Jumat, 30 Mei 2014

analisis DTA


MakalahPengelolaan DAS
Analisiskarakteristikdaerahtangkapan air

LogoUNP1-300x300.jpg

Oleh
Devin ArdhiSaputra  1205894
Resilionora  1205892
Ririwulantini
Poppy marsela
Anisanurifka

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

KATA PENGANTAR

            Pujisyukur kami ucapkankepada ALLAH SWT yang telahmemberikanrahmatdanhidayah-Nya, sehinngapenulisdapatmenyelesaikanmakalahini demi kepentinganmatakuliahPengelolaan DAS ini.Makalah yang telahdipersiapkanuntukmenyelesaikantugasyang ditulissesuaidengankemampuan kami danbeberapasumber yang telah kami temui.
            Tidaklupa pula kami ucapkanterimakasihterhadappihak-pihak yang turutmemberiandildalampembuatanmakalahini, sehinggamakalahinidapatterselesaikantepatpadawaktunya.
            Kami menyadaribahwamasihbanyakkekurangandalammakalahini.Untukitu, kami sangatmengharapkankritikdan saran yang sifatnyamembangun demi lebihsempurnanyapembuatanmakalahdimasa yang akandatang. Akhir kata Sayamengharapkansemogamakalahiniadamanfaatnyadandapatdimanfaatkandenganbaik.
                                                                                                           
 Padang, April 2014


Penulis













 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kompleksitasinimenjadipenyebabtidakefektifnyapengelolaan DTA selamainisehinggamembutuhkanpemikiran-pemikiranbarugunamencapaipengelolaan DTA yang berkelanjutan (Sustainable Watershed Management).Permasalahan DTA dapatdilihatdalamberbagaiperspektif, namunselamainilebihseringdidasarkanpadaperspektiffisikdanteknologi.Padaperspektifinisolusidaripermasalahan DTA lebihterfokuskepadamengobatipenyakittanpadiagnosa yang tepatterhadappenyebabnyasehinggadinilaitidakmampumencapaipengelolaan DTA yang keberlajutan.Dalamsudutpandanglain, permasalahan DTA merupakanpersoalanantarsektor yang diakibatkanolehadanyafaktorexternaliti.
Adanyafaktoriniberakibatterjadinyahubungan yang bersifat trade-off antarsektor, sepertiketikaterjadipeningkatanpadasektorpertanianmakaakanterjadipenurunanpadasektorenergi. Untukmengatasipersoalaneksternalitiinibeberapa instrument ekonomidapatdigunakantetapibelumefektifmenyelesaikannyakarena DTA mencakupbarangpublikdanrelatifbebasakses.Untukitukeintegrasianekonomiantarsektor yang bersifat trade-off tersebutperludilakukangunamenciptakan social benefit yang lebihbesardari social costnya.
DTA lebihbanyakdisebabkanolehaktivitasekonominamunpasarseringgagalmeresponnya (market failure), untukitucampurtangankelembagaanbaik formal maupun informal sangatmenentukangunakeberlanjutan DTA.DTA Waduk Koto Panjang (WKP) merupakan DTA yang sangat vital bagimasyarakatduapropinsi. DTA dengan total luassebesar 329.305 ha tersebut,  72 % berada di Sumatera Barat dan 28 % di Riau. Di Sumatera Barat, DTA inimeliputiKabupaten Lima Puluh Kota (58 %) danKabupatenPasaman (42 %). Daerah inimerupakandaerahpertanian yang suburdanlebihdari 80 % rumahtangga yang adadisinimenggantungkankehidupanannyapadasektorpertanian.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertiandaerahtangkapan air
2.      Bagaimanamenentukandaerahtangkapan air
3.      Perlindungandanrehabilitasdaerahtangkapan air
4.      Analisisdaerahtangkapan air 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertiandaerahtangkapan air

