MakalahPengelolaan
DAS
Analisiskarakteristikdaerahtangkapan
air
Oleh
Devin ArdhiSaputra
1205894
Resilionora
1205892
Ririwulantini
Poppy marsela
Anisanurifka
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
KATA PENGANTAR
Pujisyukur
kami ucapkankepada ALLAH SWT yang telahmemberikanrahmatdanhidayah-Nya,
sehinngapenulisdapatmenyelesaikanmakalahini demi kepentinganmatakuliahPengelolaan
DAS ini.Makalah yang telahdipersiapkanuntukmenyelesaikantugasyang ditulissesuaidengankemampuan
kami danbeberapasumber yang telah kami temui.
Tidaklupa
pula kami ucapkanterimakasihterhadappihak-pihak yang turutmemberiandildalampembuatanmakalahini,
sehinggamakalahinidapatterselesaikantepatpadawaktunya.
Kami
menyadaribahwamasihbanyakkekurangandalammakalahini.Untukitu,
kami
sangatmengharapkankritikdan saran yang sifatnyamembangun demi
lebihsempurnanyapembuatanmakalahdimasa yang akandatang. Akhir kata
Sayamengharapkansemogamakalahiniadamanfaatnyadandapatdimanfaatkandenganbaik.
Padang, April 2014
Penulis
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kompleksitasinimenjadipenyebabtidakefektifnyapengelolaan
DTA selamainisehinggamembutuhkanpemikiran-pemikiranbarugunamencapaipengelolaan
DTA yang berkelanjutan (Sustainable Watershed Management).Permasalahan DTA
dapatdilihatdalamberbagaiperspektif,
namunselamainilebihseringdidasarkanpadaperspektiffisikdanteknologi.Padaperspektifinisolusidaripermasalahan
DTA lebihterfokuskepadamengobatipenyakittanpadiagnosa yang
tepatterhadappenyebabnyasehinggadinilaitidakmampumencapaipengelolaan DTA yang
keberlajutan.Dalamsudutpandanglain, permasalahan DTA
merupakanpersoalanantarsektor yang diakibatkanolehadanyafaktorexternaliti.
Adanyafaktoriniberakibatterjadinyahubungan yang
bersifat trade-off antarsektor, sepertiketikaterjadipeningkatanpadasektorpertanianmakaakanterjadipenurunanpadasektorenergi.
Untukmengatasipersoalaneksternalitiinibeberapa instrument
ekonomidapatdigunakantetapibelumefektifmenyelesaikannyakarena DTA
mencakupbarangpublikdanrelatifbebasakses.Untukitukeintegrasianekonomiantarsektor
yang bersifat trade-off tersebutperludilakukangunamenciptakan social benefit
yang lebihbesardari social costnya.
DTA
lebihbanyakdisebabkanolehaktivitasekonominamunpasarseringgagalmeresponnya
(market failure), untukitucampurtangankelembagaanbaik formal maupun informal
sangatmenentukangunakeberlanjutan DTA.DTA Waduk Koto Panjang (WKP) merupakan
DTA yang sangat vital bagimasyarakatduapropinsi. DTA dengan total luassebesar
329.305 ha tersebut, 72 % berada di
Sumatera Barat dan 28 % di Riau. Di Sumatera Barat, DTA inimeliputiKabupaten
Lima Puluh Kota (58 %) danKabupatenPasaman (42 %). Daerah
inimerupakandaerahpertanian yang suburdanlebihdari 80 % rumahtangga yang
adadisinimenggantungkankehidupanannyapadasektorpertanian.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertiandaerahtangkapan air
2.
Bagaimanamenentukandaerahtangkapan air
3.
Perlindungandanrehabilitasdaerahtangkapan air
4.
Analisisdaerahtangkapan air
PEMBAHASAN
A.
Pengertiandaerahtangkapan air
Daerah Tangkapan Air (DTA) merupakan
:satukesatuanfisik yang tidakterikatdenganbatasanpolitikdanadministrasi.
Iamerupakandaerah yang banyakkegunaan (multiple use) olehberagampengguna (multi
user), bersifatlintassektoraldanlintasdaerahdarihulusampaikehilir.
Dengandemikian DTA
meliputibanyakjurisdiksipemeritahandaripusatsampaikedaerahdenganregulasi yang
kompleks.Seiringdenganitusetiaptingkatanpemerintahaninijugamemilikidinasdaninstansisendiri-
sendirisehinggasecarakeseluruhanorganisasipengelolah DTA
sangatgemukdanmasing-masingnyahanyaberwewenangdanbertanggungjawabsecarasektoral.
Kompleksitasinimenjadipenyebabtidakefektifnyapengelolaan
DTA selamainisehinggamembutuhkanpemikiran-pemikiranbarugunamencapaipengelolaan
DTA yang berkelanjutan (Sustainable Watershed Management).Permasalahan DTA
dapatdilihatdalamberbagaiperspektif,
namunselamainilebihseringdidasarkanpadaperspektiffisikdanteknologi.Padaperspektifinisolusidaripermasalahan
DTA lebihterfokuskepadamengobatipenyakittanpadiagnosa yang
tepatterhadappenyebabnyasehinggadinilaitidakmampumencapaipengelolaan DTA yang
keberlajutan.Dalamsudutpandanglain, permasalahan DTA
merupakanpersoalanantarsektor yang diakibatkanolehadanyafaktorexternaliti.
