh, tebu, pala, kemiri, kunyit, jahe, coklat, dan gardamunggu.
3.      Ternak Besar
Ternak besar pada umumnya diekspor, yaitu sapi perah, sapi potong, kuda dan kambing. Sedangkan ternak besar yang diimpor adalah kerbau.
4.      Sayuran
Sayuran yang diekspor adalah terung, buncis, dan ketimun. Sedangkan sayuran yang lainnya diimpor.
5.      Buah-Buahan
Buah-buahan yang diekspor adalah alpokat, durian, nenas, papaya, dan pisang. Sedangkan buah-buahan lainnya yang diimpor adalah jeruk, mangga, duku dan rambutan.

PENUTUP

  1. Kesimpulan
Analisis aspek ekonomi wilayah adalah analisa untuk mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan agar dengan usaha yang minimum dapat memperoleh hasil optimum yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana. Sedangkan analisis sumber daya alam merupakan proses melakukan analisis kondisi fisik wilayah dan/atau kawasan yang memiliki potensi menjadi sumber pendapatan kawasan.
Dengan demikian, kaitannya adalah dalam melakukan analisis ekonomi banyak yang harus diperhatikan, salah satunya adalah potensi sumber daya wilayah pada suatu kawasan atau wilayah tersebut agar tercapainya pertumbuhan ekonomi serta kemakmuran dan kesejahteraan penduduk sekitar.
  1. Saran
Dengan menganalisis suatu kawasan atau wilayah maka kita dapat mengambil atau memutuskan suatu kebijakan dengan baik dan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah atau kawasan.
Analisis ini sebaiknya dapat diaplikasikan sesuai dengan potensi daerah yang akan diamati dan ditempatkan sesuai dengan yang semestinya agar tidak terdapat kekeliruan atau kesalahpahaman.