Daerah Tangkapan Air (DTA) merupakan :satukesatuanfisik yang tidakterikatdenganbatasanpolitikdanadministrasi. Iamerupakandaerah yang banyakkegunaan (multiple use) olehberagampengguna (multi user), bersifatlintassektoraldanlintasdaerahdarihulusampaikehilir. Dengandemikian DTA meliputibanyakjurisdiksipemeritahandaripusatsampaikedaerahdenganregulasi yang kompleks.Seiringdenganitusetiaptingkatanpemerintahaninijugamemilikidinasdaninstansisendiri- sendirisehinggasecarakeseluruhanorganisasipengelolah DTA sangatgemukdanmasing-masingnyahanyaberwewenangdanbertanggungjawabsecarasektoral.
Kompleksitasinimenjadipenyebabtidakefektifnyapengelolaan DTA selamainisehinggamembutuhkanpemikiran-pemikiranbarugunamencapaipengelolaan DTA yang berkelanjutan (Sustainable Watershed Management).Permasalahan DTA dapatdilihatdalamberbagaiperspektif, namunselamainilebihseringdidasarkanpadaperspektiffisikdanteknologi.Padaperspektifinisolusidaripermasalahan DTA lebihterfokuskepadamengobatipenyakittanpadiagnosa yang tepatterhadappenyebabnyasehinggadinilaitidakmampumencapaipengelolaan DTA yang keberlajutan.Dalamsudutpandanglain, permasalahan DTA merupakanpersoalanantarsektor yang diakibatkanolehadanyafaktorexternaliti.
Adanyafaktoriniberakibatterjadinyahubungan yang bersifat trade-off antarsektor, sepertiketikaterjadipeningkatanpadasektorpertanianmakaakanterjadipenurunanpadasektorenergi. Untukmengatasipersoalaneksternalitiinibeberapa instrument ekonomidapatdigunakantetapibelumefektifmenyelesaikannyakarena DTA mencakupbarangpublikdanrelatifbebasakses.Untukitukeintegrasianekonomiantarsektor yang bersifat trade-off tersebutperludilakukangunamenciptakan social benefit yang lebihbesardari social costnya.
DTA lebihbanyakdisebabkanolehaktivitasekonominamunpasarseringgagalmeresponnya (market failure), untukitucampurtangankelembagaanbaik formal maupun informal sangatmenentukangunakeberlanjutan DTA.DTA Waduk Koto Panjang (WKP) merupakan DTA yang sangat vital bagimasyarakatduapropinsi. DTA dengan total luassebesar 329.305 ha tersebut,  72 % berada di Sumatera Barat dan 28 % di Riau. Di Sumatera Barat, DTA inimeliputiKabupaten Lima Puluh Kota (58 %) danKabupatenPasaman (42 %). Daerah inimerupakandaerahpertanian yang suburdanlebihdari 80 % rumahtangga yang adadisinimenggantungkankehidupanannyapadasektorpertanian.
KontribusisektoriniterhadapPendapatanDomestik Regional Bruto (PDRB) daerahjugatinggiyaknimencapai 35 %, dansekaligusmerupakansektorpenyumbangterbesarpada PDRB.DisisilainDTAinijugamerupakansumber air bagiwaduk Koto PanjangmelaluiduasungaiutamanyayaituBatangMahatdanBatangKapur yang termasukdalam DAS Kampar.Dengandemikianiasangatberperandalamkelangsunganenergilistrik yang dihasilkan PLN Koto Panjang yang berkapasitas 114 Mega Watt danmensuplai 26 % darikebutuhanlistrikkeduapropinsitersebut. Beberapatahunterakhirwaduk Koto Panjangmenghadapipermasalahan yang serius.Persediaan air yang tidakstabilyaknisedikitpadasaatmusimkemaraudanbanjirpadamusimhujantelahmenyebabkanpembangkitlistriktersebuttidakberfungsisecara optimal.
Disampingitutingginyatingkatsedimentasi yang terjadiakibaterosi di DTA jugaakanmengurangiumurtekniswadukdari yang direncanakansemula. Permasalahantersebutmenunjukanbahwabesarnyatekananekonomiterhadap DTA WKP telahmenyebabkan DTA inidalamkondisitidaksehatdansekaligustelahmenempatkannyasebagai DAS superprioritas yang harusditanganisegeraolehpemerintah Indonesia.Penelitianinibertujuanuntukmerumuskan (to define) pengelolahan DTA WKP yang berkelanjutanmelaluipendekatankeintegrasianekonomidankelembagaan.Untukmencapaitujuantersebutmakaempatpertanyaanpokok yang diajukandalampenelitianiniadalah:
·         Bagaimanarealitaskondisibiofisik DTA WKP dan keadaan4
sosialekonomimasyarakathulu DTA tersebutsaatini?
·         Apasajabentuk
kelembagaan (rule-in-use) yang berkaitandenganpengelolaan DTA tersebutbaik
yangbersifatkebijakan, regulasi, organisasidannilai-nilai?
·         Bagaimanaperilaku
danperananStakehorldersberkenaandengankelembagaanpengelolaan DTA
tersebut? dan
·         Bagaimanadampakperilaku-perilakudanperananStakehorlders
tersebutterhadapbiofisik, sosial, ekonomidanmanajemen DTA WKP tersebut.
B.     Bagaimanamenentukandaerahtangkapan air
Pertumbuhanekonomi di Indonesiasaatinimengalamikemajuan yang cukupsiginifikan, salahsatuindikatornyaadalahmeningkatnyapersentasemasyarakatekonomimenengah. Meningkatnyalajuperekonomian di Indonesia berdampakpadaberkembangnyaperkotaandanpemukiman di Indonesia, dengankondisisepertiinimakadaerahtersebutmemerlukanjumlah air yang banyakdengankualitas yang baik pula. Salah satusumber air dengankuantitasdankualitas yang baikadalahdenganmenggunakan air tanah yang ada di bawahpermukaantanah.    
Keberadaan air tanah di daerahperkotaanbesarmaupunkota yang akanberkembang di Indonesia menjadiperhatian yang sangatseriuskarenakondisinya yang mulaikritis. Bagaimanasuatudaerah agar tidakterjadikekurangan air tanah?jawabannyaadalahdenganmelakukanpengelolaan air tanah yang baik, salahsatuhal yang menjadiperhatiandidalampengelolaan air tanahadalahupayakonservasi. Didalamupayakonservasitersebutadakegiatanuntukmenentukandaerahtangkapan air tanah (recharge area) di suatudaerah/kawasan.
Penentuandaerahresapan air tanahmerupakansalahsatufaktorpentingmenjagakeberlangsunganpasokan air tanah di suatudaerah.Denganmengetahuidaerahtangkapan air tanahkitadapatmenjagadaerahtersebut agar tidakterjadikerusakan yang dapatmenyebabkanterjadinyaberkurangnyapasokanuntuksistem air tanah yang ada di bawahpermukaan.Daerah tangkapan air tanahmerupakandaerahdimana air daripermukaandapatmasukdanmengisikedalamlapisantanah/batuan yang jenuh air berdasarkankondisigeologiataugeomorfologitertentu.Dalampenentuandaerahtangkapan air tanahharuskitaperhatikanadalahCekuangan Air Tanah (CAT) daerahtersebut, daripeta CAT kitaakanmengetahuibatas-batashidrogeologisdanpolaumumarahaliran air tanah. Berikutiniadalahciri-ciriumumdaerahtangkapan air tanah:
Ø  Mempunyaiarahumumaliran air tanahsecaravertikalkebawah
Ø  Air meresapkedalamtanahsampaimuka air tanah (mengisiakifer)
Ø  Kedudukanmukapreatikrelatifdalam
Ø  Kedudukanmukapreatiklebihdalamdarimukapisometrikpadakondisialamiah
Ø  Daerah singkapanbatuanlolos air tidakjenuh air
Ø  Daerah perbukitanataupegunungan
Ø  Kandungankimia air tanahrelatiflebihrendah
Ø  Umur air tanah relative muda