Adanyafaktoriniberakibatterjadinyahubungan yang
bersifat trade-off antarsektor,
sepertiketikaterjadipeningkatanpadasektorpertanianmakaakanterjadipenurunanpadasektorenergi.
Untukmengatasipersoalaneksternalitiinibeberapa instrument
ekonomidapatdigunakantetapibelumefektifmenyelesaikannyakarena DTA
mencakupbarangpublikdanrelatifbebasakses.Untukitukeintegrasianekonomiantarsektor
yang bersifat trade-off tersebutperludilakukangunamenciptakan social benefit
yang lebihbesardari social costnya.
DTA lebihbanyakdisebabkanolehaktivitasekonominamunpasarseringgagalmeresponnya
(market failure), untukitucampurtangankelembagaanbaik formal maupun informal
sangatmenentukangunakeberlanjutan DTA.DTA Waduk Koto Panjang (WKP) merupakan
DTA yang sangat vital bagimasyarakatduapropinsi. DTA dengan total luassebesar
329.305 ha tersebut, 72 % berada
di
Sumatera Barat dan 28 % di Riau. Di Sumatera Barat, DTA
inimeliputiKabupaten
Lima Puluh Kota (58 %) danKabupatenPasaman (42 %). Daerah
inimerupakandaerahpertanian yang suburdanlebihdari 80 % rumahtangga yang
adadisinimenggantungkankehidupanannyapadasektorpertanian.
KontribusisektoriniterhadapPendapatanDomestik
Regional Bruto (PDRB) daerahjugatinggiyaknimencapai 35 %,
dansekaligusmerupakansektorpenyumbangterbesarpada
PDRB.DisisilainDTAinijugamerupakansumber air bagiwaduk Koto
PanjangmelaluiduasungaiutamanyayaituBatangMahatdanBatangKapur yang
termasukdalam DAS
Kampar.Dengandemikianiasangatberperandalamkelangsunganenergilistrik yang
dihasilkan PLN Koto Panjang yang berkapasitas 114 Mega Watt danmensuplai 26 %
darikebutuhanlistrikkeduapropinsitersebut. Beberapatahunterakhirwaduk Koto
Panjangmenghadapipermasalahan yang serius.Persediaan air yang
tidakstabilyaknisedikitpadasaatmusimkemaraudanbanjirpadamusimhujantelahmenyebabkanpembangkitlistriktersebuttidakberfungsisecara
optimal.
Disampingitutingginyatingkatsedimentasi
yang terjadiakibaterosi di DTA jugaakanmengurangiumurtekniswadukdari yang
direncanakansemula.
Permasalahantersebutmenunjukanbahwabesarnyatekananekonomiterhadap DTA WKP
telahmenyebabkan DTA inidalamkondisitidaksehatdansekaligustelahmenempatkannyasebagai
DAS superprioritas yang harusditanganisegeraolehpemerintah
Indonesia.Penelitianinibertujuanuntukmerumuskan (to define) pengelolahan DTA
WKP yang berkelanjutanmelaluipendekatankeintegrasianekonomidankelembagaan.Untukmencapaitujuantersebutmakaempatpertanyaanpokok
yang diajukandalampenelitianiniadalah:
·
Bagaimanarealitaskondisibiofisik DTA WKP
dan keadaan4
sosialekonomimasyarakathulu
DTA tersebutsaatini?
·
Apasajabentuk
kelembagaan
(rule-in-use) yang berkaitandenganpengelolaan DTA tersebutbaik
yangbersifatkebijakan,
regulasi, organisasidannilai-nilai?
·
Bagaimanaperilaku
danperananStakehorldersberkenaandengankelembagaanpengelolaan
DTA
tersebut?
dan
·
Bagaimanadampakperilaku-perilakudanperananStakehorlders
tersebutterhadapbiofisik,
sosial, ekonomidanmanajemen DTA WKP tersebut.
B.
Bagaimanamenentukandaerahtangkapan air
Pertumbuhanekonomi
di Indonesiasaatinimengalamikemajuan yang
cukupsiginifikan,
salahsatuindikatornyaadalahmeningkatnyapersentasemasyarakatekonomimenengah.
Meningkatnyalajuperekonomian di Indonesia
berdampakpadaberkembangnyaperkotaandanpemukiman di Indonesia,
dengankondisisepertiinimakadaerahtersebutmemerlukanjumlah air yang
banyakdengankualitas yang baik pula. Salah satusumber air
dengankuantitasdankualitas yang baikadalahdenganmenggunakan air tanah yang ada
di bawahpermukaantanah.
Keberadaan air tanah di
daerahperkotaanbesarmaupunkota yang akanberkembang di Indonesia
menjadiperhatian yang sangatseriuskarenakondisinya
yang mulaikritis. Bagaimanasuatudaerah agar tidakterjadikekurangan air
tanah?jawabannyaadalahdenganmelakukanpengelolaan air tanah yang baik,
salahsatuhal yang menjadiperhatiandidalampengelolaan air
tanahadalahupayakonservasi.