Dalammenentukanataumengidentifikasidaerahtangkapan air tanahadabeberapateori yang dapatdijadikanpeganganyaitu:
1.       IndikatorTopografi
Penggunan indikator topografi sebagai konsep dasar dalam menentukan daerah resapan dan daerah luahan telah dikemukakan oleh King (1899), dalam Domenico & Schwartz (1990).Denganmenggunakanteknologipenginderaanjauhhalinidapatdideteksidenganmelakukananalisiskelurusan.Kelurusan yang dijumpaipadacitra (pengindraanjauh) berhubungandenganstrukturgeologisepertipatahandanrekahan.Kelurusan merupakan garis yang muncul dalam foto udara yang menggambarkan kekar, rekahan, patahan, urat-urat mineral, horizon litologi, batas batuan dll
2.       Indikator Pola Pisometri
Pisometrimerupakangambarandaritekananhidrostatisairtanahtertekan.Pola-polainidapatdigabungkansehinggaterbentukpolapermukaanpotensiometrik (potentiometric surface) suatudaerah.Dengandiketahuinyasifatpermukaanairtanahpadadaerahimbuhan (recharge area) biasanyalebihdalamdibandingkanpadadaerahluahan (Fetter, 1994), makaindikatortersebutdapatdijadikansebagaisalahsatufaktordalampenentuandaerahresapandanluahan.(Freeze dan Cherry, 1979).
3.       KecenderunganHidrokimia
Sifatkimia air tanahdapatdijadikandasardalampenentuanaliran air tanah.Kecenderunganhidrokimia yang akansemakinmeningkatsetelahmelewatibatuansebagaiakibatterjadinyainteraksimenjadidasarpenentuandaerahresapandandaerahluahan. Dari kecenderungantersebutdapatdilihatbahwadaerahluahanmerupakandaerahdengantingkatkandunganhidrokimiatinggi(Freeze dan Cherry, 1979).
4.       IdentifikasiberdasarkankandunganIsotopLingkungan
Penggunaanisotopalambagikepentinganpenyelidikandanpenelitianhidrogeologidewasainimemberikankontribusi yang sangatbesar, disampingsebagaipelengkapdigunakan pula bagi data fisikadankimiahidrogeologi yang telahdiperoleh.Banyakpenelitianhidrogeologi yang menggunakanisotopalaminidalammempelajarikualitas air tanah, asal-usul, mekanismerechargedaninteraksiantara air – batuan.  Penggunaanisotopalamuntukmemahami proses hidrologipadasebuahcatchmentmemberikanmanfaatbesarsebagai data penunjangbagikepentinganpenelitian. Hal inidisebabkankarenaisotopmemberikangambaran yang jelasmengenai proses hidrologi yang terjadipadasebuahcatchment (Donnell dan Kendall, 1998; Buttle, 1994).
5.       Kenampakan di Permukaan

 

C.     Perlindungan dan rehabilitasi daerah tangkapan air
Air merupakan kebutuhan paling esensial yang tidak dapat digantikan dengan benda apapun. Bahkan, tidak ada benda yang dapat digunakan untuk mensubstitusi air yang kebutuhannya terus meningkat, maka satu-satunya alternatif pilihan dalam meningkatkan ketersediaan baik secara temporal maupun ruang hanyalah dengan perbaikan kesehatan ekosistem baik secara alami maupun buatan, sedemikian rupa sehingga mampu menahan dan menyimpan air dengan lebih baik, selain memperbaiki budaya boros air pada saat terjadi surplus.
Kerusakan lingkungan berdampak kepada krisis air, kondisi ini dipercepat oleh tingginya pertumbuhan penduduk. Bencana banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan yang menjadi persoalan klasik membuktikan degradasi lingkungan yang terus meningkat. Otonomi daerah terkadang menghambat kesatuan kerja antara pusat, provinsi dan kabupaten (kota) berakibat pada kendornya pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak pada krisis air.
Tema Hari Air Sedunia setiap tanggal 22 Maret dari tahun ke tahun mengindikasikan krisis air, Dunia sebut diantaranya: Coping with Water Scarcity (Mengatasi Kelangkaan Air), Water for Life, Water and Disaster. Hari Lingkungan sedunia juga mengambil isu air, misal: Water-Two Billion People are dying for it, Hari Bumi juga mengangkat Water for Life. Jelas bahwa masalah keterserdiaan air sesuai jumlah dan waktu telah menjadi masalah dunia.
Permasalahan utama penyediaan air bersih adalah terbatasnya pasokan air permukaan (air sungai) dan tingginya ketergantungan air tanah.Idealnya pengambilan air tanah hanya sebagai suplemen dari air permukaan.Pengambilan air tanah secara berlebihan berdampak pada rembesan air sungai yang mencemari air tanah. Di Eropa, perlindungan air tanah mendapatkan perhatian sangat serius, penggunaan pestisida dan pupuk di lahan pertanian dibatasi secara ketat untuk melindungi air tanah dari pencemaran limbah pertanian.
Pengambilan air tanah di kota-kota besar di Indonesia dilakukan secara intensif.Tidak terhitung hotel dan industri yang memiliki lebih dari satu sumur produksi. Bahkan ada perusahaan yang ditemukan memiliki lebih dari 20 sumur dengan laju ekstraksi 8,000 m3 per hari !Kondisi ini berdampak pada intrusi air sungai, intrusi air laut dan penurunan permukaan tanah.
Air tanah sering disebut sebagai sumberdaya terbarukan, walaupun proses pembentukannya memerlukan waktu lama, bisa puluhan bahkan ribuan tahun. Apabila air tanah mengalami kerusakan dan kemerosotan, proses pemulihannya memerlukan biaya sangat tinggi dan waktu lama dan tidak mungkin kembali pada kondisi semula.Dengan demikian, air tanah sebetulnya merupakan sumberdaya yang tidak terbarukan.
Berbicara tentang air, maka tidak dapat dipisahkan dari bagaimana pergerakan air tersebut di atas maupun di dalam lapisan tanah. Pergerakan air di atas lapisan tanah akan dibatasi oleh Daerah Aliran Sungai yang biasa di kenal dengan istilah DAS.
sejak tahun 70-an, khususnya setelah Lokakarya Nasional Pengelolaan DAS pertama yang berlangsung di Bogor pada tahun 1978. Walaupun istilah ini telah begitu populer dan banyak dipakai oleh media, namun hingga kini, pengertian DAS secara tepat masih belum banyak difahami oleh masyarakat, khususnya mereka yang tidak bekerja atau pernah bersinggungan dalam kegiatan rehabilitasi DAS.Dalam keseharian, awam menggunakan istilah DAS sebagai pengganti kata sungai atau sempadan sungai (kiri kanan sungai).Kesalah-fahaman ini telah menjadi salah-kaprah (common mistake) yang mengaburkan prinsip penting dari konsep DAS.
Kesalah-fahaman ini nampaknya disebabkan oleh ketidak tepatan penterjemahan terminologi DAS yang diambil dari pustaka berbahasa Inggris. DAS sering disebut dengan menggunakan empat terminologi: catchment area (daerah tangkapan air), watershed area (gudang air), drainage basin (cekungan pengaliran) dan river basin (lembah sungai). Keempat terminologi tersebut kemudian diterjemahkan menjadi ‘daerah aliran sungai’ yang disingkat dengan ‘DAS’, sebagian menyebut ‘Daerah Pengaliran Sungai’ disingkat DPS.Mungkin padanan istilah yang lebih mudah difahami adalah daerah tangkapan air atau cekungan tangkapan air.
Pemilihan padanan istilah yang tepat akan membantu pemahaman konsep secara lebih baik. Bagaimanapun, istilah DAS telah lama digunakan masyarakat luas bahkan telah diadopsi kedalam Undang-Undang Sumberdaya Air (UU No 7//2004, sebagai pengganti UU No. 11/1974), sehingga yang mendesak untuk dilakukan bukanlah mengganti istilah namun lebih kepada pelurusan makna istilah.
Untuk itu manual ini berupaya untuk mengupas tuntas konsep DAS dan daerah tangkapan air (DTA) secara mendasar dan peranan rehabilitasi DTA dalam perlindungan sumber air. Agar mudah difahami oleh berbagai kalangan, manual ini ditulis dengan bahasa sederhana dan populer, ringkas, diupayakan komprehensif dengan menggunakan banyak ilustrasi gambar
D. Analisis karakteristik daerah tangkapan air
Teknikpenyidikan dananalisisdatadarimasing-masing parameteruntuk identifikasipotensidankerentanan,parameter-parameternya akan menggunakantabelformulasikarakteristik   DAStingkatsubDASseperti tersaji padaLampiran  1.: Tabel A1. (Potensi banjirdan daerah rawan banjir),TabelB1.(KekeringandanpotensiAir),TabelC1.(Kekritisan lahan), TabelD1.(Tanahlongsor), danTabelE1.(Sosial-ekonomi-kelembagaan).Teknikpenyidikanuntukanalisispotensibanjirdandaerah rawanbanjir disajikanpadaLampiran1.:TabelA.1.a,TabelA.1.a.1,TabelA.1.a.2,   dan TabelA.1.b.Teknikpenyidikanuntukanalisiskerentanan kekeringandan potensiairdisajikanpadaLampiran1.(Tabel B.2.).Teknik penyidikanuntuk analisis kekritisanlahan disajikanpada Lampiran1. (TabelC.2.).  Teknik penyidikan  untuk  analisis  kerentanan   tanah  longsor  disajikan  pada Lampiran1.(TabelD.2.danTabelD.2.1),sedangkananalisiskerentanan danpotensisosial-ekonomi-kelembagaandisajikanpadaLampiran1.(Tabel E.2.).