Didalamupayakonservasitersebutadakegiatanuntukmenentukandaerahtangkapan air
tanah (recharge area) di suatudaerah/kawasan.
Penentuandaerahresapan
air tanahmerupakansalahsatufaktorpentingmenjagakeberlangsunganpasokan air tanah
di suatudaerah.Denganmengetahuidaerahtangkapan air
tanahkitadapatmenjagadaerahtersebut agar tidakterjadikerusakan yang
dapatmenyebabkanterjadinyaberkurangnyapasokanuntuksistem air tanah yang ada di
bawahpermukaan.Daerah tangkapan air tanahmerupakandaerahdimana air
daripermukaandapatmasukdanmengisikedalamlapisantanah/batuan yang jenuh air
berdasarkankondisigeologiataugeomorfologitertentu.Dalampenentuandaerahtangkapan
air tanahharuskitaperhatikanadalahCekuangan Air Tanah (CAT)
daerahtersebut, daripeta CAT
kitaakanmengetahuibatas-batashidrogeologisdanpolaumumarahaliran air tanah.
Berikutiniadalahciri-ciriumumdaerahtangkapan air tanah:
Ø Mempunyaiarahumumaliran
air tanahsecaravertikalkebawah
Ø Air
meresapkedalamtanahsampaimuka air tanah (mengisiakifer)
Ø Kedudukanmukapreatikrelatifdalam
Ø Kedudukanmukapreatiklebihdalamdarimukapisometrikpadakondisialamiah
Ø Daerah
singkapanbatuanlolos air tidakjenuh air
Ø Daerah
perbukitanataupegunungan
Ø Kandungankimia
air tanahrelatiflebihrendah
Ø Umur
air tanah relative muda
Dalammenentukanataumengidentifikasidaerahtangkapan
air tanahadabeberapateori yang dapatdijadikanpeganganyaitu:
1.
IndikatorTopografi
Penggunan indikator topografi
sebagai konsep dasar dalam menentukan daerah resapan dan daerah luahan telah
dikemukakan oleh King (1899), dalam Domenico & Schwartz (1990).Denganmenggunakanteknologipenginderaanjauhhalinidapatdideteksidenganmelakukananalisiskelurusan.Kelurusan
yang dijumpaipadacitra (pengindraanjauh)
berhubungandenganstrukturgeologisepertipatahandanrekahan.Kelurusan merupakan garis yang muncul dalam foto udara yang menggambarkan kekar, rekahan, patahan,
urat-urat mineral, horizon litologi, batas batuan
dll
2.
Indikator Pola Pisometri
Pisometrimerupakangambarandaritekananhidrostatisairtanahtertekan.Pola-polainidapatdigabungkansehinggaterbentukpolapermukaanpotensiometrik
(potentiometric surface) suatudaerah.Dengandiketahuinyasifatpermukaanairtanahpadadaerahimbuhan (recharge area) biasanyalebihdalamdibandingkanpadadaerahluahan
(Fetter, 1994),
makaindikatortersebutdapatdijadikansebagaisalahsatufaktordalampenentuandaerahresapandanluahan.(Freeze
dan Cherry, 1979).
3.
KecenderunganHidrokimia
Sifatkimia
air tanahdapatdijadikandasardalampenentuanaliran air
tanah.Kecenderunganhidrokimia yang
akansemakinmeningkatsetelahmelewatibatuansebagaiakibatterjadinyainteraksimenjadidasarpenentuandaerahresapandandaerahluahan.
Dari
kecenderungantersebutdapatdilihatbahwadaerahluahanmerupakandaerahdengantingkatkandunganhidrokimiatinggi(Freeze dan Cherry, 1979).
4. IdentifikasiberdasarkankandunganIsotopLingkungan
Penggunaanisotopalambagikepentinganpenyelidikandanpenelitianhidrogeologidewasainimemberikankontribusi
yang sangatbesar, disampingsebagaipelengkapdigunakan pula bagi data
fisikadankimiahidrogeologi yang telahdiperoleh.Banyakpenelitianhidrogeologi
yang menggunakanisotopalaminidalammempelajarikualitas air tanah, asal-usul,
mekanismerechargedaninteraksiantara air – batuan. Penggunaanisotopalamuntukmemahami proses
hidrologipadasebuahcatchmentmemberikanmanfaatbesarsebagai
data penunjangbagikepentinganpenelitian. Hal
inidisebabkankarenaisotopmemberikangambaran yang jelasmengenai proses hidrologi
yang terjadipadasebuahcatchment (Donnell dan
Kendall, 1998; Buttle, 1994).
5.
Kenampakan di Permukaan
C.