Metodeanalisisuntukmendapatkangambarantingkatkerentanan dan potensidarilimaformulakarakterisasiBagian/SubDASyanglebihcepat danakuratadalahdenganmenggunakan teknikSIG(SistimInformasi Geografis) dengan softwaremisalnyaArcView3.3ataulainnya.Haliniagar datadasaryangtelahdiperolehbaikmelaluipengumpulandataprimerdan sekundermaupunpenyidikan yangdilakukanterhadapkelimaformula tersebutbisalebihmudahuntukdilakukanmanipulasi.Manipulasi data untukrestoring,editing,danretrievingterhadapmasing-masing parameter tersebutsangatdiperlukan apabilakemudianterdapatdatadaninformasi baru.Perangkat SIGdenganmudahmelakukanpekerjaanpenumpang- susunan(overlay)parameter-parameter penyusunformulapotensidan kerentanan subDASdariaspekkerentanan banjir,kekeringan,kekritisan lahan, tanahlongsor, dan sosial ekonomi kelembagaan. Keluaran atau

outputdarianalisiskarakteristiksubDAS berupapeta-petatematiksubDAS dandatahasilprosesing atauanalisis(Excel)tentangtingkatkerentanan banjir(potensi airbanjirdandaerahrawanbanjir),kekeringan, kekritisan lahan,tanahlongsor,dansosialekonomikelembagaan. Apabiladijumpai kendalapenggunaan SIG,caramanual,programkomputerExceldapat dimanfaatkan, tetapipetayangdihasilkan bersifatmanualdanproses manipulasidatamemerlukanwaktucukuplama.

Teknikanalisisyangdapatdilakukan untukmendapatkan peta-petatingkat kerentananan tersebutdisampaikandengandiagram(flowchart)pada Gambar8(pasokanairbanjir),9(rawankebanjiran),10(kekeringan), 11 (kekritisan lahan),12(tanahlongsor),dan13(soseklem).PeranSIG disampinguntuksinkronisasi skalapetadariberbagaipetadandatayang diperoleh adalahjugauntukmemprosesdatamenurut formulayang digunakan.Berdasarkan informasiyangberupapetatematiktersebut selanjutnyaakandigunakanuntukpenyusunan rencanapengelolaanDAS tingkatsubDAS.Tingkatkerentanan subDAS(rata-ratatertimbang)atas kelimaparametertersebutsecaraumumdikelompokkan atas5(lima) kategori,yakni:sangatrendah,rendah, sedang,tinggi,sangattinggiseperti disajikanpadaTabel14.

Gambar8.Modelanalisiskerentananpotensibanjir.


Gambar9.Modelanalisiskerentanandaerahrawanbanjir.


Gambar10.Modelanalisiskerentanankekeringan.



Gambar11.Modelanalisiskerentanankekritisanlahan.

Gambar12.Modelanalisiskerentanantanahlongsor.



Gambar13.Modelanalisiskerentanansosialekonomikelembagaan.

Sebagaicontohanalisisdata karakterisasidaerahtangkapanairataubagian DASdalamwilayahkabupatendominanbisadigunakan hasildiSubDAS Tuntang HuluatauDASTuntang BagianHulu(Paimin,etal.,2011).Secara adminitrasi DASTuntangBagianHuluberadadalamdominasikabupaten Semarang,meskipundidalamtermasuksedikit wilayahKabupatenBoyolali, Grobogan, sertaKotaSalatiga.WilayahDASTuntangBagian Hulumeliputi luas 61.421 ha yang terbagi dalam  empat daerah tangkapanair (DTA) utamayakni:(1)DTARawaPeningHulu (25.613 ha),(2)DTA RawaPening Hilir(9.830ha),DTASanjoyo(13.510ha),DTABantar(10.950ha);genangan WadukRawaPening1.518ha.SedangkanDTARawaPeningdibagimenjadi
10daerahtangkapanair yanglebihkecil.

HasilkarakterisasiSubDASTuntangHulumeliputikarakteristik pasokanair banjir(Tabel15.danGambar14.)dandaerahrawankebanjiran (Tabel16. danGambar15.),kekeringan(Tabel17.danTabel18.),kekritisanlahan

(Tabel19.danGambar16.),tanahlongsor(Tabel20.danGambar17.), sosial,ekonomi,kelembagaan(Tabel21).

Tabel15.Potensipasokanairbanjirsetiapdaerahtangkapanair(DTA)di
DASTuntangBagianHulu


No.
DaerahTangkapanAir(DTA)
Luas(ha)
Skor
I
DTARawaPening
27.131
3,07
1
Galeh
5.802
3,27
2
Kedungringin
645
3,38
3
Legi
1.744
2,77
4
Panjang
4.498
3,44
5
Parat
4.427
2,86
6
Rawa
1.517
1,99
7
Rengas
1.675
3,28
8
Ringis
1.442
3,46
9
Sraten
3.753
2,77
10
Torong
1.628
3,29
II
RawaPeningHilir
9.830
3,26
III
Sanjoyo
13.510
3,10
IV
Bantar
10.950
3,55
TuntangHulu
61.421
3,19



Gambar14.PetatingkatpasokanairbanjirtiapDTAdiSubDASTuntangHulu.

Tabel16.Luastingkatkerentanankebanjiransetiapdaerahtangkapanair
(DTA)diSubDASTuntangHulu



No

TingkatKerawanan(Ha)
Tidak
Rentan
Agak
Rentan


Sedang


Rentan
Sangat
Rentan
I.
DTARawaPening





1.
Galeh
5.015,17
154,62
631,33
1,16
-
2.
Kedungringin
356,73
261,70
-
26,43
-
3.
Legi
1.530,15

161,79
51,75
-
4.
Panjang
4.165,54

326,02
6,16
-
5.
Parat
3.911,88
238,62
228,68
48,07
-
6.
Rawa
3,49
127,89
1.385,90

-
7.
Sraten
2.185,79
1.377,92
67,32
122,39
-
8.
Torong
1.040,52

586,44
0,74
-
9.
Rengas
1.183,02
210,73
218,70
62,06
-
10.
Ringis
216,87
1.080,88

144,16
-
II.
RawaPeningHilir
8.662,13
1.074,07
75,12
19,10
-
III.
Sanjoyo
5.757,24
7.684,02

68,64
-
IV.
Bantar
7.276,65
3.191,29
145,24
336,85
-

Jumlah
41.305,17
15.401,73
3.826,55
887,50
-


Gambar15.PetasebarantingkatkerentanankebanjiransetiapDTAdiSub
DASTuntangHulu

HasilkarakterisasikekeringandenganformulapadaTabelB.Lampiran1.disajikandalamTabel17.