Perlindungan dan rehabilitasi daerah
tangkapan air
Air
merupakan kebutuhan paling esensial yang tidak dapat digantikan dengan benda
apapun. Bahkan, tidak ada benda yang dapat digunakan untuk mensubstitusi air
yang kebutuhannya terus meningkat, maka satu-satunya alternatif pilihan dalam
meningkatkan ketersediaan baik secara temporal maupun ruang hanyalah dengan
perbaikan kesehatan ekosistem baik secara alami maupun buatan, sedemikian rupa
sehingga mampu menahan dan menyimpan air dengan lebih baik, selain memperbaiki
budaya boros air pada saat terjadi surplus.
Kerusakan
lingkungan berdampak kepada krisis air, kondisi ini dipercepat oleh tingginya
pertumbuhan penduduk. Bencana banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan
yang menjadi persoalan klasik membuktikan degradasi lingkungan yang terus
meningkat. Otonomi daerah terkadang menghambat kesatuan kerja antara pusat,
provinsi dan kabupaten (kota) berakibat pada kendornya pengelolaan sumberdaya
alam yang berdampak pada krisis air.
Tema
Hari Air Sedunia setiap tanggal 22 Maret dari tahun ke tahun mengindikasikan
krisis air, Dunia sebut diantaranya: Coping with Water Scarcity (Mengatasi
Kelangkaan Air), Water for Life, Water and Disaster. Hari Lingkungan sedunia
juga mengambil isu air, misal: Water-Two Billion People are dying for it, Hari
Bumi juga mengangkat Water for Life. Jelas bahwa masalah keterserdiaan air
sesuai jumlah dan waktu telah menjadi masalah dunia.
Permasalahan
utama penyediaan air bersih adalah terbatasnya pasokan air permukaan (air
sungai) dan tingginya ketergantungan air tanah.Idealnya pengambilan air tanah
hanya sebagai suplemen dari air permukaan.Pengambilan air tanah secara berlebihan
berdampak pada rembesan air sungai yang mencemari air tanah. Di Eropa,
perlindungan air tanah mendapatkan perhatian sangat serius, penggunaan
pestisida dan pupuk di lahan pertanian dibatasi secara ketat untuk melindungi
air tanah dari pencemaran limbah pertanian.
Pengambilan
air tanah di kota-kota besar di Indonesia dilakukan secara intensif.Tidak
terhitung hotel dan industri yang memiliki lebih dari satu sumur produksi.
Bahkan ada perusahaan yang ditemukan memiliki lebih dari 20 sumur dengan laju ekstraksi
8,000 m3 per hari !Kondisi ini berdampak pada intrusi air sungai, intrusi air
laut dan penurunan permukaan tanah.
Air
tanah sering disebut sebagai sumberdaya terbarukan, walaupun proses
pembentukannya memerlukan waktu lama, bisa puluhan bahkan ribuan tahun. Apabila
air tanah mengalami kerusakan dan kemerosotan, proses pemulihannya memerlukan
biaya sangat tinggi dan waktu lama dan tidak mungkin kembali pada kondisi
semula.Dengan demikian, air tanah sebetulnya merupakan sumberdaya yang tidak
terbarukan.
Berbicara
tentang air, maka tidak dapat dipisahkan dari bagaimana pergerakan air tersebut
di atas maupun di dalam lapisan tanah. Pergerakan air di atas lapisan tanah
akan dibatasi oleh Daerah Aliran Sungai yang biasa di kenal dengan istilah DAS.
sejak
tahun 70-an, khususnya setelah Lokakarya Nasional Pengelolaan DAS pertama yang
berlangsung di Bogor pada tahun 1978. Walaupun istilah ini telah begitu populer
dan banyak dipakai oleh media, namun hingga kini, pengertian DAS secara tepat
masih belum banyak difahami oleh masyarakat, khususnya mereka yang tidak
bekerja atau pernah bersinggungan dalam kegiatan rehabilitasi DAS.Dalam
keseharian, awam menggunakan istilah DAS sebagai pengganti kata sungai atau
sempadan sungai (kiri kanan sungai).Kesalah-fahaman ini telah menjadi
salah-kaprah (common mistake) yang mengaburkan prinsip penting dari konsep DAS.
Kesalah-fahaman
ini nampaknya disebabkan oleh ketidak tepatan penterjemahan terminologi DAS
yang diambil dari pustaka berbahasa Inggris. DAS sering disebut dengan
menggunakan empat terminologi: catchment area (daerah tangkapan air), watershed
area (gudang air), drainage basin (cekungan pengaliran) dan river basin (lembah
sungai). Keempat terminologi tersebut kemudian diterjemahkan menjadi ‘daerah
aliran sungai’ yang disingkat dengan ‘DAS’, sebagian menyebut ‘Daerah
Pengaliran Sungai’ disingkat DPS.Mungkin padanan istilah yang lebih mudah
difahami adalah daerah tangkapan air atau cekungan tangkapan air.
Pemilihan
padanan istilah yang tepat akan membantu pemahaman konsep secara lebih baik.
Bagaimanapun, istilah DAS telah lama digunakan masyarakat luas bahkan telah
diadopsi kedalam Undang-Undang Sumberdaya Air (UU No 7//2004, sebagai pengganti
UU No. 11/1974), sehingga yang mendesak untuk dilakukan bukanlah mengganti
istilah namun lebih kepada pelurusan makna istilah.