Tabel17.KarakteristikkekeringandiSubDASTuntangHulu

No.
Sub-subDAS(DTA)
Skor
I.
DTARawaPening

1.
Galeh
2,00
2.
Kedungringin
2,10
3.
Legi
2,15
4.
Panjang
2,00
5.
Parat
2,03
6.
Rengas
2,76
7.
Ringis
2,42
8.
Sraten
2,02
9.
Torong
2,00
II.
DTARawaPeningHilir
2,02
III.
Sanjoyo
2,07
IV.
Bantar
2,07

Sedangkanhasilkarakterisasi kekeringandenganmelakukandebitaliran secara langsungyang dinyatakandalam satuan debit minimum  spesifik (m3/det./km2),disajikanpada Tabel18.

Tabel18.PengamatandebitsungaidiDAS Tuntang(Juni2011)


No.
Lokasi/
TitikPengamatan
DebitMin.Spesifik
(m3/det./km2)
Kategori
I.
DaerahTangkapanAirRawaPening
1.
Galeh
0,0252
Baik
2.
Kedungringin
0,2006
SangatBaik
3.
Legi
0,0284
Baik
4.
Panjang
0.0560
SangatBaik
5.
Parat
0,0416
SangatBaik
6.
Rengas
0,0045
Buruk
7.
Ringis
0,0320
Baik
8.
Sraten
0,6485
SangatBaik
9.
Torong
0,0493
SangatBaik
II.
HilirRawaPening
9.
Sanjoyo
0,0190
Sedang
10.
Tuntang
0,0150
Sedang

Berdasarkanklasifikasidebitminimumspesifik(Kori,1976) makaairsungai yangmengalirdiSubDASTuntang Huluberadapadakategoribaikdan sangatbaik,kecualiRengas.Hasilanalisisini menunjukkanhasil  yang tidakberbedadenganhasilpengamatan/pengukuran debitaliransungai padamusimkemarau.

Tabel19.LuastingkatkekritisanlahandiBagian/SubDASTuntangHulu


No.

Sub DAS
TingkatKekritisan(Ha)

Jumlah
TidakKritis
AgakKritis
Sedang
I.
DTARawaPening
18.682
4.273
2.658
25.613
1.
Galeh
4.142
1.169
492
5.802
2.
Kedungringin
593
20
32
645
3.
Legi
750
818
175
1.744
4.
Panjang
3.042
565
891
4.498
5.
Parat
2.903
979
545
4.427
6.
Rengas
1.622
27
26
1.675
7.
Ringis
1.396
33
13
1.442
8.
Sraten
2.971
401
381
3.753
9.
Torong
1.263
261
104
1.628
II.
Sanjoyo
10.785
1.208
1.517
13.510
III.
RawaPeningHilir
7.285
734
1.811
9.830
IV.
Bantar
6.493
966
3.491
10.950

Jumlah
43.245
7.181
9.477
59.904


Gambar16.Peta lahankritis padasetiapdaerahtangkapanair diSubDAS TuntangHulu

Tabel20.LuasdantingkatkerentanantanahlongsordiSubDASTuntang
Hulu




No.


Sub DAS
TingkatKerawanan/Kerentanan(Ha)
Tidak
Rentan
Agak
Rentan

Sedang

Rentan
Sangat
Rentan
I.
DTARawaPening
21.397
263
3.663
290

1.
Galeh
4.511
33
1.105
154
-
2.
Kedungringin
630
-
15

-
3.
Legi
852
-
845
47
-
4.
Panjang
3.982
125
384
7
-
5.
Parat
3.551
33
783
59
-
6.
Rengas
1.667
7
-
-
-
7.
Ringis
1.432
5
4
-
-
8.
Sraten
3.404
57
293
-
-
9.
Torong
1.368
3
234
23
-
II.
RawaPeningHilir
9.516
225
79
9
-
III.
Sanjoyo
12.638
143
720
8
-
IV.
Bantar
10.730
203
17
-
-

Jumlah
54.282
835
4.479
307
-





























Gambar17. SebarantingkatterentanantanahlongsordiSubDASTuntangHulu

Tabel. 21.ParametersosialekonomidankelembagaanSubDASTuntang
Hulu


No.

Parameter/Bobot

Besaran
Kategori
Nilai

Skor
Bobotx
Skor
Sosial
(50%)
Kepadatanpenduduk geografis(10%)
1.010orang/km2
Sangat tinggi
5
50
Kepaatanpenduduk agraris(10%)
0.40ha/KK
sedang
3
30
Budaya:Perilaku konservasitanah(20%)
Ada(tahudan dilaksanakan)
rendah
2
40
Budayahukumadat
(5%)
Tidakada
Sangat tinggi
5
25
Nilaitradisional(5%)
Tidakada
Sangat tinggi
5
25
SkorSosial


3,4

Ekonomi
(40%
Ketergantungan terhadaplahan(20%)
49% daripertanian
sedang
3
60
Tingkatpendapatan
(10%).
Rp. 6.852.330,-per kapitapertahun
rendah
1
10
Kegiatandasarwilayah
(10%)
LQ =3,29
Sangat tinggi
5
50
SkorEkonomi


3,0

Kelembaga an
(10%)
Keberdayaanlembaga formaldalamkonservasi (5%)
Kelembagaanformal telahmelakukan perencanaantapi implementasinya masihberjalan sendiri-sendiri
sedang
3
15
Keberdayaanlembaga informaldalam konservasi(5%)
Terdapatkelompok tanidanLSMaktif tetapiperanan dalamkonservasi belumnyata
sedang
3
15
Skor Kelembagaan


3,0

SkorSub DAS


3,2


BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Daerah Tangkapan Air (DTA) merupakan :satukesatuanfisik yang tidakterikatdenganbatasanpolitikdanadministrasi. Iamerupakandaerah yang banyakkegunaan (multiple use) olehberagampengguna (multi user), bersifatlintassektoraldanlintasdaerahdarihulusampaikehilir. Dengandemikian DTA meliputibanyakjurisdiksipemeritahandaripusatsampaikedaerahdenganregulasi yang kompleks.Seiringdenganitusetiaptingkatanpemerintahaninijugamemilikidinasdaninstansisendiri- sendirisehinggasecarakeseluruhanorganisasipengelolah DTA sangatgemukdanmasing-masingnyahanyaberwewenangdanbertanggungjawabsecarasektoral.
MetodeanalisisuntukmendapatkangambarantingkatkerentanandanpotensidarilimaformulakarakterisasiBagian/SubDASyanglebihcepatdanakuratadalahdenganmenggunakanteknikSIG(SistimInformasiGeografis) dengansoftwaremisalnyaArcView3.3ataulainnya.Haliniagar datadasaryangtelahdiperolehbaikmelaluipengumpulandataprimerdansekundermaupunpenyidikanyangdilakukanterhadapkelimaformula tersebutbisalebihmudahuntukdilakukanmanipulasi.Manipulasidata untukrestoring,editing,danretrievingterhadapmasing-masingparameter tersebutsangatdiperlukanapabilakemudianterdapatdatadaninformasibaru.PerangkatSIGdenganmudahmelakukanpekerjaanpenumpang- susunan(overlay)parameter-parameter penyusunformulapotensidankerentanansubDASdariaspekkerentananbanjir,kekeringan,kekritisanlahan, tanahlongsor, dansosialekonomikelembagaan. Keluaranatau

outputdarianalisiskarakteristiksubDAS berupapeta-petatematiksubDAS dandatahasilprosesingatauanalisis(Excel)tentangtingkatkerentananbanjir(potensiairbanjirdandaerahrawanbanjir),kekeringan, kekritisanlahan,tanahlongsor,dansosialekonomikelembagaan. ApabiladijumpaikendalapenggunaanSIG,caramanual,programkomputerExceldapatdimanfaatkan, tetapipetayangdihasilkanbersifatmanualdanproses manipulasidatamemerlukanwaktucukuplama

B.     KRITIK DAN SARAN
Seperti yang telahdijelaskansebelumnya,makalah yang penulisbuatbelummencapaikemaksimalanuntukitupenulismengharapkankritikdan saran pembaca agar melengkapimakalah yang telahpenulisbuat.

















Daftarpustaka

1.    PusatLingkunganGeologi, BadanGeologi, 2007, Kumpulan PanduanTeknisPengelolaan Air Tanah, DepartemenEnergidanSumberDaya Mineral.
2.       Domenico, P.A. dan Schwartz, F.W., 1990. Physical and Chemical Hydrogeology, New York,JohnWiley & Sons, 824 hal
3.       Fetter, C.W., 1994. Applied Hydrogeology, edisike 3, MacMillan College Publishing Company, Inc. USA, 691 hal
4.       Hendrasto, F., 2006. Penentuan Daerah ResapanSistemPanasbumi G. WayangWindu, Penerbit ITB, Tidakdipublikasikan.
     http://www.psda.jabarprov.go.id/data/arsip/pp_no.38-2011.pdf