Untuk
itu manual ini berupaya untuk mengupas tuntas konsep DAS dan daerah tangkapan
air (DTA) secara mendasar dan peranan rehabilitasi DTA dalam perlindungan
sumber air. Agar mudah difahami oleh berbagai kalangan, manual ini ditulis
dengan bahasa sederhana dan populer, ringkas, diupayakan komprehensif dengan
menggunakan banyak ilustrasi gambar
D.
Analisis karakteristik daerah tangkapan air
Teknikpenyidikan
dananalisisdatadarimasing-masing parameteruntuk
identifikasipotensidankerentanan,parameter-parameternya
akan menggunakantabelformulasikarakteristik DAStingkatsubDASseperti
tersaji
padaLampiran 1.:
Tabel
A1.
(Potensi
banjirdan daerah rawan banjir),TabelB1.(KekeringandanpotensiAir),TabelC1.(Kekritisan lahan), TabelD1.(Tanahlongsor),
danTabelE1.(Sosial-ekonomi-kelembagaan).Teknikpenyidikanuntukanalisispotensibanjirdandaerah
rawanbanjir disajikanpadaLampiran1.:TabelA.1.a,TabelA.1.a.1,TabelA.1.a.2, dan TabelA.1.b.Teknikpenyidikanuntukanalisiskerentanan
kekeringandan
potensiairdisajikanpadaLampiran1.(Tabel B.2.).Teknik penyidikanuntuk
analisis
kekritisanlahan disajikanpada Lampiran1.
(TabelC.2.). Teknik
penyidikan untuk analisis kerentanan tanah longsor disajikan pada Lampiran1.(TabelD.2.danTabelD.2.1),sedangkananalisiskerentanan
danpotensisosial-ekonomi-kelembagaandisajikanpadaLampiran1.(Tabel
E.2.).
Metodeanalisisuntukmendapatkangambarantingkatkerentanan
dan
potensidarilimaformulakarakterisasiBagian/SubDASyanglebihcepat danakuratadalahdenganmenggunakan teknikSIG(SistimInformasi Geografis)
dengan softwaremisalnyaArcView3.3ataulainnya.Haliniagar datadasaryangtelahdiperolehbaikmelaluipengumpulandataprimerdan
sekundermaupunpenyidikan yangdilakukanterhadapkelimaformula tersebutbisalebihmudahuntukdilakukanmanipulasi.Manipulasi data
untukrestoring,editing,danretrievingterhadapmasing-masing
parameter
tersebutsangatdiperlukan apabilakemudianterdapatdatadaninformasi
baru.Perangkat SIGdenganmudahmelakukanpekerjaanpenumpang-
susunan(overlay)parameter-parameter
penyusunformulapotensidan kerentanan subDASdariaspekkerentanan banjir,kekeringan,kekritisan lahan,
tanahlongsor, dan sosial
ekonomi
kelembagaan. Keluaran
atau
outputdarianalisiskarakteristiksubDAS
berupapeta-petatematiksubDAS dandatahasilprosesing atauanalisis(Excel)tentangtingkatkerentanan banjir(potensi airbanjirdandaerahrawanbanjir),kekeringan,
kekritisan lahan,tanahlongsor,dansosialekonomikelembagaan.
Apabiladijumpai kendalapenggunaan
SIG,caramanual,programkomputerExceldapat dimanfaatkan, tetapipetayangdihasilkan
bersifatmanualdanproses
manipulasidatamemerlukanwaktucukuplama.
Teknikanalisisyangdapatdilakukan
untukmendapatkan
peta-petatingkat kerentananan tersebutdisampaikandengandiagram(flowchart)pada
Gambar8(pasokanairbanjir),9(rawankebanjiran),10(kekeringan), 11
(kekritisan
lahan),12(tanahlongsor),dan13(soseklem).PeranSIG
disampinguntuksinkronisasi skalapetadariberbagaipetadandatayang diperoleh adalahjugauntukmemprosesdatamenurut formulayang digunakan.Berdasarkan informasiyangberupapetatematiktersebut selanjutnyaakandigunakanuntukpenyusunan rencanapengelolaanDAS
tingkatsubDAS.Tingkatkerentanan
subDAS(rata-ratatertimbang)atas
kelimaparametertersebutsecaraumumdikelompokkan
atas5(lima)
kategori,yakni:sangatrendah,rendah,
sedang,tinggi,sangattinggiseperti disajikanpadaTabel14.
Gambar8.Modelanalisiskerentananpotensibanjir.
Gambar9.Modelanalisiskerentanandaerahrawanbanjir.
Gambar10.Modelanalisiskerentanankekeringan.
Gambar11.Modelanalisiskerentanankekritisanlahan.
Gambar12.Modelanalisiskerentanantanahlongsor.
Gambar13.Modelanalisiskerentanansosialekonomikelembagaan.
Sebagaicontohanalisisdata karakterisasidaerahtangkapanairataubagian
DASdalamwilayahkabupatendominanbisadigunakan hasildiSubDAS Tuntang
HuluatauDASTuntang
BagianHulu(Paimin,etal.,2011).Secara adminitrasi DASTuntangBagianHuluberadadalamdominasikabupaten
Semarang,meskipundidalamtermasuksedikit
wilayahKabupatenBoyolali, Grobogan, sertaKotaSalatiga.WilayahDASTuntangBagian Hulumeliputi luas
61.421
ha yang
terbagi
dalam empat daerah tangkapanair (DTA)
utamayakni:(1)DTARawaPeningHulu (25.613
ha),(2)DTA RawaPening
Hilir(9.830ha),DTASanjoyo(13.510ha),DTABantar(10.950ha);genangan WadukRawaPening1.518ha.SedangkanDTARawaPeningdibagimenjadi
10daerahtangkapanair yanglebihkecil.
HasilkarakterisasiSubDASTuntangHulumeliputikarakteristik pasokanair
banjir(Tabel15.danGambar14.)dandaerahrawankebanjiran
(Tabel16. danGambar15.),kekeringan(Tabel17.danTabel18.),kekritisanlahan
(Tabel19.danGambar16.),tanahlongsor(Tabel20.danGambar17.),
sosial,ekonomi,kelembagaan(Tabel21).
Tabel15.Potensipasokanairbanjirsetiapdaerahtangkapanair(DTA)di
DASTuntangBagianHulu
No.
|
DaerahTangkapanAir(DTA)
|
Luas(ha)
|
Skor
|
I
|
DTARawaPening
|
27.131
|
3,07
|
1
|
Galeh
|
5.802
|
3,27
|
2
|
Kedungringin
|
645
|
3,38
|
3
|
Legi
|
1.744
|
2,77
|
4
|
Panjang
|
4.498
|
3,44
|
5
|
Parat
|
4.427
|
2,86
|
6
|
Rawa
|
1.517
|
1,99
|
7
|
Rengas
|
1.675
|
3,28
|
8
|
Ringis
|
1.442
|
3,46
|
9
|
Sraten
|
3.753
|
2,77
|
10
|
Torong
|
1.628
|
3,29
|
II
|
RawaPeningHilir
|
9.830
|
3,26
|
III
|
Sanjoyo
|
13.510
|
3,10
|
IV
|
Bantar
|
10.950
|
3,55
|
TuntangHulu
|
61.421
|
3,19
|
Gambar14.PetatingkatpasokanairbanjirtiapDTAdiSubDASTuntangHulu.
Tabel16.Luastingkatkerentanankebanjiransetiapdaerahtangkapanair
(DTA)diSubDASTuntangHulu
No
|
|
TingkatKerawanan(Ha)
|
||||
Tidak
Rentan
|
Agak
Rentan
|
Sedang
|
Rentan
|
Sangat
Rentan
|
||
I.
|
DTARawaPening
|
|
|
|
|
|
1.
|
Galeh
|
5.015,17
|
154,62
|
631,33
|
1,16
|
-
|
2.
|
Kedungringin
|
356,73
|
261,70
|
-
|
26,43
|
-
|
3.
|
Legi
|
1.530,15
|
|
161,79
|
51,75
|
-
|
4.
|
Panjang
|
4.165,54
|
|
326,02
|
6,16
|
-
|
5.
|
Parat
|
3.911,88
|
238,62
|
228,68
|
48,07
|
-
|
6.
|
Rawa
|
3,49
|
127,89
|
1.385,90
|
|
-
|
7.
|
Sraten
|
2.185,79
|
1.377,92
|
67,32
|
122,39
|
-
|
8.
|
Torong
|
1.040,52
|
|
586,44
|
0,74
|
-
|
9.
|
Rengas
|
1.183,02
|
210,73
|
218,70
|
62,06
|
-
|
10.
|
Ringis
|
216,87
|
1.080,88
|
|
144,16
|
-
|
II.
|
RawaPeningHilir
|
8.662,13
|
1.074,07
|
75,12
|
19,10
|
-
|
III.
|
Sanjoyo
|
5.757,24
|
7.684,02
|
|
68,64
|
-
|
IV.
|
Bantar
|
7.276,65
|
3.191,29
|
145,24
|
336,85
|
-
|
|
Jumlah
|
41.305,17
|
15.401,73
|
3.826,55
|
887,50
|
-
|
Gambar15.PetasebarantingkatkerentanankebanjiransetiapDTAdiSub
DASTuntangHulu
HasilkarakterisasikekeringandenganformulapadaTabelB.Lampiran1.disajikandalamTabel17.
Tabel17.KarakteristikkekeringandiSubDASTuntangHulu
No.
|
Sub-subDAS(DTA)
|
Skor
|
I.
|
DTARawaPening
|
|
1.
|
Galeh
|
2,00
|
2.
|
Kedungringin
|
2,10
|
3.
|
Legi
|
2,15
|
4.
|
Panjang
|
2,00
|
5.
|
Parat
|
2,03
|
6.
|
Rengas
|
2,76
|
7.
|
Ringis
|
2,42
|
8.
|
Sraten
|
2,02
|
9.
|
Torong
|
2,00
|
II.
|
DTARawaPeningHilir
|
2,02
|
III.
|
Sanjoyo
|
2,07
|
IV.
|
Bantar
|
2,07
|
Sedangkanhasilkarakterisasi
kekeringandenganmelakukandebitaliran secara langsungyang dinyatakandalam
satuan debit minimum spesifik
(m3/det./km2),disajikanpada Tabel18.
Tabel18.PengamatandebitsungaidiDAS
Tuntang(Juni2011)
No.
|
Lokasi/
TitikPengamatan
|
DebitMin.Spesifik
(m3/det./km2)
|
Kategori
|
I.
|
DaerahTangkapanAirRawaPening
|
||
1.
|
Galeh
|
0,0252
|
Baik
|
2.
|
Kedungringin
|
0,2006
|
SangatBaik
|
3.
|
Legi
|
0,0284
|
Baik
|
4.
|
Panjang
|
0.0560
|
SangatBaik
|
5.
|
Parat
|
0,0416
|
SangatBaik
|
6.
|
Rengas
|
0,0045
|
Buruk
|
7.
|
Ringis
|
0,0320
|
Baik
|
8.
|
Sraten
|
0,6485
|
SangatBaik
|
9.
|
Torong
|
0,0493
|
SangatBaik
|
II.
|
HilirRawaPening
|
||
9.
|
Sanjoyo
|
0,0190
|
Sedang
|
10.
|
Tuntang
|
0,0150
|
Sedang
|
Berdasarkanklasifikasidebitminimumspesifik(Kori,1976)
makaairsungai
yangmengalirdiSubDASTuntang
Huluberadapadakategori“baik”dan “sangatbaik”,kecualiRengas.Hasilanalisisini
menunjukkanhasil yang
tidakberbedadenganhasilpengamatan/pengukuran debitaliransungai padamusimkemarau.
Tabel19.LuastingkatkekritisanlahandiBagian/SubDASTuntangHulu
No.
|
Sub
DAS
|
TingkatKekritisan(Ha)
|
Jumlah
|
||
TidakKritis
|
AgakKritis
|
Sedang
|
|||
I.
|
DTARawaPening
|
18.682
|
4.273
|
2.658
|
25.613
|
1.
|
Galeh
|
4.142
|
1.169
|
492
|
5.802
|
2.
|
Kedungringin
|
593
|
20
|
32
|
645
|
3.
|
Legi
|
750
|
818
|
175
|
1.744
|
4.
|
Panjang
|
3.042
|
565
|
891
|
4.498
|
5.
|
Parat
|
2.903
|
979
|
545
|
4.427
|
6.
|
Rengas
|
1.622
|
27
|
26
|
1.675
|
7.
|
Ringis
|
1.396
|
33
|
13
|
1.442
|
8.
|
Sraten
|
2.971
|
401
|
381
|
3.753
|
9.
|
Torong
|
1.263
|
261
|
104
|
1.628
|
II.
|
Sanjoyo
|
10.785
|
1.208
|
1.517
|
13.510
|
III.
|
RawaPeningHilir
|
7.285
|
734
|
1.811
|
9.830
|
IV.
|
Bantar
|
6.493
|
966
|
3.491
|
10.950
|
|
Jumlah
|
43.245
|
7.181
|
9.477
|
59.904
|
Gambar16.Peta lahankritis padasetiapdaerahtangkapanair diSubDAS TuntangHulu
Tabel20.LuasdantingkatkerentanantanahlongsordiSubDASTuntang
Hulu
No.
|
Sub
DAS
|
TingkatKerawanan/Kerentanan(Ha)
|
||||
Tidak
Rentan
|
Agak
Rentan
|
Sedang
|
Rentan
|
Sangat
Rentan
|
||
I.
|
DTARawaPening
|
21.397
|
263
|
3.663
|
290
|
|
1.
|
Galeh
|
4.511
|
33
|
1.105
|
154
|
-
|
2.
|
Kedungringin
|
630
|
-
|
15
|
|
-
|
3.
|
Legi
|
852
|
-
|
845
|
47
|
-
|
4.
|
Panjang
|
3.982
|
125
|
384
|
7
|
-
|
5.
|
Parat
|
3.551
|
33
|
783
|
59
|
-
|
6.
|
Rengas
|
1.667
|
7
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
Ringis
|
1.432
|
5
|
4
|
-
|
-
|
8.
|
Sraten
|
3.404
|
57
|
293
|
-
|
-
|
9.
|
Torong
|
1.368
|
3
|
234
|
23
|
-
|
II.
|
RawaPeningHilir
|
9.516
|
225
|
79
|
9
|
-
|
III.
|
Sanjoyo
|
12.638
|
143
|
720
|
8
|
-
|
IV.
|
Bantar
|
10.730
|
203
|
17
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
54.282
|
835
|
4.479
|
307
|
-
|
Gambar17.
SebarantingkatterentanantanahlongsordiSubDASTuntangHulu
Tabel. 21.ParametersosialekonomidankelembagaanSubDASTuntang
Hulu
No.
|
Parameter/Bobot
|
Besaran
|
Kategori
Nilai
|
Skor
|
Bobotx
Skor
|
Sosial
(50%)
|
Kepadatanpenduduk geografis(10%)
|
1.010orang/km2
|
Sangat
tinggi
|
5
|
50
|
Kepaatanpenduduk
agraris(10%)
|
0.40ha/KK
|
sedang
|
3
|
30
|
|
Budaya:Perilaku
konservasitanah(20%)
|
Ada(tahudan dilaksanakan)
|
rendah
|
2
|
40
|
|
Budayahukumadat
(5%)
|
Tidakada
|
Sangat
tinggi
|
5
|
25
|
|
Nilaitradisional(5%)
|
Tidakada
|
Sangat
tinggi
|
5
|
25
|
|
SkorSosial
|
|
|
3,4
|
|
|
Ekonomi
(40%
|
Ketergantungan terhadaplahan(20%)
|
49% daripertanian
|
sedang
|
3
|
60
|
Tingkatpendapatan
(10%).
|
Rp. 6.852.330,-per
kapitapertahun
|
rendah
|
1
|
10
|
|
Kegiatandasarwilayah
(10%)
|
LQ =3,29
|
Sangat
tinggi
|
5
|
50
|
|
SkorEkonomi
|
|
|
3,0
|
|
|
Kelembaga an
(10%)
|
Keberdayaanlembaga formaldalamkonservasi (5%)
|
Kelembagaanformal
telahmelakukan
perencanaantapi implementasinya
masihberjalan
sendiri-sendiri
|
sedang
|
3
|
15
|
Keberdayaanlembaga informaldalam konservasi(5%)
|
Terdapatkelompok
tanidanLSMaktif tetapiperanan dalamkonservasi belumnyata
|
sedang
|
3
|
15
|
|
Skor Kelembagaan
|
|
|
3,0
|
|
|
SkorSub DAS
|
|
|
3,2
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Daerah Tangkapan Air (DTA) merupakan
:satukesatuanfisik yang tidakterikatdenganbatasanpolitikdanadministrasi.
Iamerupakandaerah yang banyakkegunaan (multiple use) olehberagampengguna (multi
user), bersifatlintassektoraldanlintasdaerahdarihulusampaikehilir.
Dengandemikian DTA
meliputibanyakjurisdiksipemeritahandaripusatsampaikedaerahdenganregulasi yang
kompleks.Seiringdenganitusetiaptingkatanpemerintahaninijugamemilikidinasdaninstansisendiri-
sendirisehinggasecarakeseluruhanorganisasipengelolah DTA
sangatgemukdanmasing-masingnyahanyaberwewenangdanbertanggungjawabsecarasektoral.
MetodeanalisisuntukmendapatkangambarantingkatkerentanandanpotensidarilimaformulakarakterisasiBagian/SubDASyanglebihcepatdanakuratadalahdenganmenggunakanteknikSIG(SistimInformasiGeografis)
dengansoftwaremisalnyaArcView3.3ataulainnya.Haliniagar datadasaryangtelahdiperolehbaikmelaluipengumpulandataprimerdansekundermaupunpenyidikanyangdilakukanterhadapkelimaformula tersebutbisalebihmudahuntukdilakukanmanipulasi.Manipulasidata
untukrestoring,editing,danretrievingterhadapmasing-masingparameter tersebutsangatdiperlukanapabilakemudianterdapatdatadaninformasibaru.PerangkatSIGdenganmudahmelakukanpekerjaanpenumpang- susunan(overlay)parameter-parameter penyusunformulapotensidankerentanansubDASdariaspekkerentananbanjir,kekeringan,kekritisanlahan, tanahlongsor,
dansosialekonomikelembagaan.
Keluaranatau
outputdarianalisiskarakteristiksubDAS berupapeta-petatematiksubDAS
dandatahasilprosesingatauanalisis(Excel)tentangtingkatkerentananbanjir(potensiairbanjirdandaerahrawanbanjir),kekeringan, kekritisanlahan,tanahlongsor,dansosialekonomikelembagaan. ApabiladijumpaikendalapenggunaanSIG,caramanual,programkomputerExceldapatdimanfaatkan,
tetapipetayangdihasilkanbersifatmanualdanproses manipulasidatamemerlukanwaktucukuplama
B. KRITIK
DAN SARAN
Seperti yang telahdijelaskansebelumnya,makalah yang
penulisbuatbelummencapaikemaksimalanuntukitupenulismengharapkankritikdan saran
pembaca agar melengkapimakalah yang telahpenulisbuat.
Daftarpustaka
1.
PusatLingkunganGeologi, BadanGeologi, 2007, Kumpulan PanduanTeknisPengelolaan
Air Tanah, DepartemenEnergidanSumberDaya Mineral.
2. Domenico, P.A. dan Schwartz, F.W.,
1990. Physical and Chemical Hydrogeology,
New York,JohnWiley & Sons, 824 hal
3. Fetter, C.W., 1994. Applied Hydrogeology, edisike 3, MacMillan College
Publishing Company, Inc. USA, 691
hal
4.
Hendrasto, F., 2006. Penentuan
Daerah ResapanSistemPanasbumi G. WayangWindu, Penerbit ITB,
Tidakdipublikasikan.
http://www.psda.jabarprov.go.id/data/arsip/pp_no.38-2011.pdf